Axel yang saat ini merasa sangat marah sekaligus murka, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa akibat luka yang dirasakan di kakinya. Saat ia berpikir bisa segera bangkit dari ranjang untuk mengambil ponsel miliknya karena ingin memeriksa pengintai digital yang ada di antara sela-sela jari Zelyn, tidak pada kenyataannya karena ia merasakan rasa nyeri luar biasa.
"Berengsek!" umpat Axel yang saat ini menghempaskan kedua tangan ke arah ranjang yang masih meninggalkan aroma khas tubuh Zelyn yang sangat dihafalnya dan menjadi sebuah candu tidak terlupakan.
Di saat bersamaan, pintu tiba-tiba terbuka dan terlihat para anak buahnya berjalan masuk dengan terburu-buru dan langsung berlutut di hadapannya. Mungkin jika orang lain yang mendapatkan sebuah penghormatan seperti itu akan merasa sangat bangga, tetapi sangat berbeda karena menganggap itu merupakan sebuah bentuk penghinaan untuknya.