Tải xuống ứng dụng
2.86% One Night Stand With Mr. Mafia (Bahasa Indonesia) / Chapter 8: Nomor asing

Chương 8: Nomor asing

Untuk beberapa menit, Zelyn melampiaskan amarahnya dengan menarik rambut pria yang bekerja sebagai tukang parkir. Ia bahkan sama sekali tidak memperdulikan apapun lagi. Semua orang yang melintas hanya geleng-geleng kepala melihat perbuatannya. Zelyn seperti melupakan bahwa dirinya selalu menjaga images dengan bersikap sebaik mungkin di depan semua orang.

Namun, kali ini semua kesempurnaan yang ia bangun seolah musnah begitu saja hanya karena merasa kesal bertemu dengan pria yang merupakan klien penting di tempat ia bekerja. Setelah merasa puas, Zelyn melepaskan tangannya dari rambut hitam pria yang sudah ditawarinya uang tersebut. Ia mengangkat tangannya ke atas dan menepuk-nepuk telapak tangan yang sudah dipenuhi oleh beberapa helai rambut rontok karena perbuatannya.

Kini, ia kembali bersikap seperti biasa, yaitu menampilkan wajah dengan seulas senyuman. Tentu saja ia sudah kembali bersikap se-elegan mungkin dan seperti tidak terjadi apa-apa barusan.

"Ehm ... terima kasih, karena sudah membantuku untuk melepaskan semuanya. Mas tunggu di sini, aku akan mengambil uangku setelah mengganti gaun pengantin sialan ini," ujar Zelyn yang berbalik badan dan berjalan ke arah butik dengan tangan kembali memegangi gaun yang menjuntai itu agar tidak sampai kotor.

Tidak lupa ia sudah berkali-kali mengumpat dan mengabsen seluruh isi kebun binatang untuk melampiaskan amarahnya yang masih memenuhi jiwanya.

'Axel ... Axel ... Axel, selama satu bulan ini aku akan berada di Bali bersama pria menyebalkan sepertinya. Astaga, aku benar-benar bisa gila. Ardhan ... apakah dia bisa membantuku keluar dari masalah ini? Mana dia akhir-akhir ini benar-benar sibuk, lagi. Tidak mungkin dia bisa menemaniku di Bali,' gumam Zelyn di dalam hati saat melangkah masuk ke dalam butik dan bisa dilihatnya pria yang merupakan ayah dari Axel berjalan ke arahnya bersama dengan ibu dari atasannya.

"Tuan dan Nyonya sudah mau pergi?" tanya Zelyn dengan membungkuk hormat.

"Iya, kami akan ke Mansion karena putraku tadi sudah menghubungiku kalau dia langsung pergi ke hotel, efek lelah dan ingin cepat tidur," jawab Arman yang menyunggingkan senyuman. "Oh ya, aku mau bertanya padamu."

Zelyn menyunggingkan senyuman palsu begitu mendengar perkataan dari pria paruh baya di depannya. Sebisa mungkin ia menyembunyikan perasaan kesalnya karena merasa telah ditipu mentah-mentah oleh pria yang hampir saja merenggut nyawanya.

'Berengsek, jadi dia cuma mau tidur di hotel dan membohongiku dengan mengatakan ingin bertemu orang penting? Astaga, rasanya aku ingin sekali mencekik lehernya hingga mati.'

"Iya, Tuan Arman. Anda mau bertanya tentang apa?"

"Putraku sangat susah ditaklukkan saat sedang marah. Memangnya apa yang tadi kamu lakukan padanya untuk merubah pikirannya? Dia tidak macam-macam padamu, kan?" seru Arman yang saat ini menatap intens ekspresi dari wajah Zelyn untuk mencari sebuah kejujuran di matanya.

Sementara itu, Zelyn menelan salivanya dan ingin sekali langsung mengatakan bahwa ia baru saja mengorbankan nyawanya dan hampir mati konyol di tangan putranya. Namun, ia tidak mungkin mengatakan hal itu karena saat ini tidak terjadi apapun padanya. Lagi-lagi ia harus berakting di depan pria yang sangat dihormatinya tersebut.

"Hanya sebuah hal kecil, Tuan Arman. Jika Anda merasa penasaran, mungkin nanti bisa bertanya pada Tuan Axel."

Arman menatap menelisik ke arah sosok wanita yang terlihat berpeluh, seperti seseorang yang baru saja selesai berolahraga. "Baiklah, aku akan menanyakannya sendiri nanti padanya. Kalau begitu selamat bekerja dengannya. Aku hanya berpesan padamu, jangan coba-coba untuk menyulut amarah anak nakal itu, oke!"

'Wanita ini terlihat berkeringat seperti orang yang baru bekerja keras saja. Axel tidak mengajaknya bercinta di dalam mobil, kan. Kalau sampai anak nakal itu melakukannya, aku benar-benar akan meledakkan kepalanya," gumam Arman yang masih sibuk menebak-nebak apa yang dilakukan wanita di depannya untuk merubah keputusan dari putranya.

Zelyn lagi-lagi membungkuk hormat dan tersenyum manis. "Tentu saja, Tuan Arman Saya akan merekamnya di otak," ucap Zelyn dengan jari telunjuk yang sudah menunjuk otaknya seraya mengumpat di dalam hati.

'Karena nyawaku yang akan jadi taruhannya jika membuat putra psyco-mu itu marah.'

Arman hanya mengangkat dua ibu jarinya dan melanjutkan langkah kakinya yang panjang untuk keluar dari butik.

Sementara itu, Laila menepuk pundak Zelyn sebelum berjalan menuju pintu keluar. "Sabar, Zelyn. Anggap saja ini adalah sebuah ujian sebelum menikah yang akan mendewasakanmu. Aku percaya kamu pasti bisa."

"Terima kasih, Nyonya Laila." Zelyn kembali membungkuk hormat dengan seulas senyum terbit dari wajahnya saat menanggapi perkataan dari ibu bosnya.

'Seandainya nyonya tahu apa yang aku alami barusan, mungkin respon anda tidak seperti ini,' gumam Zelyn.

"Sudah aku bilang jangan selalu membungkuk hormat seperti itu, Zelyn. Benar kata Arman tadi, pinggangmu lama-kelamaan bisa patah jika setiap hari membungkuk hormat pada semua orang yang kamu temui. Aku tidak suka orang yang terlalu bersikap formal. Kita semua sama, tidak ada yang beda. Kamu makan nasi kan?" tanya Laila dengan terkekeh.

Tanpa sadar, refleks Zelyn menganggukkan kepala. "Iya, Nyonya. Tentu saja saya makan nasi." Zelyn menggaruk tengkuk belakangnya karena merasa tidak memahami perkataan dari wanita dengan postur mungil di depannya.

"Aku juga makan nasi, karena itulah kita semua sama. Jadi, bersikaplah sewajarnya. Mungkin kamu bisa menerapkannya hanya saat berada di perusahaan dan juga saat bekerja. Baiklah, sekarang kamu ganti gaun pengantin itu. Kamu tidak akan memakainya nanti saat menikah, karena Arman sudah membelinya dan diberikan kepadamu sebagai hadiah sekaligus permohonan maafnya." Laila sekali lagi menepuk pundak polos Zelyn dan berlalu pergi.

Zelyn hanya terdiam seraya menunduk lemas menatap ke arah gaun pengantin yang melekat di tubuhnya. "Apakah aku harus menyimpan gaun sialan yang menyimpan kenangan memuakkan bersama dengan si Axel berengsek itu? Astaga, aku benar-benar dibuat stres hari ini. Aku ingin pergi makan-makan enak setelah pulang dari sini. Ardhan juga belum datang lagi," keluh Zelyn yang sudah kembali melangkah menuju ke arah ruang ganti dan bertemu dengan calon mertua dan ibu mertuanya.

"Mama mau pulang sekarang?"

"Mama akan mengantarkanmu pulang, Zelyn. Karena Ardhan tidak bisa menjemputmu. Barusan dia meneleponmu, tetapi kamu lagi di luar, jadi Mama yang angkat," ujar Emy yang masih duduk di sofa bersama mamanya.

Raut wajah kecewa tampak jelas di wajah Zelyn, tetapi ia masih mencoba untuk tersenyum di depan dua wanita itu. "Iya, tidak apa-apa, Ma. Lebih baik Mama pulang saja dulu, karena aku ingin pergi ke suatu tempat. Aku pulang naik taksi saja, Ma."

"Kenapa tidak sekalian saja, Sayang. Memangnya kamu mau pergi ke mana?"

"Rumah teman, Ma. Rumahnya tidak searah, jadi aku naik taksi saja."

Emy bangkit dari sofa dan mengambil tasnya, "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Mama pulang sekarang. Kamu hati-hati di jalan, ya." Berjalan meninggalkan calon menantunya bersama sang mama.

Zelyn mengangguk hormat dengan seulas senyum, "Iya, Ma." Masih mengarahkan tatapannya pada dua wanita yang sangat disayangi oleh calon suaminya, kemudian ia langsung mendaratkan tubuhnya di atas sofa dengan helaan napas panjang. Seolah bisa dipastikan bahwa ia baru saja mengalami hari yang berat.

Saat Zelyn hendak bangkit dari sofa untuk berjalan ke ruang ganti, suara dering ponsel miliknya yang berbunyi, membuatnya langsung mengambilnya dari dalam tas. Begitu melihat nomor asing yang menghubunginya, membuatnya mengerutkan kening.

"Siapa ini?" Jarinya menggulir tombol hijau ke atas dan langsung mengungkapkan pertanyaan.

"Halo, ini siapa?"

"Cepat datang ke hotel Rayya sekarang juga! Aku Axel."

Zelyn membulatkan matanya begitu mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya. Saat ia ingin berbicara, telepon pun sudah terputus. Zelyn menatap ke arah ponselnya, "Bagaimana mungkin pria berengsek itu tahu nomorku? Apa tadi dia bilang? Aku harus datang ke hotel? Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Apa dia mau praktek untuk menembak kepalaku lagi?"

Zelyn berteriak dengan sangat kencang untuk melampiaskan amarahnya tanpa memperdulikan para staf butik yang melihat ke arahnya begitu mendengar suara teriakannya.

TBC ...


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C8
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập