#Pukul 05.00 di halaman rumah Lisa
Lisa sudah siap dengan setelan panjang warna hijau bergaris putih memanjang di sekitar lengannya. Sepatu kets warna putih dengan rambut yang diikat bagai ekor kuda. Gadis mungil ini memulai aktifitas paginya dengan berlari mengelilingi kompleks. Ia melakukan peregangan sebelum berlari. Menggeleng kepala, merentang tangan, meliukkan tubuh dan sedikit berlari kecil di tempat. Pemanasan ringan itu ia lakukan untuh mencegah cidera otot yang bisa terjadi.
Lisa menghadap ke arah kanan, halaman rumah yang selalu kosong kini terparkir sebuah mobil.
"Kapan ya bisa ketemu tetangga sebelah ? Penasaran aku." Gumamnya dalam hati.
Lisa melangkahkan kaki keluar halaman dan semakin menjauh dari rumahnya. Sambil menikmati udara pagi yang masih segar, kini ia tiba pada sebuah tugu yang terletak di ujung desa. Ia duduk dengan meluruskan kaki dan mengelap keringat yang menetes di dagunya. Ia hobi lari sejak duduk di bangku SMP. Dahulu ia dan teman-teman di kampungnya kerap lari pagi ketika hari minggu tiba. Kini Lisa tinggal seorang diri karena mereka memutuskan untuk merantau mencari pekerjaan di kota.
Lisa memandang sekelilingnya, nampak sawah dan pepohonan rindang di pinggir jalan. Di balik sawah itu adalah sungai yang bersebrangan dengan desa sebelah. Gemericiknya sampai terdengar menambah keasrian suasana desa. Pandangan Lisa berhenti pada sosok lelaki yang berada di dekat sungai. Ia perhatikan hingga mengernyitkan dahi.
Tak berselang lama, lelaki itu berbalik badan dan berjalan menuju tempat Lisa berhenti. Lisa yang terlihat kaget dan gugup memeutuskan untuk menjauh dari tugu itu dan bersembunyi di balik semak-semak sebelah kanan.
"Duh, kenapa aku jadi takut begini? Mungkin saja kan dia tetanggaku."
Lelaki itu berhenti tepat di depan tugu. Masih mondar mandir seperti sedang ada masalah yang menimpanya.
"Semua sudah berakhir. Aku buang kenangan bersamamu. Semoga setelah semua hanyut terbawa sungai itu, hanyut pula bayanganmu bersama lukaku." Ucap lelaki itu pelan dengan memandang jauh ke sungai.
Ia menghela napas dan mulai meneriakkan sebuah nama
"Rasyaaaaa"
Lelaki itu kemudian menjatuhkan lututnya ke tanah dan perlahan menitikkan air mata. Lisa yang sedari tadi melihat semuanya, dia sudah tahu kalau lelaki itu sedang dalam masalah besar hingga ia mengeluarkan air mata dan berteriak. Tempat yang sepi sebagai pelampiasan amarahnya. Lisa tidak melepas telapak tangan yang membungkam mulut sejak awal kehadiran lelaki itu.
Walau hanya dapat melihat punggungnya, Lisa dapat merasakan kesedihan yang menerpanya. Sosok tinggi kekar mengenakan jamper warna hitam memakai tudungn dan training hitam bergaris pinggir merah. Lelaki itu bangkit dan berlalu meninggalkan tugu tempatnya bersimpuh.
Setelah agak jauh, Lisa berusaha berjalan di belakangnya. Lisa penasaran siapakah lelaki itu. Menghanyutkan kenangan bersama aliran sungai dan menangis setelah meneriakkan nama Rasya.
Dengan langkah pelan namun pasti, Lisa hampir tiba dirumahnya. Lelaki itu berbelok di sebelah rumah Lisa. Rumah yang baru saja dihuni pemiliknya kemarin.
"Oh, ternyata dia tetangga baru. Wah, siapa lelaki misterius itu? Apakah dia menyimpan sebuah rahasia besar. Ataukah dia seorang gay seperti kata Widi kemarin di kedai?"
Lisa kembali berprasangka buruk tentangnya. Lisa ingin sekali mengetahui tetangga baru itu. Mungkin dalam waktu dekat ini belum bisa, tapi pasti suatu saat akan tahu tentangnya.
#Pukul 12 siang
Lisa heran, kenapa dari pagi pintu rumah sebelah tertutup dan tak ada kegiatan lelaki itu di luar rumah. Ia sempat beberapa kali mengintip melalui jendela untuk memastikan adakah pergerakan dari tetangga baru itu. Ia juga tak sedikitpun mengeluarkan suara, entah itu memasak, bersih-bersih rumah atau apapun. Seperti rumah yang tak berpenghuni.
Pagi setelah Gery pulang dari ujung desa, nampak sebuah motor supra x mengunjunginya. Parkir di samping mobil yang tertutup mantel. Tak lain dia adalah Fatur, sopir Gery. Dia akan mengantar makanan untuk Gery setiap harinya. Ia menenteng sebuah plastik besar yang berisi buah, nasi, sayur, dan lauk. Lengkap dengan piring, sendok dan gelas.
Lisa tidak mengetahuinya karena saat itu dia sedang mandi. Lisa berpikir tak ada pergerakan di rumah sebelah. Fatur hanya mengantar makanan lalu pergi meninggalkan rumah Gery.
Hari berganti sore, Lisa bersiap menuju kedai kopi milik bapaknya. Lisa tidak sabar ingin bercerita tentang tetangga barunya kepada Lala dan Widi. Kira-kira bagaimana tanggapan mereka.
#Rumah Gery
Gery memasuki rumah dan menghempas tubuhnya ke sofa. Ia pejamkan mata seakan melepas lelah dan penatnya. Air mata yang tadi mengalir membasahi pipi, kini membuatnya merasa nyaman dan lega. Ia harus merelakan semua, memulai lagi dari awal, membangun dan berpikir matang sebelum memutuskan sesuatu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Masuklah Fatur."
"Ini pak, saya bawakan sarapan untuk bapak. Lengkap dengan peralatan makan."
"Letakkan di meja belakang ya."
"Apakah bapak jadi membuang foto itu?"
"Ya. Tidak hanya foto itu, semua barang yang berhubungan dengannya juga hanyut bersama derasnya aliran sungai."
"Semoga dengan begini, bapak bisa merelakan semua dan kembali ceria seperti sedia kala. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu pak. Nanti kalau bapak membutuhkan saya lagi, saya selalu siap."
"Baiklah, terimakasih Fatur. Kamu boleh pulang sekarang."
Kepulangan Fatur membuat rumah Gery kembali sepi. Gery mulai bangkit dan segera membersihkan diri. Ia mengganti jamper dengan kaos putih lengan pendek dan celana selutut. Hp yang sejak kemarin belum ia sentuh kini terdengar notif masuk, sebuah pesan dari seorang wanita.
Lidia, seorang yang ada di hati Gery. Dia teman SMA sama seperti kelima teman Gery yang datang kemarin malam. Gery menjalin hubungan dengannya sejak SMA namun belum ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius dengannya. Lidia juga seorang wanita pekerja keras. Dia memiliki kios yang menyediakan berbagai peralatan elektronik. Wajar jika setiap hari dipenuhi laki-laki di kiosnya. Selain itu, Lidia menyewakan Lima kontrakan di pusat kota dekat dengan counter milik Gery.
"Sayang, kamu kemana sih? Dari kemarin aku hubungi nggak pernah diangkat? Aku kangen, kita sudah dua minggu tidak ketemu. Mumpung ini hari libur, kita jalan yuk !"
Gery mulai membaca dan terlihat raut muka yang sinis. Ia tidak memberitahu Lidia bahwa sudah pindah rumah di desa Lisa. Gery merahasiakan ini semua karena ia memiliki rencana terhadap Lidia. Balasan Gery masih menunjukkan kalau ia masih menyayangi kasihnya.
"Iya sayang, maafkan aku ! Aku ada urusan di luar kota beberapa minggu kedepan. Jadi kita belum bisa ketemu. Nanti kalau sudah selesai, aku kabari ya. Disini juga susah sinyal, kita nggak bisa video call dulu. Kamu sabar ya, tunggu aku disana !"
Gery kemudian menonaktifkan hpnya. Ia ingin tenang tanpa gangguan dari siapapun. Entah sampai berapa lama berada di rumah itu. Mungkin sampai gejolak didadanya berkurang. Kenangan bersama Lidia membuatnya sulit untuk move on. Menyendiri, coba ia lakukan untuk menata hati dan memulainya dari awal. Tentu dengan orang yang berbeda. Dia menunggu waktu yang tepat untuk membuka semuanya. Wanita yang selama ini ia percaya, ia anggap sebagai belahan jiwa, nyatanya jauh diluar dugaannya.
Gery berjalan ke meja makan tempat Fatur menyiapkan sarapan untuknya. Dia mengambil nasi, sayur dan lauk. Sarapan itu ia nikmati di depan televisi sambil menonton tayangan kartun "SPONGEBOB".
*
*
*
*
Wah, dibalik tinggi kekar dan wajah yang dingin, ternyata Gery pecinta spongebob, hihihihi.. Ada apa dengan Lidia, kekasih gery sejak SMA ??