Di ruang keluarga.
"Nantinya kalian akan kuliah?" tanya Ibu ke kami
"Kuliah?" tanya Rin
"Setelah sekolah SMA, masih ada sekolah lagi Rin chan" ucap ku
"Hah setelah sekolah tk 1 tahun, sd 6 tahun, smp 3 tahun, dan sma 3 tahun masih ada sekolah lagi?" tanya Rin kaget
"Jangan kaget, setelah kuliah pun masih ada S2" kata Saki
"Hah berapa tahun?" tanya Rin
"Kuliah s1 3 - 4 tahun, s2 bisa 2 - 4, lalu kuliah s3 bisa lebih pendek lagi" ucap Ibu
"Sekolah lama lama untuk apa?" tanya Rin
Tim gak mau mikir : Whoo anda golongan kami.
.
"Jika ada kesempatan sekolah lebih tinggi sebaiknya sekolah sayang, mumpung ibu juga masih bisa membiayai" ucap ibu
"Tapi kan yang penting bisa cari uang bukannya?"
"Sekolah tinggi agar dapat pekerjaan yang lebih baik, gitu saja kamu tidak tau" kata Saki
"Aku memang tidak tau"
.
"Sudah jangan bertengkar, aku dan Saki akan kuliah bu nantinya, kuliah di universitas yang akan ku bangun nantinya, aku akan masuk ke jurusan management sedangkan Saki masuk ke seni musik" ucap ku
"Tidak, aku tidak mau jurusan musik, aku mau jurusan management juga" ucap Saki
"Soal jurusan itu terserah kalian, yang penting kuliah jika bisa, lalu jikalau kalian mau buat anak, Saki bisa cuti kuliah dulu nantinya" ucap ibu
"Tentu, sebenarnya aku tidak kuliah pun sudah bisa hidup senang, kan Haruka kun" tanya Saki menyenggol perut ku
"Ya memang sih, toh aku juga yang sebaiknya bekerja" balas ku
.
"Aku mau bekerja juga di restoran kakak saat masuk SMA, seperti kak Higashida dan Kak Takanashi" ucap Rin
"Bisa saja" ucap Saki
"Ibu setuju?" tanya Rin
"Ya coba saja di masa depan, bekerja itu asal pekerjaannya baik, alur uangnya baik juga ibu tidak masalah kamu kerja di mana saja" balas ibu
"Termasuk jauh dari ibu?" tanya Rin
"Yap, akan ada masanya kamu mandiri sayang" ucap ibu sambil mengelus kepala Rin
.
Jam 9 malam kami sudah di kamar masing masing.
"Into your arms tonight" ucap Saki
"Hwah pakai bahasa Inggris segala, tapi aku jadi keingat lagu dari kata kata mu itu" ucap ku
"Nanti saja lagunya, lagu yang kemarin saja bari saja terbit juga" ucap Saki sambil memeluk ku
"Hey sayang, kamu apa mau ku madu?" tanya ku
"Tidak mau, walaupun aku tidak bisa mengimbangi permainan mu, tapi aku tidak sudi berbagi batang dangan wanita lain" balas Saki
"Begitu ya" ucap ku pura pura sedih
"Jangan pura pura sedih, kamu itu bisanya hanya menggoda ku ya" ucap Saki sambil mencubit perut ku
"Kamu tau saja, apa kamu bahagia dengan ku Saki chan?" tanya ku
"Tidak" balas Saki
"Eh kenapa tidak?"
"Kamu itu orangnya bikin khawatir saja dan bikin kesal, pertama soal wanita itu, lalu kecelakaan, lalu tersesat di pulau bisa bisanya, aku kadang berfikir apa hidupmu itu isinya hanya fantasi dari tuhan" kata Saki
"Kamu tidak salah" pikir ku
"Mungkin aku sedang untung, sebab mendapatkan petualangan baru" balas ku
"Kamu adanya membuat ku khawatir Haruka, bagaimana jika hal terburuk terjadi padamu dan kita tidak bisa bersama lagi" tanya Saki
"Jika tidak bisa kembali ya terpaksa kamu sendirian" balas ku
"Ihhh bukan itu maksud ku, tapi bagaimana dengan nasib ku, masa aku harus jadi janda di umur 15 tahun, kamu sebaiknya tolong hindari bahaya jika bisa, jadilah egois sejenak demi aku istrimu" ucap Saki
"Baiklah akan ku usahakan" balas ku
.
Saki melepaskan pelukannya.
"Ada apa?" tanya ku
"Ada projek iklan baru" balas Saki sambil membuka ponselnya
Ku ambil ponselnya.
"Jangan main ponsel lagi, sudah waktunya tidur" suruh ku
"Ihh sebentar saja Haruka kun" ucap Saki mencoba merebut ponselnya dariku
"Besok saja main ponselnya" suruh ku
"Serahkan ponsel ku Haruka kun" kata Saki dengan muka marah
"Kamu mau marah padaku?" tanya ku
"Ish baiklah sana kamu pegang saja" suruh Saki jadi ngambek akhirnya
"Hey jangan marah, aku hanya melarang mu main ponsel, sebab sedang bersama saja dengan ku" ucap ku
"Terserah aku mau tidur, bye!"
"Hey anda" ucap ku
"Tidur saja Haruka kun" ucap Saki dengan judes
.
Ku taruh ponselnya, lalu ku peluk dirinya dari belakang.
"Kamu ini marah karena apa?" bisik ku
"Tadi itu iklan lumayan loh dapat 1 juta yen" ucap Saki berbalik melihat ku
"Bukannya merendahkan uang nih Saki, tapi kamu tau kan uang ku berapa, kamu minta banyak pun ku kasih" kata ku padanya
"Aku ingin bekerja juga sayang" Saki mengeluh
"Kamu bekerja atas seizin ku kan? Masih menganggap ku pemimpin keluarga bukan, jadi patuhi diriku" ucap ku
"Baik baik, maaf jika salah"
"Bagus, jadi jangan cemberut lagi, senyum" suruh ku
Saki tersenyum dengan terpaksa.
Kami tidur akhirnya.
.
Rabu 2 September jam 5 30 pagi Saki sudah bangun duluan, ia langsung pergi ke dapur untuk memasak.
.
Jam 6 ia kembali ke kamar untuk membangunkan ku.
Cuph
Kecupan di bibir membangunkan ku.
"Mei" ucap ku tidak sengaja
Saki kaget.
"Siapa Mei!" tanya Saki dengan melotot padaku
"Mei Terumi" balas ku"
"Siapa?" tanya Saki marah
"Tokoh anime Naruto" balas ku
"Oh kamu mimpi waifu lagi ya ku kira wanita lain, cepat mandi sarapan lalu sekolah" ucap Saki lalu pergi ke kamar mandi
"Bareng" ucap ku
"Ayo buruan jika bareng" suruh Saki
"Baiklah" aku bangkit dari ranjang lalu ikut Saki ke kamar mandi
.
Di kamar mandi.
"Wow badanmu apa memang sebagus ini Haruka kun?" tanya Saki saat melihat tubuh perfect ku
"Tubuh ku memang bagus, kamu apa baru tau?" tanya ku
"Ya tau, tapi sekarang otot mu lebih terlihat ya" ucap Saki
"Bagus?" tanya ku
"Umm bagus, pertahankan ya, ini hanya untuk ku" ucap Saki sambil mencolek colek perut ku
"Boleh saja, kan tubuh ku juga untuk menunjang penampilan" balas ku
"Jangan di perlihatkan jika tidak perlu, biar ini jadi privasi" kata Saki
"Aku bukan wanita yang menyembunyikan atasan mereka Saki"
"Ya aku tau itu, tapi lebih baik sembunyikan saja jika bisa oke"
"Baik sayang ku, kamu juga harus diet ya, lihat perut mu yang sudah semakin melebar itu" ucap ku sambil memegang perutnya
"Ini normal tidak gendut juga kurasa" balas Saki
"Bisa saja, tapi lebih baik jaga penampilan sebab kamu wanita" kata ku sambil mencium pipinya
"Selalu ku jaga kok, Haruka kun jangan aneh aneh tidurkan junior mu" ucap Saki
"Bantu aku menidurkannya" bisik ku, membuat Saki memerah
"Hmm baik baik, langsung masukan saja, ini hari aman ku" kata Saki memberikan lampu hijau
"Minta berapa ronde?"
"Sekali saja, kita harus sekolah"
"Hehe baik baik" balasku
.
30 menit kemudian kami sarapan bersama di meja makan bersama dengan Ibu dan Rin.
.
Jam 7 kami berangkat ke sekolah, dengan mobil yang beda dengan ibu tentunya, sebab ibu harus menjemput Rin dulu juga jam 12 nanti.
Di perjalanan mobil ku.
"Haruka kun, nanti setelah pulang aku mau pergi dengan teman ku" ucap Saki
"Dengan siapa?"
"Teman sekelas kita, semua wanitanya" balas Saki
"Mau kemana"
"Mau pergi makan makan bersama" balas Saki
"Di?"
"Di restoran dekat dekat toko sepatu yang dulu kita beli"
"Aku menunggu atau langsung pulang?"
"Kamu langsung pulang saja, biar nanti aku pulangnya naik taksi"
"Berangkatnya naik apa memangnya?"
"Ada nanti yang menjemput, mobilnya Maika"
"Oh baiklah"
.
Sampai di sekolah.
"Wasap bro" ucap ku ke Hinata
"Kenapa diam saja?" tanya ku
"Haruka bantu aku" ucap Hinata
"Bantu apaan?"
Hinata mengeluarkan kertas dari kantungnya lalu memberikannya padaku.
"Apa ini?" tanya ku
"Baca saja namun jangan dalam hati saja" balas Hinata
.
Ku baca tulisan di kertas itu.
Tolong aku Haruka kun, adik ku kecelakaan kemarin ia perlu biaya operasi yang banyak, sekitar 1,6 juta yen, uang ku dan keluarga ku hanya terkumpul 200 rb yen saja sekarang, ayah ku belum bisa mengirim, ia sedang mencari hutangan juga ini.
Jadi tolong jika bisa kamu pinjami aku uang 600 rb yen, akan ku ganti namun bukan sekali jalan, sebab peraturan dari rumah sakit, operasi bisa berjalan jika biaya sudah ada separuh atau lebih.
Maaf jika merepotkan, jika tidak bisa aku tidak masalah
.
"Adik mu kecelakaan?" tanya ku
"Iya, ada sedikit pendarahan di otak, ia tabrak lari, yang menabrak melarikan diri" balas Hinata
"Kapan jadwal operasinya?" tanya ku
"Maksimal hari ini jam 12 nanti, adik ku saat ini masih pingsan" balas Hinata menahan air mata agar tidak jatuh
"Kamu ada rekening bank?" tanya ku
"Tidak punya, tapi ibuku ada rekening bank, kamu mau membantu ku" tanya Hinata sambil menoleh padaku
"Tentu saja ku bantu, mana rekening ibumu?" tanya ku
"Sebentar akan ku tanya ibuku" ucap Hinata
.
Chat Hinata dengan ibunya.
"Ibu, Haruka mau meminjami kita, mana rekening bank mu" ketik Hinata
"Mau di bantu berapa, ayah sudah ada pinjaman 100 rb yen ini" ucap ibu
"Jadi kurang 500 rb yen ya, akan ku katakan pada Haruka nanti"
"Tapi berapa akan ia kirim?" tanya ibu
"Nanti akan ku katakan pinjam 500 rb yen"
"Baiklah semoga ia mau, ini no rekening ibu...."
.
Setelah beberapa saat.
"Ini Haruka, no rekening ibuku" ucap Hinata menyerahkan ponselnya
Ku ambil ponselnya.
"Barapa tadi?" tanya ku
"500 rb yen saja" balas Hinata
Ku transfer uang 2 juta yen pada rekening ibunya Hinata.
"Sudah Haruka kun?" tanya Hinata saat melihat ku sudah menyerahkan ponselnya
"Sudah semoga adik mu cepat sembuh ya" ucap ku
"Terima kasih Haruka, uangnya akan ku ganti secepatnya" ucap Hinata sudah menangis
"Iya iya santai saja" ucap ku
.
Saat pelajaran Hinata masih fokus ke ponselnya, menunggu kabar terbaru soal adiknya mungkin.
.
"Astaga Haruka kenapa mengirimkan sampai dua juta yen" pikir Hinata saat menerima pesan dari ibunya bahwa transfer ku melebihi jumlah yang ingin ia hutang
Hinata menoleh padaku, tapi aku fokus ke ponsel ku sendiri jadi, Hinata tidak jadi bilang padaku.
.
Ku buat grup kelas anti Hinata, yang terdiri dari teman sekelas dan Minami sensei.
"Teman ku dan guru ku yang budiman, mari kita bantu teman kita bernama Hinata Shoyo, katanya adiknya jadi korban tabrak lari, katanya adiknya akan operasi pendarahan otak, jika kalian ingin tau total operasinya adalah 1,6 juta yen, mari seorang 1000 yen pun cukup untuk membantunya, jangan langsung di berikan tapi kumpulkan dulu" ketik ku
"Kapan kecelakaannya?" tanya Tadakuni merespon pertama
"Kemarin, tapi jamnya tidak tau, operasinya jam 12 nanti" balas ku
"Baiklah nanti kita galang dana saja" ucap Komi
"Oh tadi Hinata menangis sebab adiknya akan operasi toh, nanti saat istirahat saja galang dananya" kata Yoshi
"Baiklah tapi galang dananya hanya sekelas saja ya, kita bantu sebisa kita, jangan sampai menyebar ke sekolah, sebab ya pastinya tau juga jika tidak kenal pasti pelit juga yang memberi" ucap ku
"Baik, nanti dimana?" tanya Saki
"Di lab kimia bagaimana?" saran Minami sensei
"@Haruka kenapa guru di masukan!" ketik Yoshitake
"Ia kan wali kita juga" balas ku
"Sudah sudah, kalian fokus belajar dulu, nanti saat istirahat datang ke lab kimia, biar ibu yang atur, ingat setelah cht ibu ini jika masih ada yang mengirim pesan akan sensei hukum" ucap Minami sensei
Kami yang menyimak langsung menaruh ponsel ke laci.
.
Jam 9.30 kami giliran ke lab kimia, sementara Hinata langsung izin pulang.
.
"Maaf ya hanya segini yang ku punya" ucap Hidenori menyerahkan uang 3000 yen
"Itu sudah banyak bung" komentar dari ku yang menerima
"Bukannya yang lain lebih banyak?" tanya Hidenori
"Tidak kok, yang lain paling 1000 atau dua ribu saja" balas ku
"Syukurlah, ku kira aku terkecil yang menyumbang" ucap Hidenori
.
Jam 9.25
"Sensei mengumpulkan berapa?" tanya ku pada Minami sebab ia juga minta ke guru lain juga
"Dapat 50 rb yen, kamu dapat berapa?" balasnya
"120 rb yen" balas ku
"Eh, kalian murid kan, hanya sekelas kan, kenapa lebih banyak?" tanya Minami sensei
"Yang sudah kerja memberi 10 rb yen, lalu yang lain lebih dari 3000 yen" ucap ku
"Bukan main, semoga saja kalian tetap kompak sampai kelas tiga nanti, maaf ya sensei tidak bisa banyak memberi" ucap Minami sensei
"Tidak masalah, yang penting kan ikhlas, ini yang memberikan sensei atau aku?" tanya ku
"Kalian saja, tapi saat menjenguk ajak sensei juga"
"Oke"
.
Aku keluar lalu menuju kelas Tanaka.
"Dapat berapa?" tanya ku
"Hanya 60 rb yen" balas Tanaka sambil menyerahkan amplopnya
"Baiklah, ku terima ya" ucap ku
"Baiklah, saat menjenguk ajak klub voli juga"
"Tentu saja" balas ku
Note : anggota klub basket rela memberikan sisa uang mereka hasil hadiah juara hanya untuk Hinata.
.
Aku kembali ke kelas.
"Dapat berapa Haruka?" tanya Ayumu
"Dapat 220 rb yen" balas ku
"Kurang banyak ya" ucap Chika
"Lumayan juga" balas ku
"Kita cari uang saja" saran Yoshi
"Caranya?" tanya Yoshitake
"Kita jual bakat" balas Yoshi
Plak
"Bakat mu tidak laku" kata Tadakuni
.
"Bagaimana jika kita jadi pelayan di resto Haruka selama sehari, harusnya 10 rb yen dapat kan?" ucap Hidenori
"Itu ide buruk, resto ku tidak menerima karyawan harian" balas ku
"Kamu donasi yang paling besar kan Haruka?" tanya Tadano
"Tentu saja, kalian belum bekerja penuh juga" komentar ku
"Hileh kamu ini, mentang mentang sudah jadi bos menghina kami" ucap Chika
"Oh mau ku pecat?" tanya ku
"Maaf bos aku khilaf" ucap Chika lalu bersujud di depan ku
.
.
Jam 3 siang.
"Haruka kun aku pergi duluan ya" ucap Saki
"Baik hati hati di jalan, lalu katakan pada ciwi ciwi untuk tidak khawatir dengan Hinata, biayanya sebenarnya sudah ku talangi dulu" ucap ku
"Oke, aku tau itu"
.
Aku pergi ke restoran, datang lewat belakang, saat aku masuk di dalam sudah banyak karyawan berkerumun.
"Ada apa ini?" tanya ku
"Haruka san, kabar buruk untuk kita, tadi ibu Yaeko tanganya tersiram minyak panas" ucap Izumi
"Parah?" tanya ku
"Tidak terlalu, tapi ini sedang di bawa ke rumah sakit" balas Izumi
"Kyouko menemaninya?" tanya ku
"Iya"
"Ya sudah jika sudah di temani, kambali bekerja dulu, doakan terbaik saja untuk ibu Yaeko" suruh ku pada karyawan lain
"Baik" balas mereka
.
Jam 4 sore, aku masih di restoran, tepatnya di ruang Manager.
Main coin cripto lagi, mumpung tidak ada istri juga.
Ku depositkan uang ku sebanyak 500 miliar untuk eteherium, sementara bit coin ku tarik setelah harga per satu bit coin adalah 11,5 juta yen, ku jual semua 1 juta coin ku, sebab aku sadar harga ini gak masuk akal jadi ku jual saja saat booming.
Ku mendapat total sekitar 11,5 triliun yen dari menjual 1 juta koin.
.
"Baiklah sudah masuk semua, akan ku beli coin yang sedang rendah harganya" ucap ku sambil mengamati coin cripto
.
Setelah 1 jam mengamati.
Aku tidak jadi beli, sebab yah tidak ada yang baik juga, aliasnya harga masih tinggi semua, lalu yang harganya rendah juga semakin buruk sebab jika kalian tau sebenarnya pola koin kripto itu, jika cenderung naik, maka naik banyak, namun jika cenderung turun maka akan turun banyak, lalu jika yang sudah turun banyak belum tentu bisa kembali ke atas, lalu yang harganya stabil tidak bisa membuat keuntungan besar.
Jadilah aku pergi ke bursa saham saja, ku beli semua saham Honda Plane, dengan harga 2,5 triliun yen, aku mendapat 20% dari total saham mereka, walaupun sedang turun harganya, biarkan saja, toh ini perusahaan keluarga ku juga.
"Haruka kamu beli saham perusahaan ayah?" tanya ayah ku lewat telepon
"Kenapa ayah bisa berpikiran begitu?" tanya ku
"Tidak ada orang gila yang beli saham dalam jumlah besar sampai 1 triliun lebih selain dirimu" ucap Ayah ku
"Hehe, ayah bisa saja, tadi aku sedang dapat jackpot uang 11 triliun yen, jadi ku tabung di perusahaan ayah saja, pastikan untuk untung loh yah" ucap ku
"Hmm dasar kamu ini, sepertinya tuhan uang kamu simpan sendiri ya"
"Ayah bisa saja, tapi beneran loh ini saham ayah harus bisa naik" ucap ku
"Kamu tenang saja, dalam waktu 3 tahun saham akan naik 1000% persen, ayah jamin itu"
"Baiklah semoga beruntung" ucap ku
.
Note : sisa uang Haruka 24 triliun yen lebih.
.
Jam 5 sore.
"Wahai suami ku kenapa kamu belum pulang?" tanya Saki lewat telepon
"Aku masih di restoran, bermain saham dan coin cripto" balas ku
"Untung berapa?" tanya Saki langsung
"11,5 triliun yen, tapi ku belanjakan saham ke perusahaan ayah, sekarang tinggal 9 triliun yen" balas ku
"Mantap, uangmu sangat banyak, berikan ke istrinya juga dong" ucap Saki lembut
"Mau berapa?" tanya ku
"Asek, ini yang ku suka darimu Haruka kun, tapi tidak jadi saja, uang ku masih banyak juga" ucap Saki
"Minta saja tidak masalah, beli barang barang kesukaan mu" suruh ku
"Tidak ada, barang kesukaan ku sudah ku beli semua kamu segera pulang saja, mau makan malam ini" ucap Saki
"Baik, bye" ucap ku
"Bye"
.
Di rumah jam 5.10 aku langsung mandi bersama dengan Saki.
"Uang mu nanti untuk apa Haruka kun?" tanya Saki di depan ku
Note : kami sedang berendam bersama.
"Untuk di jajakan permen" balas ku
"Beli pabrik permennya saja bisa, aku tanya beneran Haruka kun" ucap Saki berbalik menatap ku
"Oppaimu terlihat itu" ucap ku
"Jangan fokus ke itu, fokus dengan pertanyaan ku tadi"
"Mana bisa aku fokus jika, benda bulat itu menggantung di depan ku" ucap ku
"Fokus ke muka ku saja makanya" kata Saki sambil memegang kepala ku agar tidak melihat dadanya
"Hehe baik baik, uangnya akan ku belikan semuanya yang bisa membuat kamu bahagia" balas ku
"Oh mau menggombal ya, tapi aku punya ide bagaimana jika sebagian uang mu kita belikan, kapal, pesawat jet, helikoper, dan pulau pribadi" ucap Saki
"Boleh saja, tapi kita kan jarang liburan jauh juga" balas ku
"Tidak apa, beli saja agar uang mu bisa habis" ucap Saki
"Uang akan habis jika di gunakan, tapi itu pemborosan sayang, jika mau di habiskan lebih baik gunakan ke hal bermanfaat, contohnya beli mobil untuk di koleksi, beli benda benda langka untuk tabungan uang" balas ku
"Itu bukan ide bagus, tapi Haruka kun, kenapa kamu tergila gila sih cari uang banyak, hidup sederhana pun aku sudah cukup, kamu tau, kamu secara tidak langsung memberikan aku beban sebagai seorang istri yang harus bisa segalanya, sebab ya kamu tau masa istri seorang anak emas tidak bisa apa apa" kata Saki sambil memeluk ku
"Kamu minder ya, maaf tapi mau gimana lagi terlanjur kaya juga" balas ku
.
"Aw aw jangan di cubit Saki" teriak ku
"Jangan sombong karena kaya, kamu meninggal harta mu tidak di bawa" kata Saki
"Kamu benar, hey Saki tolong kamu nungging" suruh ku
"Tidak mau, tadi pagi kamu sudah mengajak ku main loh"
"Ayo lakukan saja, junior ku sudah berdiri ini"
"Tidak boleh, aku sudah bersih, tidak mau mandi lagi"
"Oh kamu menolak ya, baiklah oke" ucap ku
"Oke kenapa?" tanya Saki bingung
"Ya oke saja, ayo kita keluar dari kamar mandi, pergi makan malam" ajak ku
"Hmm dasar tidak jelas" hina Saki lalu lari duluan keluar kamar mandi
.
Jam 6 petang, makan sudah siap namun belum waktunya makan malam.
"Akira, besok kamu berangkat bersama aku dan Saki ya untuk pergi sekolahnya" ucap ku
"Sudah selesai surat suratnya?" tanya ibu
"Sudah ibu, seragamnya juga sudah ku berikan pada Akira, paling tinggal olahraga saja" balas ku
"Baik Haruka sama" ucap Akira
.
"Kakak sudah beli perlengkapan sekolah?" tanya Rin
"Sudah Rin chan, kakak sudah beli semuanya" kata Akira
"Apa sudah?" tanya Saki
"Sudah Saki sama, ku beli sepatu dan alat tulis sudah cukup bukan?"
"Sudah" balas Saki
.
Jam 7 malam, acara makan selesai.
Kami bertiga antara aku Saki dan Rin chan belajar bersama, sebab guru gak jelas, bisa bisanya langsung ada tugas di hari kedua sekolah setelah liburan.
"Kak Saki, ini lebih baik ku warna pink atau merah?" tanya Rin
"Aku sarankan warna Kuning" kata Saki
"Tapi ini burung flamingo" ucap Rin
"Berikan warna biru saja sih" balas Saki
"Saki, ajari yang betul" kata ibu
"Hehe, baik bu, warnanya hijau yang benar Rin chan" kata Saki
"Saki!"
.
"Apa jadinya?" tanya Rin
"Pakai merah muda saja" jawab Saki
.
"Kakak Haruka tidak belajar?" tanya Rin
"Ini belajar" balas ku
"Tapi kenapa mainan ponsel terus"
"Jangan pedulikan dia Rin chan, suami ku itu orang aneh, kerjanya main ponsel tapi tiba tiba pr nya sudah selesai" ucap Saki menanggapi kata kara Rin
"Bagimana bisa?" Rin kaget
"Aku mengerjakan pr di sekolah sebagian Rin chan, jadi aku sudah selesai sekarang" ucap ku agar Rin tidak salah paham
"Memangnya boleh mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah?"
"Boleh saja, kamu mengerjakan pr di perpustakan pun boleh, mengerjakan tugas itu tidak harus terikat pada namanya, mentang mentang pekerja rumah harus di kerjakan di rumah, tidak seperti itu, yang penting selesai dan mengerjakan sendiri" balas ku
"Oh"
.
30 menit kemudian, jam 8 malam.
Sesi belajar telah usai, sekarang nonton tv bersama.
Ku rangkul Saki, mumpung yang lain sedang nonton di karpet sementara aku menonton di sofa bersama Saki.
"Ini tidak seru, ganti kak" ucap Rin
"Ganti apa?" tanya ku
"Ganti yang itu loh, osacar oasis" kata Rin
"Yang kadal itu?" tanya ku memastikan
"Yap, kata teman ku itu lucu"
"Ada Channelnya Haruka kun?" tanya ibu
"Entahlah, coba di cari saja dulu" balas ku
.
Ku mencari dan terus mencari selama 5 menit namun tidak ketemu ketemu, akhirnya ku putar saja video di youtube.
.
"Haruka kun, ambilkan minum" suruh Saki sambil mainan ponselnya
"Ini" ku serahkan minuman susu ku
"Terima kasih"
.
"Haruka kun suapi keripik kentangnya"
"Buka mulut" suruh ku lalu memasukkan keripik kentang
.
"Saki chan, boleh ku pegang oppaimu?" tanya ku sambil bebisik
"Jangan aneh aneh, kita masih bersama dengan keluarga, nanti saja jika di kamar" ucap Saki balas berbisik
"Ya ya ya, kamu sebenarnya dari tadi main apa?" tanya ku sebab ku lihat Saki sibuk sendiri dengan ponselnya
"Ini ada senpai yang mengajak ku kenalan" balas Saki
"Laki-laki?" tanya ku
"Yap, katanya ia mau ngajak duet, katanya sih ia punya Channel youtube sendiri" balas Saki
"Kamu menerimanya?" tanya ku
"Tidak, waktu ku tanya mau di bayar berapa, ia kata tergantung hasil video, lalu waktu ku tanya berapa subscriber mu, ia jawab baru 4000, ya sudah ku tolak saja" balas Saki
"Kenapa tidak di terima saja, tapi take video terpisah"
"Yah waktuku tidak longgar" jawab Saki
"Ya memang sih, tapi kamu harus hati hati loh ya jika berteman dengan laki laki"
"Kenapa memangnya, kamu takut aku selingkuh atau terjadi apa apa dengan ku?"
"Ya memang seperti itu, kamu itu cantik, banyak yang naksir"
"Iya, aku kan princess jelita yang baru turun dari kerajaan langit hehe, jadi wajar jika cantik"
Cuph
Ku cium bibirnya
"Hii air liur mu ikut di bibir ku" ucap Saki
Ku peluk erat istriku itu karena gemas dengan dirinya.
Next...