Malamnya, benar-benar akulah pemenangnya!
Rasanya masih tak yakin dengan apa yang ada di hadapanku saat ini. Bagaimana mungkin bisa aku berdansa dengan kak Riki dengan begitu mahir padahal mengenakan high heels dan dress mewah ini?
"Yang?" panggilku.
Laki-laki yang mengenakan topeng guna menutupi matanya itu tersenyum manis.
"Nggak usah tanya, gerakan kamu sama sekali nggak lucu jadi tolong jangan mikir aneh-aneh. Tapi udahan ya dansanya? Capek papa, Ma. Haus juga."
Padahal aku hampir saja melayang mendengar kata-kata pujian barusan tetapi ucapannya membuatku mendelik kesal. Jatuhnya pasti mau udahan cepat karena sejak awal dia memang menolak berdesak-desakan. Aku sebenarnya juga berpikiran sama tadinya, namun siapa yang menduga kalau ternyata berdansa itu membuatku nyaman?