Pemuda itu berpijak pada sebuah batu melayang di angkasa. Dia menatap seorang lelaki tua, sembari memegang katana hitam miliknya. Katana itu ia sandarkan pada bahu kirinya. Angin kencang mulai berhembus, kibaran ujung jaket legbong merah miliknya, membuat aura Sang Penakluk terpancar jelas pada dirinya. Puluhan makhluk halus, tertawa terbahak-bahak sembari menatapnya dengan sorot mata yang mengerikan.
Tiada henti Fadil menatap sekitar, jika sewaktu-waktu musuh menyerang. Rasa takut sedang ia rasakan, berusaha ia tahan sebisa mungkin. Fadil tak ingin, para makhluk dan lelaki tua itu membuat dirinya terpojok. Sementara lelaki tua misterius, melayang di udara sembari menatap kagum pada dirinya. Kemudian dia berjalan menurun, layaknya menuruni tangga sembari bertepuk tangan.
"Luar biasa! Baru pertama kali, aku melihat pengendalian api yang seperti itu!" puji lelaki tua kepada Fadil.
"Pujianmu tidak membuatku tersentuh lelaki tua sialan!" maki Fadil kepada lelaki tua itu.