Tải xuống ứng dụng
6.95% Zombie : walking dead / Chapter 21: Word

Chương 21: Word

"Anteng banget Gara sama lo Ki," ujar Juwita saat mendapati Yuki tengah mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Dia mah emang anteng," sahut Deva.

Hening sebentar, Yuki lebih memilih bermain dengan Gara sedangkan Juwita lebih memilih melanjutkan pekerjaannya.

Yeri berdehem, mencoba mencairkan suasana, "Bajunya Gara udah lo siapin Ki?"

"Keperluannya udah gue siapin semua kok tenang aja,"

"Kita mau kemana sih emang?" tanya Deva.

"Kita mau pergi, ya gatau kemana pokoknya tempat yang aman," jawab Yeri, "Kayaknya sih jauh,"

"Eh bukannya ayah udah nyiapin mobil sama keperluannya di sana ya? Kok kita harus bawa lagi?" Juwita menatap Yeri.

"Ya siapa tau aja kurang, jumlah kita sekarang banyak,"

"Ah iya bener juga," gadis itu mengangguk singkat.

"Kalo kaya gini gue jadi langsung inget Sonya, dia pasti udah paling heboh, ribet sana sini. Terus nanti diomelin sama Dino, ujung-ujungnya ribut," gumam Yuki, kepalanya menunduk sedih.

"Udah, jangan sedih, mereka pasti sedih kalo lo sedih," hibur Yeri, "Kalo lo tau mereka pasti udah bahagia di sana,"

Gadis itu tersenyum kecil, "Semoga,"

"Yuki sayangg,"

"Apa?"

"Udah di siapin semua keperluan anak kita?"

"Dih anak kita," cibir Juwita.

"Diem anak setan," sinis Lucas, "Gimana? Udah di siapin?"

"Udah semua. Senjatanya udah kan?"

"Udah kok beres,"

"Eh kita bawa baju ganti nggak dong?" tanya Yeri.

"Bawa, tapi siapin sendiri-sendiri, jangan kebanyakan," jawab Lucas, "Nanti barang-barangnya masukin mobil gue,"

"Mau bawa berapa mobil emang?"

Pemuda itu menoleh sekilas ke arah Deva lalu membuang muka, "Tiga kalo cukup, mobil Arjun kebanyakan SUV, kapasitasnya cuma 5 orang,"

"Yaudah mending ntar lo sama Yuki pake mobil lo, barang-barangnya masukin sana, sisanya pake mobil Arjun," putus Juwita.

"Lo mau mobil Arjun apa mobil yang ada Arjunnya?" goda Yeri, "Pasti yang ada Arjunnya lah,"

"Apaan sih,"

"GAES BURUAN! SEJAM LAGI KITA BERANGKAT," teriak Arjun.

"IH KOK SEJAM LAGI," protes Juwita.

"Udah pokoknya buruan, makanannya udah jadi kan?"

"Udah kok, tinggal masukin ke tempat makannya, sama bahan makanan tinggal masukin mobil,"

"Cemilannya juga jangan lupa Yer,"

"Cemilan teross," sindir Juwita, "Udah ah gue mau nyiapin baju dulu,"

"Yaudah sana," acuh Lucas, "Lo siapin baju gue ya Ki, biar Gara sama gue,"

"Oke, hati-hati, keperluannya Gara masukin mobil jangan lupa,"

"Iya siap,"

***

"Barang-barang udah siap semua?" tanya Arjun memastikan.

"Udah kok tinggal berangkat aja kita," jawab Yuki melirik ke dalam mobil Lucas.

"Oke, yang yang sama gue Juwita, Yeri, Yuda, sama Bima ya, sisanya sama Mark,"

"Oke siap," balas Galang semangat, "Ayo berangkat,"

"Buka dulu pintunya bege," datar Deva, "Biar gue sini yang buka,"

"Sip sip, ayo naek semua," seru Mark, "Kelamaan gue tinggal,"

"Kejam bener lo," sinis Hendry.

"Yuki sayang ayo masuk, jangan bengong doang,"

"Bukain pintunya Cas,"

"Oh iya bentar,"

Tak lama kemudian pintu mobil Lucas terbuka, melihat itu Yuki segera melompat naik dengan Gara yang berada di gendongannya.

"Susunya udah kan?"

"Ini nih ga liat lo?" Lucas menunjuk botol susu di atas dashboard mobil.

"Ya nggak usah ngegas dong,"

"NGGAK USAH RIBUT KALIAN! KASIAN GARA, MENDING SAMA GUE AJA," teriak Juwita.

"NGGAK NANTI KETULARAN TOXIC,"

"AYO BURUAN," teriak Deva kesal.

"UDAH BAWA PISTOL KAN KALIAN?" Mark memastikan.

"UDAH SEMUA KOK," jawab Yeri, "BURUAN BERANGKAT! LO DULUAN,"

"OKE," seru Mark, "DEVA BURUAN NAIK,"

"OKE,"

Mobil yang di kendarai oleh Mark mulai melaju meninggalkan basement rumah Arjun, diikuti oleh 2 mobil lainnya dengan mobil yang di kendarai Lucas berada di pojok belakang.

"Santai aja lah, ntar kalo ngegas mobilnya goyang-goyang, kasian Gara nanti muntah,"

"Bisa stress dia," balas Yuki, "Lo nggak lupa isi bensin kan?"

"Udah full semua bensinnya, kalo habis tinggal ambil di belakang,"

"Ohhh," gadis itu mengangguk mengerti, "Bawaannya banyak banget gila, duh itu apaan tenda? Ngapain bawa tenda segala?"

"Nggak tau, Hendry sama Keynan tuh," acuh Lucas.

"Menuh-menuhin doang astaga," kesal Yuki, "Aduh Lucas hati-hati dong, kasian Gara,"

"Ya maap itu zombienya ngalangin, ntar kalo kelamaan kita ketinggalan ntar,"

"Yaudah sih, kan lo tau jalannya,"

"Yaudah iya ibu negara, hamba yang hanya pelayan menurut,"

Sedangkan di sisi lain, tepatnya di dalam mobil Arjun yang di kendarai oleh Mark, Keynan tengah berdebat hebat dengan Deva. Mark hanya menggeleng prihatin, Galang yang sesekali menanggapi, dan Hendry yang hanya memijat pelipisnya tanpa berniat melerai.

"Ya makanya mending gue yang di depan, dari pada gue muntah? Mau tanggung jawab lo?" sentak Keynan kesal.

"Lah yang muntah lo kok, gue mana peduli, lagian nggak dari tadi lo minta pindahnya, kalo sekarang ribet,"

"Pokoknya gue mau pindah,"

"Enak aja! Emang ini mobil siapa? Bukan mobil lo kan? Nggak usah seenaknya deh," Deva melotot kesal.

"Ya ini juga bukan mobil lo kan?"

"Ini mobil punya tunangannya cewek yang lo rebut cowoknya," acuh Deva, "Diem atau gue paksa lo keluar dari sini?"

"Nggak takut tuh," tantang Keynan.

"Usir aja nggak papa Dev. Capek gue denger dia ngomel, kaya suaranya bagus aja," sahut Galang.

"Diem lo! Orang jelek kayak lo nggak pantes ngomong,"

Deva mendengus, "Emang lo apa? Cantik juga kagak, kecentilan iya. Sok cantik pula, gayanya selangit,"

"Gue emang cantik ya, emang lo, sok-sokan banget! Mana sok kaya lagi,"

"Lah gue emang kaya, nggak kaya lo maksain jadi kaya! Udah berapa duit tuh dapet dari om-om? Haha banyak ya duit lo hasil godain orang?"

"NGGAK USAH SEMBARANGAN YA LO!"

"Lah emang kenyataan kok, ngaku aja lo sering jual diri," acuh Deva, "Sadar diri lo di sini tuh cuma nyusahin aja, masih mending di tampung, kalo enggak? Mati cepet lah orang macem lo,"

Bughh

Semuanya serempak menoleh.

"Kenapa Mark?" tanya Hendry.

"Ada zombie lewat, ketabrak deh," jawab pemuda itu.

"POKOKNYA GUE MAU DI DEPAN," teriak Keynan menggoyangkan kursi di depannya--kursi kemudi.

"E--eh jangan di goyangin kaget gue, duh itu woy awas," pekik Mark kaget.

"LO BISA DIEM NGGAK SIH?" sentak Galang marah.

"NGGAK!" balas Keynan berteriak, menendang kursi di depannya dengan kasar.

"ADUH WOY," Mark mengusap dahinya yang membentur kemudi, karena guncangan pada kursi kemudi membuatnya mau tak mau menginjak pedal rem secara mendadak, "DIEM,"

"APA SIH ORANG GUE NGGAK NGAPA-NGAPAIN,"

Deva memijat pangkal hidungnya, "Udah Mark lanjut,"

"GUE MAU DI DEPAN! KALO NGGAK GUE MAU BUNUH DIRI?" Keynan mengeluarkan sebuah pistol dari saku bajunya.

"Tukang drama," sinis Galang.

"Siapa bilang gue mau drama?" gadis itu hendak menarik pelatuk pistol hingga Hendry terlebih dahulu membalik pistol yang awalnya menghadap dada Keynan menjadi menghadap depan.

Dor

"AWWW," erang Deva kesakitan saat merasakan peluru itu terlebih dahulu menggores lengannya lalu melesat menembus kaca depan mobil.

Mark terlonjak kaget, reflek membanting setir hingga mobil menabrak pohon.

Pemuda itu menahan napas kala menyadari posisi mobil kini berada tepat di bibir jalan dengan setengah bagian tidak lagi menapak. Di bawah sana sebuah jurang dengan dalam kira-kira 10 meter seolah menanti mereka.

"JURANG?! GILAK KITA KUDU GIMANA?" seru Gilang panik, "INI GARA-GARA LO! KALO LO NGGAK SEGALA DRAMA MAU BUNUH DIRI PASTI NGGAK AKAN KEJADIAN KAYA GINI,"

"Oke guys tenang," Mark menghela napas, hendak membawa mobil kembali ke tengah jalan, namun zombie dalam jumlah yang banyak sudah terlebih dahulu berjalan mendekati mobil hingga benar-benar mengerubungi setengah bagiannya.

"Jangan di dorong woy," pekik Deva kala merasakan mobil Arjun mulai sedikit bergoyang.

"Aduh kita kudu keluar," panik Galang.

Mark menghela napas, "Maaf ya gara-gara gue kita jadi--"

"Ini bukan salah lo, ini salah dia," Deva menatap Keynan tajam, "Sekarang pilihan kita cuma dua, mati jadi zombie atau mati karena kecelakaan,"

"Gue pilih opsi kedua," Galang mengangguk mantab, "Seenggaknya gue nggak ngerepotin orang lain dengan gue nggak jadi zombie,"

"Gue nggak mau mati!" pekik Keynan, "Ayo Mark buruan bawa mobilnya ke jalannn,"

"Nggak bisa, zombienya kebanyakan, kita nggak bisa lewat," lirih Mark.

Duarr

"Bomnya," gumam Hendry.

"Kalo ada yang mau keluar silahkan, gue enggak," Deva menggeleng.

Hening.

Sang pengemudi menghela napas, "Bentar lagi mobil ini jatoh, ada kata-kata terakhir?"

"YUKI GUE MINTA MAAF," teriak Deva, "Udah,"

"BIMA SORRY DUIT LO KEMAREN BELOM GUE BALIKIN," Galang ikut berteriak.

"GUE CANTIK,"

"SORRY JUWITA,"

"YERI, SORRY, GUE SUKA SAMA LO, SETELAH INI HIDUP LEBIH BAIK YA,"

Brakkk

Bersamaan dengan berakhirnya teriakan Mark, mobil mulai berguling jatuh masuk ke dalam jurang.

"ADA RANJAU," pekik Deva di sela kesaradannya.

"Seenggaknya kita nggak akan kesakitan,"

DUARRR

Benar saja, mobil Arjun meledak karena ranjau di bawah sana.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C21
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập