"Benar. Kudengar Rumah Obat ini menyimpan bunga langka tersebut."
"Hahahaha..." Xing Xie tertawa. "Resepmu memang berharga. Tapi peracik kami berada di tingkat 3 jadi tidak mungkin membuat pil tingkat 4.
"Baiklah. Jika kau bersedia menukar bunga itu maka aku yang akan meracik sendiri Pil tingkat 4 itu dan juga di tambah Pil Anti kerut tingkat 3 dan Pil buah ranum tingkat 3"
"Astaga... " Si peracik itu menganga kan mulutnya.
"Pil apa itu Paman." Xing Xie terheran melihat raut wajah peracik itu.
"Pil anti kerut adalah pil yang membuat awet muda bagi yang mengkonsumsi nya. Dan Pil Buah Ranum adalah pil memperbesar buah dada." Ucap ahli peracik tingkat 3 itu. "Jika ini dijual di pasar maka rumah obat ini akan cepat maju dan kaya."
Kedua pil tersebut banyak di cari oleh masyarakat. Dengan mencatumkan harga berapapun maka banyak orang kaya yang akan membelinya.
Xing Xie yang licik tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan ini.
"Tuan. Kami minta maaf. Tuan datang terlambat karena bunga itu sudah kami kirimkan ke Rumah Lelang dan 2 hari yang lalu telah di lelang."
"Hah? Siapakah yang mendapatkannya. Aku akan membayarnya dua kali lipat.,"
"Kalau boleh saya tahu, siapa nama Tuan?" Xing Xie mengorek.
"Maafkan saya yang tidak sopan sampai lupa memperkenalkan diri. Nama saya Yuan Chen."
"Yuan... Chen... Apakah ada hubungannya dengan Jendral Yuan Huan."
"Saya adalah peteranya." Jawab Chen tanpa takut dikatakan anak pemberontak.
Xing Xie dengan orang tua peracik itu saling pandang.
"Siapkan ruangan dan panggil ayahku." Xing Xie memerintahkan kepada ahli peracik itu.
"Baik Tuan Muda." Si peracikpun langsung menyingkir.
"Tuan Chen. Disini banyak tembok yang bisa mendengar. Izinkan saya menyambut Tuan Chen ke tempat kediaman kami di dalam." Xing Xie menunduk.
Banyak orang membenci nama Yuan Huan. Tapi Xing Xie Xie begitu mendengar nama itu sikapnya langsung berubah. Terdengar mencurigakan.
Chen yang percaya diri dengan ilmu nya tidak takut menghadapi tantangan. Diapun meng iya kan.
Keduanya menaiki tangga di ruang atas. Ternyata di atas terdapat bahan bahan obat yang kelasnya lebih tinggi. Chen di ajak masuk dalam sebuah pintu dimana ada pengawal yang berjaga di depannya.
Ke dua pengawal memberi hormat dan mempersilahkan bagi Chen dan Xie masuk.
Mereka harus melewat beberapa ruangan lagi sebelum mencapai tujuan. Setelah itu masih ada pintu yang di jaga pengawal yang tampaknya lebih kuat dari pengawal sebelumnya.
Begitu memasuki ruangan itu, disana telah menunggu orang tua berambut putih tapi perawakannya tetap gagah dan seorang peracik yang tadi di bawah juga ads disana.
"Tuan Chen. Saya telah mendengar kedatanganmu. Maafkan kami jika tidak menyambut mu selayaknya." Orang tua gagah itu mendekati Chen.
"Maaf. Rasanya saya tidak layak mendapat sambutan seperti ini "
"Tuan adalah anak dari Pahlawan Jendral Yuan Huan. Saya adalah teman seperjuangan dengan beliau."
"Maaf. Saya bicara dengan Tuan siapa?"
"Hahaha.." Pria berambut putih memiliki mulut yang lebar memperlihatkan gigi putihnya. "Begitu bertemu dengan keluarga Pahlawan membuat saya lupa menyebutkan nama. Semua orang di kota ini memanggil saya Lao Yao atau Si Tua Obat. Nama saya sendiri Xing Yang."
"Apakah Tuan mengenal baik dengan orang tua saya?"
"Mengenal? .. Hahahah... Bukan hanya kenal. Silahkan Chen Tayhiap mengikuti saya." Si Tua Obat mengajak Chen untuk masuk ke ruang kerjanya.
Mereka semua bersama memasuki sebuah ruangan besar. Didalam terlihat berbagai barang mewah. Meja dan kursi terbuat dari kayu bangua yang terkenal kuat dan mahal. Permadani dari Timur dan rak besar berisi bahan obat obatan.
Semua barang mewah itu tidak menjadi perhatian A Chen, tapi justru Patung Jendral Yuan Huan yang berada di pojokan lah yang diperhatikan. Karya pemahat yang luar biasa. Semua tampak seperti aslinya.
Tidak terasa Chen mulai mengenang ayahnya. Dia masih tidak percaya kalau ayahnya menjadi pemberontak. Dia selalu mengajar agar berjiwa patriotik dan membela negara sekalipun nyawa harus melayang.
"Seberapa dekatnya kah Tuan Yang dengan ayahku."
"Kemarilah Nak. Perhatikan lukisan lukisan ini." Ucap Si Tua Obat.
Terdapat beberapa lukisan di belakang meja. Salah satu lukisan tergambar empat pria dengan wajah ceria, Satu orang duduk di kursi dengan pakaian kebesaran dan tiga orang saling bergandengan tangan berada di belakang kursi. Latar belakang lukisan itu berada istana kerajaan.
"Lukisan ini di lukis oleh Pelukis Kerajaan." Suara Pak Tua itu terdengar dalam seolah itu adalah masa lalu yang menyedihkan. "Disana Baginda Chong Zheng dengan kami bertiga saat selesai mengusir Kerajaan Shui dari tanah Bhu Beng."
Ketiga orang itu adalah Jendral Yuan Huan, Penasehat Wei Xian dan Ahli Obat Xing Yang.
"Pada waktu itu aku masih menjadi Tabib Kerajaan."
"Apakah kesalahan ayahku sehingga dia dituduh sebagai penghianat."
"Apa yang di alami beliau hanyalah fitnah belaka. Raja cemburu karena nama Jendral Yuan Huan lebih di cintai oleh rakyat dari pada Raja itu sendiri." Xing Yang menarik nafas panjang. "Sedangkan Aku, Aku sudah tidak dibutuhkan ketika Ibu Suri meninggal. Raja ingin membersihkan Para Pekerja lama lalu di ganti dengan pekerja baru yang masih muda."
"Aku tidak pernah mendengar Ayah menyebutkan nama Yang Tayhiap. Tapi sering mendengar tentang Wei Xian. Bagaimana kabar Penasehat Raja itu sekarang."
"Sudah lama aku tidak mendengar keberadaan Wei Xian. Tidak ada yang tahu rimbanya."
"Ayah. Maksud kedatangan Tuan adalah untuk mendapatkan Bunga Teratai Naga." Xing Xie memotong nostalgia Ayahnya dengan tamunya.
"Oh iya. benar. Maaf saya terbawa suasana. Bunga itu telah di menangkan oleh Zuan Cia Soucie. Gadis itu juga dari keturunan Raja sebelumnya dengan selir nya. Jadi gadis itu masih terhitung sepupu dengan Raja."
"Dimana kah tempat gadis itu agar aku bisa bernegosiasi dengannya." Chen mendesak.
"Hahahaha... Nak Chen jangan terlalu yakin. Kerajaan adalah para pencuri uang rakyat dan bawahannya juga sama adalah para koruptor. Mereka tidak mungkin kekurangan sesuatu. Apa yang diinginkan pasti di dapatkan. Tidak mungkin dia akan menjual kepadamu sekalipun di bayar sepuluh kali lipat. Kecuali..."
"Kecuali apa paman..." Chen menatap mata tua itu.
Kali ini Chen memanggilnya dengan kata Paman menunjukan suatu hubungan yang dekat.
"Aku punya cara, tapi aku tidak tahu apa kau setuju atau tidak." Si Tua Obat menunduk.
"Katakan saja Paman."
"Yaitu dengan cara membunuhnya dan mengambil dari nya. Dia adalah orang kerajaan yang harus kita bumi hanguskan."
Chen mundur selangkah. Suatu jawaban yang tidak terduga. Namun mengingat kematian ayahnya yang tidak mendapatkan keadilan di dalam nya, Chen merasa keputusan itu bukanlah hal yang buruk dibandingkan kematian ayahnya.
"Dimana gadis itu berada?"
"Dia ada di penginapan milik kita." Xing Xie menjawab.
"Baik. Mari kita lakukan." Putus Chen.
"Bagus. Sudah kuduga jiwa patriot Yuan Huan mengalir didalam darahmu. Tapi kita tidak boleh gegabah. Pergilah bersama A Xin dan orangku yang memiliki peringkat Alam untuk menghabisi anak buahnya terlebih dahulu. Berangkatlah pada saat malam tiba."
"Bagaimana dengan orang di penginapan?" Chen ragu.
"Lakukan secara diam diam. Semua yang bekerja di penginapan dapat di atur untuk menutup mulut " Xing Yang meyakinkan.
Demikianlah selanjutnya mereka mempersiapkan segala sesuatunya. Malamnya mereka baru bertindak.
Ternyata di belakang barulah Chen menyadari kalau Xing Yang telah berkomplot dengan pemberontak Pasukan Bambu Merah (KBM) yang sudah terkenal. Kelompok ini bukan saja meresahkan pihak kerajaan tapi juga Rakyat dibuatnya menjadi resah. Karena di kampung manapun KBM datangi maka kampung itu akan terjadi kericuhan, perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan. Tujuan mereka merusak stabilitas pemerintahan.
Chen tidak suka dengan sepak terjang KBM yang kelewatan. Tapi akhirnya atas bujukan Xing Yang dan dendam nya oleh Pihak Kerajaan membuat dirinya setuju bergabung dengan kelompok itu. Bahkan 20 tahun kemudian ketika ilmunya berkembang, Chen di angkat menjadi ketua menggantikan ketua lama yang sudah tua. Dan Xing Xie menjadi penasehatnya.