Tải xuống ứng dụng
6.78% "After Marriage" / Chapter 15: Bab 15

Chương 15: Bab 15

Rindi berjalan menuju pintu apartemen yang sedetik lalu belnya berbunyi. Rindi menghidupkan layar monitor untuk melihat siapa yang datang. Mata Rindi membulat lebar saat melihat orang yang berdiri di depan pintu apartemennya sekarang adalah Ibu dan Ayah Stefano. Itu berarti mertua Rindi yang datang, tanpa bertanya lagi Rindi langsung membuka pintu dengan cepat.

"Eeommonim, Abeonim."

Rindi menangkap tangan kedua mertuanya dan mencium punggung tangan mereka bergantian.

Ayah Fano terlihat sedikit terkejut, karena jelas budaya Rindi dan budaya di Korea Selatan itu berbeda. Sedetik kemudian ekspresi wajah Ayah Stefano tersenyum sumringah. Entah kenapa melihat Rindi yang begitu sopan, membuat hatinya hangat.

"Mari masuk, Eeommonim, Abeonim."

Rindi  mempersilahkan kedua mertuanya masuk, dan tanpa menunggu lama lagi keduanya masuk sekarang. Ibu Stefano menyerahkan barang yang sedari tadi dia pegang pada Rindi.

"Itu sedikit lauk untuk kalian, Eomma membuatnya secara halal," ucap Ibu Stefano sambil tersenyum.

Rindi ikut tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih pada Ibu mertuanya itu.

Rindi yang baru saja selesai membuat teh lalu menyuguhkan teh itu di atas meja sekarang. Rindi kemudian duduk di kursi samping Ibu mertuanya.

"Kamu sendirian di rumah? Apa Chan masih sering tidak pulang?" Tanya Ayah mertua Rindi lalu meminum tehnya.

Rindi menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan mertuanya itu. Lalu terdengar helaan napas kasar dari Ayah mertuanya itu. Ayah Stefano sudah menduga sifat workaholic Stefano tidak akan berubah dengan mudah.

"Kamu harus lebih sabar menghadapi dia ya? Chan, selalu saja melakukan pekerjaan secara berlebihan. Apa lagi kalau dia baru saja memiliki inspirasi baru, bisa-bisa dia lupa pada semua orang. Pada Kami saja dia selalu lupa," timpal Ibu mertua Rindi kemudian tertawa kecil.

Rindi membulatkan matanya tidak percaya, pantas saja Chan lupa pada dirinya.

"Dia itu sesekali harus di marahi lagi, dia sudah tidak hidup sendiri lagi. Kenapa masih saja bersikap seperti ini, kalian lihat ini sudah jam berapa? Dengan jahatnya dia membiarkan istrinya sendirian di rumah," ucap Ayah Stefano terlihat sedikit marah.

Rindi sedikit terkejut ternyata memang Ayah mertuanya ini begitu tegas. Ibu Chan memegang lengan suaminya, dan tersenyum.

"Sekarang Kau justru membuat menantumu itu ketakutan. Bukankah, Chan memang selalu seperti ini? Rindi sudah pasti memahami sifat Chan ini," ujar Ibu Stefano mencoba membuat suaminya tidak emosi.

Ayah Chan memandang sekilas pada sang istri. Dia kemudian menghela napas berat, dia menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan istrinya. Sejurus kemudian Ayah mertua Rindi beralih memandang menantunya itu sambil tersenyum.

"Sifatku dan Chan tidak berbeda sedikitpun, dia itu foto copyan dariku. Tunggu sampai dia benar-benar tidak bisa berpisah barang sedetikpun denganmu. Seperti Aku pada Ibu Chan ini, tidak ada kata-katanya yang bisa Aku tolak," ujar mertua Rindi kemudian.

Rindi dan Ibu mertuanya tertawa bersamaan. Rindi memandang kagum pada kedua mertuanya, padahal mereka memiliki menantu yang jelas jauh berbeda dari mereka. Tapi dengan hangat mereka menerima Rindi dalam keluarganya.

***

Stefano masuk ke apartemennya dengan pelan. Dia melihat suasana apartemen sudah sangat sepi. Fano kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Dia membuka kulkas dan melihat tumpukan lauk di dalamnya. Kening Fano mengkerut bingung, dia menoleh ke kamar Rindi. Tangannya kemudian mengambil sebotol air mineral dan meneguknya pelan.

Lagi-lagi setelah sekian hari Fano baru saja pulang. Tapi kali ini pekerjaannya sudah selesai, Fano memasukkan lagi botol air mineral ke dalam kulkas. Fano kemudian berjalan menuju kamarnya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Dia berdecak pelan saat melihat baterainya ponselnya ternyata sudah tidak berisi lagi. Fano bahkan lupa sudah berapa hari dia tidak mencharge ponselnya itu.

Fano membuka pintu kamarnya lalu kemudian dia terkejut dengan seseorang yang tidur di atas ranjang. Stefano sampai mundur beberapa langkah sambil memegangi dadanya yang berdetak kencang sekarang.

Stefano memicingkan matanya dan melihat seseorang yang tidur di ranjangnya itu tidak lain ternyata Rindi.

"Rin, kenapa Kamu tidur di sini?" Bisik Fano membangunkan Rindi.

Dengan sedikit terkejut Rindi terhenyak bangun, dia mengedip-ngedipkan matanya memandang Fano di hadapannya sekarang. Sejenak keduanya terdiam dan saling pandang, sedetik kemudian Rindi tersadar dan bangun sekarang.

"Maaf Aku terpaksa tidur di sini," ucap Rindi pelan setengah berbisik.

Alis Fano beradu karena bingung sekarang.

"Ada apa? Kamarmu tidak nyaman? Atau Kamu sakit lagi?" ucap Stefano yang kemudian memegang kening Rindi reflek. Fano sudah mulai merutuki dirinya sendiri sekarang.

Rindi menggeleng pelan lalu melepas tangan Fano yang menempel di kening Rindi.

"Aku tidak apa-apa, Chan. Kenapa Kamu tidak bisa di hubungi? Ayah dan Ibu sedang ada di sini sekarang," bisik Rindi lagi.

Rindi sengaja memelankan suaranya supaya tidak terdengar oleh kedua mertuanya. Mata Stefano membulat lebar, dia kemudian duduk di samping Rindi yang membetulkan letak duduknya.

"Sejak kapan mereka datang? Mereka tidak tahu kan kalau Kita tidur terpisah?"

Stefano sedikit panik mendengar kedua orang tuanya ada di apartementnya sekarang. Rindi memandang Fano yang berwajah panik kemudian Rindi menghela napas. Kepalanya menggeleng pelan lalu Rindi meringsut turun dari ranjang tidur Fano.

"Mau kemana?" tanya Fano menangkap tangan Rindi.

Rindi mengerutkan kening sambil melihat tangannya yang di pegang Fano, Rindi kemudian beralih memandang Fano.

"Mau kembali ke kamarku, toh sebelum Ayah dan Ibu bangun Aku sudah pasti bangun terlebih dulu. Kamu istirahatlah, sudah berhari-hari Kamu tidak tidur dengan benar," ucap Rindi menjawab pertanyaan Fano.

Bukannya membiarkan Rindi keluar kamarnya, Stefano justru menarik Rindi untuk duduk di ranjang tepat di sampingnya sekarang. Rindi memandang Fano dengan mata melebar, badannya mendadak kaku. Dia sedikit gugup berada begitu dekat dengan Stefano.

"Di sini saja, Kita boleh tidur 1 ranjang kan? Untuk apa Kamu kembali ke kamarmu, Aku mandi dulu Kamu tidurlah!" ujar Stefano kemudian beranjak pergi meninggalkan Rindi yang masih tercengang bingung, gugup dan malu menjadi satu. Rindi beralih memandang punggung Fano yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi.

15 menit berlalu keduanya sama-sama tidak bisa terlelap tidur. Rindi yang mengantuk menguap, dia menutup mulutnya dengan tangan pelan. Fano melirik Rindi sekilas, kemudian mengulum senyumnya.

"Tidurlah, Rin! Kenapa harus menahan kantuk, Aku tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak padamu," ucap Stefano.

Rindi memandang Stefano dengan pipi memerah, kenapa bisa-bisanya sekarang dia merasa malu tidur bersebelahan dengan suaminya sendiri. Rindi berdehem beberapa kali menghilangkan rasa gugupnya.

"Chan," panggil Rindi pelan.

Stefano membalikkan badan dan tidur menghadap Rindi sekarang. Yang di pandang berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang dan tidak terbawa perasaan sekarang. Alis Stefano terangkat satu seakan sedang memberikan pertanyaan "Apa" pada Rindi.

"Kenapa Kamu tidak pulang lagi beberapa hari ini? segitu banyaknya kah pekerjaanmu?" tanya Rindi pelan.

Sejujurnya Rindi sudah terbiasa dengan kesibukan Stefano, lagi pula dari awal memang mereka berdua tidak benar-benar menjadi suami istri yang normal seperti biasanya. Stefano yang tidak pernah mengira Rindi akan penasaran dengan pekerjaannya itu terlihat sedang membuat jawaban yang tidak akan memberikan efek samping Rindi menangis lagi.

"Kamu tahu kan, Aku sedang membuat lagu baru. Orang tuaku mungkin sudah cerita kalau Aku akan melupakan segala hal kalau sedang bekerja, terlebih lagi banyak yang harus Aku urus di agensi akhir-akhir ini. Kamu tahu, lagu baru Jason bocor dan agensi lain merelease lagu itu dengan judul berbeda," terang Stefano membuka pembicaraan.

Ini kali pertama Stefano menceritakan masalah dan pekerjaannya pada orang lain. Stefano mulai merasa nyaman dengan Rindi, bukan hanya penurut Rindi juga sangat pengertian pada dirinya. Mata Rindi membulat kaget mendengar cerita Stefano, kenapa dia tidak pernah tahu kalau ternyata suaminya sedang ada masalah. Padahal beberapa hari lalu Rindi sudah berpikir kalau Fano begitu tega mengacuhkannya. Stefano menyadari wajah terkejut istrinya, dia kemudian tersenyum dan mengusap surai Rindi pelan.

"Tidak usah khawatir seperti itu, semuanya sudah terselesaikan dengan aman. Lagu baruku juga sudah selesai, tinggal Aku memutuskan lagu itu untuk siapa," sambung Stefano lagi mencoba membuat Rindi tenang dan tidak ikut memikirkan masalah pekerjaannya.

Rindi ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya, belaian tangan Stefano seakan menghipnotis Rindi. Rasa kantuk itu semakin menjadi, mata Rindi sudah seperti akan terlelap. Fano tertawa geli melihat perubahan ekspresi Rindi yang cepat sekali berubah.

"Tidurlah!" ucap Fano pelan.

Kepala Rindi masih mengangguk menanggapi, sampai beberapa detik kemudian Rindi sudah terlelap tidur dengan Stefano yang masih membelai surai istrinya itu dengan lembut.

***


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C15
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập