Sekali lagi Nalesha melirik jam tangannya; sudah pukul lima lewat. Sudah lebih dari satu jam Ia menunggu Dhaiva di rooftop menyusul perjanjian sepihak yang dibuatnya kemarin malam. Oh, seharusnya Nalesha paham, Dhaiva tidak semudah itu diatur, apalagi diperintah dengan gayanya yang sama sekali tak berdasar.
Tapi sayang, Nalesha pun tak paham bagaimana caranya berbicara dengan benar pada gadis itu. Semuanya terasa begitu kaku, tak nyaman, dan sikap dingin lebih menjadi pilihan.
CRAK!
CRAK!
Hujan tiba tiba turun, tetes demi tetes membasahi lantai bersemen mentah dan beberapa kontainer air di rooftop itu. Nalesha bergegas menghindar, hujan di Bogor benar benar tak teratur, sesuka hati saja datang tanpa diharapkan. Bahkan lihat, langit masih cerah, matahari masih bersinar silau dan panas.