Tải xuống ứng dụng
1.73% Biarkan Cinta Memilih / Chapter 5: Empat

Chương 5: Empat

"Sekolah lo luas juga ternyata."

Jam istirahat kali ini dihabiskan Bella dengan mengajak Aldi mengelilingi sekolahnya. Melihat-lihat apa saja yang ada disekolah ini.

"Ini ruang musik. Kalo lo suka main musik, lo bisa make ruangan ini. Banyak alat musik juga didalam." kata Bella kepada Aldi.

Aldi menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Sekolah barunya ini sangat luas dan sangat lengkap. Siswa-siswinya juga sangat ramah. Sedari tadi, banyak siswa-sisiwi yang tersenyum kearah mereka. Ke arah Bella lebih tepatnya.

Hingga mata Aldi tak sengaja menangkap pergerakan Salsha yang sedang bergelayut mesra disamping lelaki yang belum Aldi kenal. Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu sangat aneh dan tak tau aturan.

"Disekolah lo boleh, ya, mesra-mesraan sama pacarnya?" tanya Aldi.

Bella mengernyit, "Maksud lo?"

"Itu." Aldi menunjuk tepat kearah Salsha dan lelaki itu berada, "Pacaran disekolah. Nggak modal banget."

Bella terkekeh geli, "Mereka nggak pacaran kali."

"Nggak pacaran?" ulang Aldi. Jika Salsha tak pacaran dengan lelaki itu, lantas kenapa Salsha ngotot untuk tidak menerima perjodohan mereka, "Tapi kok mesra gitu."

"Udah bukan rahasia umum lagi kalo Salsha suka sama Farel. Ya gitu, dia suka dekatin Farel kayak gitu. Tapi setahu gue, Farel nggak suka sama dia." jelas Bella, "Salsha kan satu kelas sama kita. Mejanya di samping meja lo. Masa nggak tau, sih."

Aldi tertawa dalam hati. Kehidupan Salsha begitu menyedihkan. Setelah ini, Aldi akan meledek Salsha karena cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Kasihan banget tuh, cewek." komentar Aldi.

"Wajar sih, Salsha suka sama Farel. Farel itu terkenal disini. Kapten basket." lanjut Bella tanpa diminta. Ia ingin menjelaskan secara detail tentang sekolahannya ini.

"Gila pamor." guman Aldi pelan.

Bella melihat jika Farel sedang berjalan ke arahnya. Bella segera meraih tangan Aldi untuk pergi dari tempat ini, "Kita ke kantin, yuk. Gue lapar."

"Bella, tunggu."

Bella menutup matanya saat Aldi menahan tangannya agar berhenti melangkah. Ia menghela nafasnya dan berbalik menatap Farel, "Kenapa, Rel?"

Farel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Selalu salah tingkah saat menatap Bella, "Nanti pulang bareng bisa?"

Bella melirik ke arah Salsha yang juga menatapnya tajam. Bella mengerti apa yang Salsha pikirkan, "Sorry, Rel, gue nggak bisa. Gue balik sama Aldi."

Aldi yang mendengar jawaban Bella itupun melebarkan matanya. Ia tak ada janjian pulang bareng dengan Bella. Namun melihat ekspresi cemas yang terpancar dari wajah Bella membuat Aldi mengerti situasi.

Farel sendiri menatap Aldi dengan pandangan menilai dari atas sampai bawah. Penampilan Aldi tampak biasa. Wajahnya juga biasa saja. Jauh di bawah Farel yang berwajah tampan dan penampilannya juga keren. Aldi tidak ada apa-apanya di banding Farel.

"Rel, di tungguin Salsha, tuh. Gue ke kantin dulu sama Aldi." ucap Bella sembari menatap Salsha canggung yang juga menatapnya tajam. Kemudian ia menarik tangan Aldi dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Sial!" maki Farel sembari mengepalkan tangannya.

Salsha yang sedari tadi hanya diam dan melihat adegan itupun menghampiri Farel. Ia menepuk pundak Farel dan tersenyum manis.

"Kalo Bella nggak mau pulang sama lo, pulang sama gue aja. Itu anak memang sok jual mahal." ajak Salsha, "Eh tapi, bukannya tadi lo bilang mau latihan basket, ya pulang sekolah?"

Farel mengacak rambutnya. Ini semua karena Salsha. Andai saja Salsha tidak mengejarnya terang-terangan seperti ini. Sudah pasti, Bella mau menerimanya, "Itu cuma alasan biar gue nggak pulang bareng sama lo. Gue malas dekat-dekat sama lo!" ketus Farel sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Salsha.

Lagi-lagi Salsha menghentakkan kakinya kesal. Semua ini karena Bella. Bella selalu mengacaukan hidupnya dan mengambil semua yang Salsha punya.

******

"Lo darimana aja?"

Aldi yang baru saja sampai dirumah langsung dikejutkan dengan pertanyaan aneh dari Salsha. Aldi tak memedulikan pertanyaan Salsha itu dan lebih memilih duduk disofa sembari melepas sepatu sekolahnya.

"Woy! Lo darimana?" tanya Salsha lagi. Ia kesal karna Aldi tak menjawab pertanyaannya itu.

"Apa peduli lo?" sungut Aldi. Ia membaringkan tubuhnya di badan sofa. Ia merasa sangat lelah. Seharian ia menghabiskan waktunya bersama Bella.

Salsha mendengus kesal, "Songong banget sih lo jadi cowok. Emang lo pikir enak sendirian dirumah sampe sore nggak ada makanan!"

Aldi menatap Salsha dengan alis berkerut, "Itu kan urusan lo. Lo bisa pergi kemanapun lo mau. Nggak ada juga yang larang. Nggak usah jadi orang susah, deh." Aldi menghela nafasnya dan beranjak dari duduknya. Baru dua langkah, Aldi menghentikan langkahnya, "Eh jadi cowok yang lo bangga-banggain didepan gue itu Farel yang tadi?"

"Iyaa." Salsha mengangguk semangat, "Ganteng 'kan? Lo kalah!"

Aldi terkekeh. Ia menepuk pundak Salsha beberapa kali, "Ganteng, sih. Tapi sayangnya dia nggak suka sama lo. Kasihan." ledek Aldi.

"Anjir lo!" maki Salsha. Ia menepis tangan Aldi di bahunya dengan kasar, "Dia itu bukan nggak suka sama gue. Tapi belum suka. Nanti juga suka, kok."

"Oyaaa?" Aldi semakin tertawa, "Dia kan sukanya sama Bella. Kasihan, ngejar-ngejar orang yang ngejar orang lain. Dimana harga diri lo."

Salsha mengepalkan tangannya di udara dan hendak meninju Aldi. Tetapi Aldi menghindar. Ia memeletkan lidahnya, "Nggak bakal ada yang mau sama cewek aneh kayak lo." ucapnya sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Salsha.

Salsha semakin mengepalkan tangannya. Dia pikir dia siapa berani mengatakan seperti itu kepada Salsha. Lihat saja, Salsha akan berusaha mati-matian membuat Farel menyukainya. Dan akan membalas ucapan Aldi tersebut.

*****

Malam hari, hal yang dilakukan Aldi adalah mengobrol dengan Tania, pacarnya via video call. Ia menceritakan bagaimana hari pertamanya di Jakarta dan disekolah barunya. Tak lupa juga ia menceritakan tentang Salsha, calon istrinya yang sangat menyebalkan itu.

Sementara Salsha sedang uring-uringan dikamarnya. Ia lapar, karena sejak tadi siang ia belum makan makanan apapun. Sejak pulang sekolah ia hanya berdiam diri dirumah. Tadinya, ia ingin mengajak Dinda nongkrong di mall, tetapi, Dinda ada acara. Sesampainya dirumah, Salsha mencari Aldi. Ia pikir lelaki itu sudah berada dirumah. Tetapi sayangnya lelaki itu baru pulang sore ini.

Salsha beranjak dari kamarnya. Rasa laparnya tak bisa di sepelekan lagi. Bisa-bisa maghnya kambuh jika perutnya tak di isi. Salsha menemui Aldi di kamarnya, belum sempat mengetuk ia sudah mendengar suara cekikikan dari kamar lelaki itu. Salsha mendengus, ia bisa melihat Aldi sedang menelfon ria dengan kekasihnya.

"Sok lembut banget, tuh cowok. Ngomong ke gue aja galak!"

Karena terlalu fokus ngedumel, Salsha sampai tak sadar jika Aldi sudah berada tepat di hadapannya. Lelaki itu menatap aneh Salsha yang tak menyadari keberadaannya.

"Woy! Ngapain lo di depan kamar gue? Ngintip ya, lo!" teriak aldi tepat di hadapan wajah Salsha.

"Eh," Salsha gelagapan. Ia menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa gugup karena ketahuan oleh Aldi. "Siapa yang ngintipin lo. Ge-er banget jadi cowok!"

"Trus ngapain lo berdiri disini?"


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C5
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập