Tải xuống ứng dụng
56.25% One Click / Chapter 9: Kisah Sebelumnya

Chương 9: Kisah Sebelumnya

Hari yang cerah di taman sekolah. Terlihat Dito dengan tubuh tegap dan tinggi duduk di atas bangku taman. Seragam sekolahnya dibiarkan keluar dengan posisi duduk maco dan sedikit mengangkang, terlihat seru berbincang dengan teman baiknya si kembar Riko dan Riki.

Memiliki tubuh tinggi dengan kulit putih, ketiganya terlihat begitu menawan. Meski bergaya selengekan, namun mereka begitu ramah dan suka menolong. Mungkin itu pula yang membuat sekolah tak pernah mengomentari mereka. Sedangkan dengan kebiasaan mereka sendiri yang suka cabut, merupakan hal wajar yang bahkan banyak siswa lakukan. Justru mereka bertiga bertingkah lebih baik dan sangat menghargai. Tidak pernah bermain sewaktu pelajaran berlangsung. Tepatnya tidak melakukan onar. Hingga tak heran nama mereka dikenal seluruh siswa yang ada di sekolah Panca Karya.

Bahkan, banyak adik kelas yang ingin dekat dengan mereka. Juga sampai menyatakan cinta. Namun, para kandidat cewek mendadak mundur teratur karena keberadaan Andin. Siapa yang tidak mengenal dirinya, gadis cantik, ramah, baik dan santun itu menjadi pujaan banyak siswa di sekolah. Namun, ia juga tak ada yang berani mendekati karna ada tiga pria maco di sekitarnya.

"Ah, Lu lagi. Ngapain sih, datang mulu?" ujar Riko dengan wajah meledek.

"Yang mau ketemu Lu siapa?" jawab Andin tak mau kalah.

"Jadi mau ketemu siapa Lu? Kembaran gua apa Dito?"

"Enggak juga tuh!"

"Lah, ngapain Lu kemari?"

"Mau ke kantin. Emang ini jalan Bapak Lu?" jawab Andin yang kemudian berjalan melewati mereka.

"Hu ... cewek aneh!" jawab Riko.

"Hus! Yang demen banyak tuh. Hati-hati Lu. Dikeroyok nyahok Lu!" jawab Dito.

"Sini! Kalau berani nantang Abang. Belum kena otot macan mereka," jawab Riko dengan sengaja memperlihatkan otot yang ada di tangan kanan dan kirinya.

"Berantem mulu. Andin cewek kali, masak mau Lu ajak gelud juga!" ucap Riki yang sedari tadi diam.

"Cie, cie, ada yang enggak senang nih. Jangan-jangan Lu senang ma dia lagi. Makanya pakai acara bela-bela segala. Jangan ... jangan ...," ujar Riko dengan wajah meledek.

"Ah, serah deh! Ribet amat!" ucap Riki yang hendak bangkit meninggalkan mereka. Namun, dengan segera di tahan Dito.

"Ah, Lu mau kemana? Sini ajalah," ucap Dito berharap Riki mendengar. Namun, Riki justru melambaikan tangan bahkan tanpa melihat ke arah mereka. Ia terus saja berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Eh, Gua yakin kalau Riki lagi suka sama cewek," bisik Riko.

"Ah, yang bener? Siapa ceweknya?" tanya Dito yang kini ikut penasaran.

"Ah, Lu kepo amat?"

"Lah, kan Lu yang bahas deluan, ying!"

"Oke, oke Gua serius. Dia suka senyum-senyum sendiri di depan komputer. Terus bangun pagi-pagi banget, bahkan dia deluan bangun dari pada Ibu Gua. Dia juga kadang tidur larut malam, malah sengaja pasang alaram biar kebangun tengah malam. Terus, pas Gua terbangun dan hendak melihat ke dia. Dianya langsung tekan tombol layar komputer dan menutup bukunya. Sepertinya dia lagi chat-an gitu ma cewek. Anak luar negeri kali," jelas Riko dengan wajah serius.

"Keknya, enggak harus gitulah, Ko. Kalaupun pacaran ya pacaran aja. Emang ada gitu, sengaja pasang alaram tengah malam buat chat. Kurang kerjaan kali gak?" sambung Dito dengan wajah meragu dan bingung.

"Enggak paham, dah. Udah sebulan ini dia begitu. Gua enggak nemu apa-apa, udah Gua cari tahu juga sih," ucapnya dengan yakin.

"Ah, gila Lu. Jangan mentang-mentang kalian kembaran, terus Lu enggak kasih Riki privasi."

Keduanya saling tertawa. Sedangkan dari kejauhan Jessy sedang memperhatikan ke arah mereka. Ia terlihat menatap tajam tanpa arti. Terkadang ai tersenyum, namun kadang pula ia cemberut. Entah apa yang sedang ia pikirkan, hingga ia tak mendengarkan salah satu teman gengnya yang sedang asik bercerita.

"Jes, Lu dengeri Gua enggak sih?" tanya temannya.

"Lanjut aja," jawabnya tenang. Namun, masih dengan mata yang menatap ke arah Dito dan Riko berada.

***

Siang itu Dito sedang asik menatap ke arah Andin yang lagi membeli makanan di kantin. Matanya terus saja bergerak mengikuti kemana Andin bergerak. Riki yang lebih dulu menyadai hal ini pun lantas menyenggol tangan Riko lalu menunjuk ke arah Dito. Riko yang kurang peka pun memasang wajah bingung sambil mengangkat kedua bahu tanda ia tak paham. Kemudian Riki menggunakan dua jari dan mengarahkan ke kedua matanya. Barulah Riko paham dan mengangguk dengan senyuman penuh iseng.

"Woi! Lihat sapa sih?" tanya Riko sambil menjentikkan jari tepat di depan mata Dito.

"Ah, apaan sih?" ucap Dito, sepertinya ia malu mengakuinya.

"Andin kan? Lu naksir dia? Biar Gua bantuin ya!" ucap Riko.

Dito yang merasa Riko kekanakan berniat hendak menahannya, ia menahan tangan Riko namun Riko mengenyahkan begitu saja. Berjalan tenang menuju kantin, mendekati Andin dan menunjuk ke arah Dito.

Sontak saja sikap Riko membuat Dito marah. Ia menghentakkan kaki dengan kasar lalu pergi meninggalkan Riki seorang diri.

"Eh, Dit. Mau kemana?" tanya Riki. Namun, Dito terus saja melangkah pergi tanpa memperdulikan Riki.

"Sialan! Emang bocah tu anak. Nyesal Gua nyampein ke dia," gerutu Riki sambil menatap benci ke arah Riko.

Riko kembali berjalan mendekati Riki. Dengan wajah bingung ia berkata, "Eh, Ditonya mana?"

"Pergi! Lu sih!" ucap Riki kesal.

"Kok, Gua?"

"Lah, Lu ngapain nyamperin Andin ke kantin segala?"

"Nyamperin Andin? Ke kantin? Maksudnya?" tanya Riko dengan wajah bodoh.

"Lu ke kantin nyamperin Andin kan, buat bilangin ke Andin kalau Dito naksir dia?" jelas Riki dengan nada pelan namun gigi merapat.

"Hah? Enggak kok. Gua iseng aja, Gua juga gada bilang apa-apa," jelasnya dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Lah, tadi Lu nunjuk-nunjuk ke arah sini."

"Nunjuk? Ye! Salah paham, Lu. Siapa yang nunjuk kemarin. Gua nunjuk ke arah Jessy. Tuh anak lihatin kita seram amat. Tuh, tuh di situ," jelas Riko yang kemudian menunjuk ke arah Jessy yang berada tepat di belakang mereka. Hanya saja Dito dan Riki berada di tengah taman tepatnya di bawah pohon besar. Sedangkan Jessy di teras depan kelas.

"Mampus Lu!" ucap Riki setelah melihat keberadaan Jessy yang benar berada di belakang mereka.

"Kok mampus Gua?"

"Ya, Dito salah paham. Dia pikir Lu nyamperin Andin buat bilang Dito naksir dia. Terus pas Lu nunjuk ke sini, tuh itu dia," ucap Riki yang segera menepuk dahinya sendiri. Kemudian pergi dengan menggeleng-geleng kepala.

"Lah, kenapa? Pergi tanpa kejelasan. Pusing banget Gua. Kalian pada kenapa sih, cem cewek aja PMS-an," gerutu Riko yang kemudian dengan segera berjalan mengikuti Riki.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C9
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập