Tải xuống ứng dụng
70.58% Kamulah Rumahku, Mr Min / Chapter 12: 11. Lampu Kuning

Chương 12: 11. Lampu Kuning

'Jangan terbuai padaku. Aku masih belum paham bagaimana bentuk cinta yang tulus.'

...

"Mr Min?!"

Namjoon datang dan lekas membawa Yoongi ke mobilnya diikuti oleh Jang Mi yang terlihat sangat panik.

"Jungkook, tolong telepon Dr Jung!" perintah Namjoon.

"Ya, hyung."

Jang Mi diam saja di kursi penumpang duduk bersebelahan dengan Mr Min yang masih tak sadarkan diri. Ia begitu cemas ketika melihat wajah pucat itu. Tubuhnya sedikit memerah dengan bulir keringat yang timbul diujung dahi. Ada doa yang terselip di lubuk hatinya. Kejadian barusan malah menimbulkan pertanyaan baru. 'Apa ada sesuatu yang disembunyikan mafia ini?' pikirnya. Terlebih melihat raut Namjoon dan Jungkook yang kelewat serius. Namun ia kubur dalam - dalam rasa penasarannya hingga waktu mampu menjawabnya.

...

Keesokan harinya.

Jungkook berjaga semalaman dikamar Yoongi. Jang Mi sedang menyiapkan sarapan untuk penghuni rumah hari ini.

Setelah semua siap, wanita itu menuju ke lantai dua untuk memanggil kedua pria tersebut. Tangannya mengetuk pintu kamar, "Mr Min? Sudah bangun?" Yang kemudian dijawab oleh pemilik kamar, "hm, masuk."

Jang Mi membuka pintu lalu membiarkan wangi maskulin menyeruak kedalam penciumannya. Jungkook terlihat duduk disamping ranjang dengan tablet ditangannya. Kemungkinan besar ia sedang bekerja. Sementara orang yang tadi menyahut tengah berbaring di ranjang.

"Aku membuatkan kalian sarapan."

Yoongi menatapnya dengan seulas senyum tipis. "Aku tahu. Apronmu pun masih menempel," sahutnya lemah.

Menyadari itu, Jang Mi buru - buru melepas ikatan tali apron dibelakang tubuhnya. 'My Lord, aku lupa sekali,' batinnya. Kemudian keluar kamar seraya menggerutu. Hal ini membuat Yoongi tersenyum geli. "Lucunya."

Yoongi turun lebih dulu dibanding Jungkook dan berapapasan dengan Jang Mi yang hendak kekamarnya. Berjalan sambil memainkan ponselnya.

"Kau tidak ikut sarapan?" tanya pria itu.

"Ah, aku sudah makan. Aku harus pergi ke perayaan panen perkebunan sekarang. Barusan Taehyung mengirim pesan padaku."

Yoongi tahu ini bukan urusannya tapi lubuk hati terdalamnya menginginkan wanita itu paling tidak menanyakan kesediaannya untuk ikut. Sebelum ia berbicara lagi, Jang Mi lebih dulu bertanya, "apa kau mau ikut?"

Oh, telepati macam apa ini. Mungkinkah wanita didepannya bisa membaca pikirannya.

Lelaki yang masih memakai piyamanya itu mengangguk seadanya, kemudian mereka berpisah. Yoongi yang akan mengisi perutnya dan Jang Mi yang harus mempersiapkan diri menghadiri upacara perayaan.

...

"Wah, kalian kelihatan serasi!"

Seorang wanita paruh baya mendekati kami yang baru menemui kakek Kim. Astaga, mungkin ia sudah renta jadi penglihatannya terganggu. Entah dari sisi mana aku dan Mr Min dikatakan serasi. Aku tersenyum ramah dan mengucapkan terima kasih pada nenek tadi. Sementara Yoongi acuh saja menyunggingkan senyum teramah yang ia punya.

Aku beberapa kali bertanya soal kondisinya. Sebab baru kemarin ia tak sadarkan diri setelah adegan ciuman pertama kami. Kalau dipikir lagi, lucu juga. Padahal, seharusnya aku yang terkejut. Tapi malah ia yang pingsan. Ngomong - ngomong masalah itu, sudah dua kali ia melanggar perjanjian. Seharusnya aku boleh menagih hakku. Masalahnya aku terlalu enggan membahas hal itu dengannya. Akan secanggung apa nantinya kami.

Kulirik tubuh tegap berbalut jaket hitam dan celana jeans itu. Ini pertama kalinya aku melihat ia memakai sesuatu yang santai. Selain jas dan kemeja, aku belum pernah mendapatinya mengenakan baju sesantai ini. Terkecuali baju tidur bahan sutranya. Kalau boleh sedikit memuji, aku bisa melihat sisi lainnya. Dari samping ia terlihat lumayan. Sama saja seperti pria muda seumur Namjoon oppa yang sesungguhnya masih cocok melajang. Oke hentikan Jang Mi, kau mulai tak waras.

"Ayo kesana," ajak Mr Min setelah melihat beberapa wanita menari ditengah kerumunan penduduk desa. Kegiatan seperti ini bisa diadakan setahun dua kali tergantung hasil panen perkebunan.

Dari yang kulihat, dia cukup menikmati perayaan ini. Aku sedikit tertegun tak memprediksi respon yang kudapat setelah mengajaknya ke acara seperti ini. Bahkan aku menangkap senyumnya yang bisa kuartikan sebagai bagian dari rasa tulusnya.

"Mari membuat lingkaran!" perintah seorang kakek. Hal ini membuat seluruh warga membentuk beberapa lingkaran besar yang mengelilingi para pengisi acara. Aku sedikit memundurkan langkah mensejajarkan diri dengan yang lain. Kami semua sedang berjalan menyamping masih dalam lingkaran saat kurasa sesuatu menyentuh jemariku. Lebih tepatnya menggenggam. Kutengok sebelah kananku, tempat dimana Mr Min berdiri. Ia terlihat sumringah walau telapaknya sedikit berkeringat.

Ini sungguh diluar dugaanku. Bahwa aku bisa melihat hal termanusiawi dari seorang mafia semacam Mr Min. Meskipun sekali lagi kutegaskan ia bukanlah kelompok orang yang keji dan siap membunuh siapapun baik orang itu bersalah atau tidak. Itu pula asumsi yang menguatkan aku untuk memilih mengikat diri dengannya. Sebab aku yakin kemungkinan aku mati ditangannya lebih kecil.

Lalu merasa sudah memandanginya terlalu lama, aku menggelengkan kepala. Dan menikmati pertunjukkan dihadapanku. Baru sebentar perhatianku teralihkan kembali pada lelaki disampingku sebab tangannya menggenggam terlalu erat. Apa ada sesuatu? Kulihat wajahnya yang masih tersenyum dengan pelipisnya yang sedikit berkeringat. Aku mulai khawatir karena mungkin saja ia belum begitu pulih. Sebelum terjadi hal buruk, kutarik dirinya keluar dari lingkaran.

"Kau masih sakit, Mr Min?" tanyaku setelah kami menjauh dari rombongan.

Ia tak bersuara beberapa saat dan melepas tautan jemarinya. Raut sumringahnya sudah menghilang. "Tidak," balasnya singkat.

"Sebaiknya kita pulang, Mister."

Jungkook pun tiba dan mengantar kami kembali ke rumah. Aku sungguh ingin tahu mengenai penyakitnya. Tapi apalah daya itu akan melanggar privasinya.

...

Ramai suara musik dan manusia kini berganti sepi ketika Jang Mi tiba di kediaman Mr Min. Ia digerogoti rasa bersalah melihat lelaki itu sedikit murung dan mendiamkannya hingga ke kamar, menyisakan dirinya dengan Jungkook.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Jungkook tepat sebelum wanita itu melangkah masuk ke ruangan pribadinya. Jang Mi mengiyakan lalu mengekor dibelakang pria tersebut menuju teras rumah.

Setelah menempati kursi masing - masing, Jungkook memulai pembicaraan mereka dengan sebuah perintah yang lebih tepat disebut permintaan, "tolong jagalah jarak dan kontak fisik sebisa mungkin dengan Yoongi hyung."

Hal ini terang saja membuat Jang Mi mendongak kaget. Tanpa disuruh pun wanita itu berusaha menjaga jaraknya dengan 'suami'nya. Namun beberapa hal aneh memang terjadi belakangan ini. Membuat ia sendiri merasa linglung dan tak tahu harus berbuat apa termasuk tindakan Yoongi yang berani menggandeng tangannya tadi, entah karena mereka dihadapan banyak orang yang mengetahui status suami istri mereka atau sebuah indikasi lain.

"Ia tidak bisa berada dalam ruang lingkup yang ramai penduduk seperti tadi. Sebuah kesalahan besar kau membawanya kesana," lanjutnya.

Jungkook membenarkan kacamata bulat yang bertengger dihidungnya menggunakan telunjuk kanannya. "Aku serius. Yoongi hyung bukanlah pria biasa."

Gadis itu semakin tertarik dan sangat siap menjadi pendengar lelaki disebelahnya. "Ia mungkin akan murka jika aku memberitahu padamu, tapi akan kubiarkan kau memahaminya sedikit. Ini akan menjawab pertanyaanmu. Aku tahu kau pasti juga bingung dengan kejadian di kafe kemarin."

Jang Mi sudah memasang telinganya baik - baik. Bahkan menyiapkan hati serta jiwanya atas perkataan pria ini nanti. Sayangnya sebelum itu terjadi, tokoh utama mereka menginterupsi. "Pulanglah, Jungkook."

Kedua pasang mata itu menoleh. Terutama Jungkook yang cukup terkejut. "Tugasmu disini sudah selesai. Kau punya waktu berlibur selama satu minggu," ujarnya kembali.

Kalau sudah begini tidak ada kata sanggahan apapun yang berlaku bagi Yoongi. Tak berkutik, sang asisten pun berdiri dan berpamitan padanya.

"Dan kau, nona Ahn. Aku belum bisa memberitahu apapun padamu selain kalimat ini. Jangan percaya padaku sama sekali. Percaya saja pada apa yang kau lihat."

Jang Mi tertegun dan dalam hatinya membatin, 'bagaimana ini? Aku sudah terlanjur percaya padamu. Bahkan kamu lebih bisa dipercaya dibanding keluargaku sendiri. Mana bisa begitu??' Kemudian atas rasa kecewanya Jang Mi berdiri dan meninggalkan Yoongi.

"Kenapa malah semakin rumit? Aku cuma mau tinggal di pulau ini dengan tenang." ujar pria itu setelah Jang Mi pergi. 'Sungguh, aku bukan orang yang bisa dipercaya, nona.'

...

*bersambung*


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C12
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập