"Aku belum lapar," ucap Illona.
"Baiklah, kita berkeliling dulu saja," sahut Hugo.
Kedua remaja itu pun mulai berjalan berdampingan menyusuri setiap sudut mall. Canda dan tawa juga mengiringi langkah kaki mereka, meski sesekali Illona terdiam karena melihat beberapa orang yang lagi-lagi menatap ke arahnya.
'Apa ada yang salah denganku? Atau mereka menatap Hugo yang tampak tampan?' Illona melirik laki-laki di sampingnya sembari membatin.
"Ada apa Illona?" tanya Hugo yang menyadari bahwa dirinya sedang ditatap oleh gadis cantik yang ada di sampingnya.
"Ah, ti-tidak ada apa-apa kok!" jawab Illona dengan cepat karena ia terkejut mendengar pertanyaan Hugo yang tiba-tiba.
Kini kedua remaja itu melanjutkan langkah mereka. Sesekali mereka juga masuk ke dalam pertokoan, seperti toko pernak-pernik atau tokoh lain yang ingin Hugo kunjungi. Namun, karena merasa sejak tadi Illona hanya mengikutinya, laki-laki itu pun mulai bertanya kemana Illona ingin pergi. Dia tidak enak hati kalau hanya menuruti keinginannya saja.
Gadis itu menggeleng. Dia berkata bahwa dirinya tidak ingin kemana-mana. Ia hanya ingin pergi bersama Hugo, jadi tidak masalah kemana pun laki-laki itu ingin melangkah.
Mendengar hal itu, Hugo merasa tersentuh. Namun, perkataan Illona tidak membuat rasa bersalahnya hilang. Alhasil, Hugo ingin membelikan sesuatu untuk Illona. Dia pun bertanya apa yang diinginkan gadis itu.
"Yang aku inginkan?" tanya Illona kebingungan.
"Iya yang kamu inginkan, aku ingin memberikan sesuatu untukmu." Hugo tersenyum hangat menatap gadis yang tengah melihatnya dengan tatapan bingung.
"A-apa? Tidak usah. Aku tidak ingin apa pun," sahut Illona terbata-bata.
"Tidak apa-apa, bilang saja. Lagi pula aku ingin memberikan sesuatu untukmu. Aku merasa tidak enak jika harus kamu ajari belajar tanpa memberikan imbalan apa pun. Ilmu itu kan mahal," ucap Hugo yang mencoba membujuk Illona.
Gadis itu terdiam. Dia tahu betul bahwa Hugo tidak akan mundur dengan keinginannya. Namun, dia benar-benar merasa bahwa dirinya tidak membutuhkan imbalan untuk waktu yang telah ia berikan pada Hugo. Terlebih lagi, belajar memang sesuatu yang ia sukai. Jadi tidak ada alasan untuknya meminta imbalan dari waktu yang sudah ia gunakan untuk mengajari Hugo belajar.
"Hugo, aku sungguh tidak membutuhkan imbalan. Aku senang bisa membantu belajar," ucap Illona dengan serius.
Bukannya menjawab, Hugo justru memperlihatkan wajah sedihnya. Hal itu membuat Illona tidak bisa berkata apa pun kecuali akhirnya menyetujui apa yang ingin Hugo lakukan.
Perkataan Gadis itu sontak membuat Hugo merasa senang. Ia pun berteriak dan meloncat kegirangan hingga membuat beberapa orang menatap ke arah mereka.
"Hugo, tenanglah! Banyak yang melihat ke arah kita," ucap Ilona sembari menatap sekeliling.
Hugo tertawa. "Baiklah, baiklah. Maafkan Aku!" ucap Hugo sembari mencoba tenang. Tidak lama kemudian ia menarik tangan Illona sembari bertanya lagi lagi apa yang gadis itu inginkan.
Illona terdiam sejenak, kemudian berkata bahwa dia akan menerima apa pun yang Hugo berikan. Karena tidak mungkin baginya menyebutkan suatu barang seenak hatinya. Illona merasa hal itu tidak baik baik, jadi dia tidak ingin melakukannya.
Bagi Hugo itu bukan masalah besar. Ia pun dengan senang hati akan memilihkan apa pun yang cocok untuk Illona. Alhasil, laki-laki itu mengajak gadis cantik yang tengah ditariknya untuk memasuki setiap toko yang ada.
"Hugo, apa tidak lebih baik kita sudahi saja? Kita sudah masuk ke beberapa toko pakaian dan membeli beberapa setel di sana. Ini sudah terlalu banyak," ucap Illona yang merasa tidak enak hati.
"Banyak? Tidak, tidak, ini masih terlalu sedikit untukmu. Gadis secantik kamu harus diberi semua barang-barang yang cantik," sahut Hugo yang tidak ingin berhenti membelikan sesuatu untuk Illona.
"Ta-api, aku benar-benar tidak enak hati. Lagi pula ini semua kan mahal-mahal," ujar gadis yang tidak memedulikan lagi ucapan manis Hugo.
Laki-laki itu kini berhenti dan menatap Illona. Dia tersenyum hangat, kemudian berkata, "Tidak ada yang lebih mahal dari pada kebahagiaanmu. Aku ingin membuatmu bahagia, jadi tolong jangan tolak pemberianku."
Perkataan Hugo membuat Illona tidak lagi dapat membantah. Gadis yang wajahnya memerah hanya diam sembari menunduk karena tidak kuat menatap wajah tampan laki-laki yang berkata ingin membahagiakannya.
Sedangkan Hugo, dia merasa senang karena Illona tidak lagi memperlihatkan penolakan. Hingga akhirnya, laki-laki itu pun kembali melancarkan aksinya dan memasuki beberapa toko lagi.
Setelah tangan kedua remaja itu dipenuhi dengan banyak tas belanja, Illona pun dengan tegas berkata bahwa mereka harus berhenti memasuki setiap toko yang ada. Selain tidak bisa membawa lagi, ia tidak bisa mengira-ngira berapa banyak uang yang sudah dihabiskan oleh Hugo. Buruknya, itu semua hanya untuknya. Karena semua tas belanjaan yang mereka bawa tidak ada barang Hugo sama sekali. Kecuali satu buah jaket yang ada di tas belanja yang sama dengan Illona.
"Baiklah, baiklah. Kita berhenti. Tapi, kalau ada yang kamu inginkan, harus bilang padaku ya!" ucap Hugo dengan serius.
"Iya, aku akan mengatakannya." Illona berkata demikian karena jika tidak, ia yakin Hugo akan terus mendesaknya.
Keduanya pun kini berjalan menuju lantai atas untuk pergi ke sebuah restoran yang ada di dalam mall. Hugo memilih tempat itu karena dia merasa akan merepotkan jika keluar dengan membawa banyak barang. Illona yang tidak tahu setiap sudut tempat itu hanya bisa mengangguk menyetujui perkataan lelaki yang bersamanya.
Setibanya di tempat tujuan, seorang wanita menyapa Illona dan Hugo. Namun, setelah matanya menatap mereka dari atas sampai bawah, dia langsung melayangkan tatapan merendahkan ke arah dua remaja tersebut.
Tidak lama berselang, wanita yang merupakan seorang pelayan di sana, berkata dengan lembut meski kalimatnya terdengar menyakitkan. Ia meminta kedua remaja itu untuk keluar dan mencari tempat lain karena dia yakin mereka tidak akan mampu membeli makanan di tempatnya bekerja.
Meski pelayan itu melihat banyak barang di tangan Illona dan Hugo, tetapi dia berpikir bahwa kedua anak itu hanya membeli barang-barang diskonan. Ia yakin uang saku mereka tidak akan cukup meski hanya untuk membeli segelas minuman di tempatnya bekerja.
"Apa di sini sangat mahal?" bisik Illona kepada Hugo. Ia tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan wanita itu, karena gadis tersebut sudah sering mendengar kalimat yang lebih merendahkannya lagi.
Belum sampai Hugo menjawab, wanita yang berdiri di depan dua remaja itu menyahut perkataan Illona karena ia mendengarnya.
"Iya, jadi sebelum kamu pesan dan malu sendiri, lebih baik kalian pergi saja dari sekarang. Bukankah aku sudah berbaik hati untuk mengingatkan?" ucap pelayan itu dengan nada suara yang terdengar sangat sombong.
Sejak tadi Hugo sudah bersabar. Namun, dia merasa wanita itu semakin semena-mena. Dengan kekesalan yang semakin memuncak, dia pun tidak memperdulikan wanita itu dan langsung berjalan melewatinya untuk masuk dan memilih meja.
"Hu-hugo," gumam Illona. Ia terkejut dengan Hugo yang tiba-tiba melangkah.