Sekali tatap, api Brajamusti memancar dari sorot mata kirinya. Namun api itu kalah cepat, dengan semburan es pada kedua telapak tangannya. Fadil menggenggam katananya kuat-kuat, lalu melompat kedepan dengan api menjalar bagaikan roda api yang berputar. Pria bertopeng itu, mengeluarkan pedang es miliknya. Pedang itu, memiliki panjang yang sama dengan katana miliknya, hanya saja berwarna biru tua dengan lengkungan di depannya.
Bagian tsuba atau pelindung tangan, terdapat sebuah permata putih menyala. Suhu dingin mulai ia rasakan pada pedang tersebut, beradu dengan katana hitam miliknya. Fadil pun mendarat dengan kedua kakinya, lalu berbalik dan menebas pria itu dengan katana hitam miliknya. Pria itu melompat, malu berputar dan menebas seperti apa yang ia lakukan seolah meledek atas apa yang ia lakukan.