Kedua mataku memicing selagi berjalan mendekati bingkai foto yang diletakan di atas perapian. Bukan perapian sungguhan, tetapi sejenis dekorasi tambahan yang tak bisa digunakan untuk membakar kayu. Di atasnya tersusun beberapa pajangan, dari mulai pernak-pernik kecil berupa patung-patung pohon natal serta binatang hingga bingkai foto yang menarik perhatianku. Tindakanku ini tak serta merta mencerminkan bahwa aku seseorang yang terlalu mengurusi orang lain, tetapi lebih pada karena aku merasa mengenal kedua pria tersebut.
Selain sosok Joshua yang jauh lebih muda dari sekarang, ada satu sosok pria lain yang membuatku tak henti-henti menatapnya. Dilihat dari perawakan, pahatan wajah, semua hal pada diri pria itu terasa tak asing bagiku.
"Davis?" gumamku setelah menemukan setitik informasi.