"Apa Haruka kun yang membawa ku kemari?" Tanya Saki dalam hatinya
"Namun aku tidak melihat Haruka di sini, jadi mungkin bukan dia"
Pintu terbuka
"Eh Saki san anda sudah bangun, bagaimana perasaan anda apa ada yang sakit?"
"Eh kenapa menangis apa ada yang luka Saki san?"
"Tidak Haruka aku menangis bahagia bahwa kamu yang keluar dari pintu itu"
"Kukira kamu tidak akan datang Haruka kun"
"Eh tentu saja aku akan datang, namun maafkan aku karena aku teledor malam itu aku meninggalakan hp ku di apartemen, dan saat aku bekerja aku malah terlalu fokus pada pekerjaan ku"
"Kamu sudah berkorban banyak Haruka kun jadi tidak perlu minta maaf"
"Tidak tidak, dulu aku berkata kamu bisa mengandalakan diriku dan sekarang malah karena kesalahan ku membuat mu terluka Saki san" ucap ku
"Tidak perlu di bahas lagi, kamu tidak perlu pusing aku kemarin malam sudah melaporkan ayahmu yang bejad itu pada polisi dan katanya dia sudah di ringkus namun yang ku khawatir kan adalah mental ibumu"
"Kuharap saat kamu sudah keluar dari rumah sakit kamu mau menemuinya" ucap ku.
"Baik Haruka kun"
"Sekarang mari kita makan, aku membawakan tahu kare dengan kuah kuning"
"Makanan apa itu Haruka?"
"Entahlah aku menemukanya di toko seberang jalan, karena banyak pembeli kurasa rasanya enak"
Aku mendekat menuangkan makanan itu pada piring.
"Kamu bisa makan sendiri atau aku perlu suapi?"
"Aku bisa sendiri Haruka kun"
Aku membantunya duduk namun saat dia menggerakkan tangannya sendok malah jatuh.
"Maaf maaf Haruka kun bajumu jadi kotor"
"Saki san lebih baik kamu jujur dengan keadaan mu, mari aku suapi saja sekarang"
Aku menyuapi Saki dengan penuh perhatian, aku akui aku punya rasa dengan Saki namun aku tidak ingin mengatakan ini sekarang, aku tak ingin dia melihat ku dalam sisi terendah ku paling tidak tunggu sampai aku bisa punya rumah sendiri.
"Apa enak Saki san?"
"Kurasa ini enak Haruka kun"
Aku tanpa berfikir memakanya juga dengan sendok yang sama.
"Ehhh Haruka kun..." Wajahnya memerah
"Apa Saki san, kurasa rasanya ini enak, aneh tapi enak dan cocok untuk sarapan, banarkan Saki?"
"Benar bergitu"
Aku mulai menyuapinya lagi namun sebelum sendok masuk mulutnya aku jadi sadar bahwa tadi secara tidak langsung kami berciuman.
"Eh mari lupakan Saki san akan ku cari Sendok baru"
"Tidak perlu Haruka kun, lanjutkan saja"
Wajah kami berdua memerah kembali.
Kulihat jam baru pukul 7 dan aku harus menginfokan tentang kejadiian ini dengan Nasa san.
Aku meneleponnya dan berkata tentang bagaimana keadaan ku sekarang dan dimana aku sekarang.
Untungnya Nasa san baik hati, dia tidak menyuruhku mengembalikan mobil dengan segera.
"Tunggu lah dia Haruka kun, masalah mobil tenang saja aku bisa meminta sekretaris ku menjemput ku"
"Terima kasih Nasa san"
"Sama sama"
"Oh iya Tsukasa bilang ini adalah hari pertama mu masuk sekolah apa tidak apa apa untuk membolos?" Tanya Nasa
"Aku tidak tau Nasa san, tapi kuharap boleh boleh saja, Saat ini Saki tidak ada yang menjaga aku akan khawatir jika dia sendirian apalagi setelah kejadian yang menimpanya"
"Apa kamu ingin Tsukasa membantumu paling tidak untuk menjaga Saki san?, Ayolah sekolah itu penting Haruka kun, jangan jadi pencundang seperti dulu lagi"
"Jika Nasa san mengatakan seperti itu maka aku akan sangat berterima kasih atas bantuannya"
"Sama sama, namun kamu yang mengantarkan Tsukasa sendiri ya ke rumah sakitnya, aku sudah keburu berangkat jadi kamu tidak keberatan kan?"
"Tantu tidak aku juga akan kembali ke apartemen dulu untuk ganti baju"
"Oke"
Aku segera masuk kekamar Saki untuk mengatakan bahwa aku akan pulang dulu dan berkata bahwa aku akan bersekolah.
Saki berkata bahwa dia tak apa sendiri, namun aku segera menolak gagasan itu, karena dia masih lemas.
Aku menagatakan bahwa Tsukasa adalah orang yang baik, dia adalah waliku dan kamu tidak perlu khawatir.
Dia pun mengangguk pertanda mau.
Aku segera bergegas pulang dan kulihat Tsukasa sudah siap di teras apartemen miliknya.
"Tsukasa san Terima kasih sudah membantuku lagi"
"Tenanglah aku ngagur di rumah jadi ku anggap ini sebagai piknik, kamu segeralah mandi dan pakai seragam mu"
"Baik"
Aku bergegas mandi lalu berpakaian, lalu aku turun kebawah lagi.
Aku bertanya apa Tsukasa san bisa menyetir? Dan bodohnya diriku tentu saja dia bisa, Tsukasa san kan sudah hidup ribuan tahun.
Namun aku tetap menjaga rahasia umurnya, pertama tama dia mengantarkan ku ke sekolah. Kulihat jam sudah pukul 8.30 tidak terlalu telat lah karena bell masuk jam 7.30.
Aku memberi tau Tsukasa san dimana Saki di rawat dan di kamar apa, tampaknya Tsukasa paham dengan mudah jadi aku bisa masuk ke sekolah dengan tenang.
Masuk ruang tu.
"Sudah jam berapa ini Haruka san?"
"Anjir langsung kena semprot" pikir ku
"Anu pak saya ada kecelakaan tadi malam, maksud saya bukan saya melainkan teman saya yang menyebabkan aku harus menunggunya hingga orang tuanya datang" alasan ku.
"Terserahlah tapi kuanggap tetap telat, tunggu dulu aku akan segera kembali"
"Baik pak"
Setelah beberapa menit si staf menghampiri ku dan memberiku sragam sragam sekolah, dan satu jaket olahraga.
"Kamu ikuti saya, saya akan menujukan kelas mu dimana"
"Baik pak"
Saya mengikutinya hingga sampai di depan kelas X 7.
Si staf masuk dulu untuk mengataka pada guru yang mengajar dan keluar selanjutnya
"Kamu tunggu disini hingga guru menyuruhmu masuk, paham?"
"Paham pak"
Setelah 5 menit akhirnya saya di perbolehkan masuk kedalam kelas.
"Baik adik adik sekalian ini adalah Haruka, silahkan berkenalan dan Haruka kun tolong perkenalkan dirimu"
Kulihat di dalam kelas itu ada Hinata, aku bersyukur ada teman yang ku kenal di dalam kelas ini.
"Perekenalkan Namaku Haruka hanya Haruka, saya berasal dari Tokyo, semoga kita bisa akrab dan mohon bantuannya"
"Ohh Tokyo, Haruka kun hobi mu apa" salag seorang siswi bertanya.
"Mungkin aku suka Voli dan lari"
"Baiklah Haruka kun karena kita akan melanjutkan pelajaran hari ini silahkan duduk di samping Hinata kun" ucap Ibu guru.
"Hinata kun tolong angkat tangan"
"Saya buu"
"Silahkan Haruka kun"
.
.
"Baiklah aku siap dengan pelajaran nya"
"Ne ne Haruka san apa kamu sudah belajar, kali ini akan ada ujian matematika loh" ucap Hinata.
"Heh seriusan Hinata san? Aku belum belajar sama sekali"
"Tenang saja Haruka san jika kamu gagal aku akan tetap menemanimu"
"Ohh tentu kurasa"
"Silahkan kosonkan meja, hanya pulpen dan tape jika punya, kertas akan saya bagikan"
"Untuk Haruka kun, jika kamu belum belajar kamu bisa menunda ujian ini sampai ketika remidial diadakan"
"Aku akan ikut bu"
"Oh baiklah jika kamu berkata seperti itu"
Yang aku tau pelajaran kali ini adalah matematika, materi masih dasar yaitu nilai mutlak dan sub bab di dalamnya.
Kertas lalu di bagikan pada jam 9 ujian di mulai.
"Ujian akan berlangsung selama 30 menit jadi kerjakan dengan sebaik mungkin, sekarang mulailah mengerjakan"
Aku melihat soal soal di kertas.
Tidak banyak hanya 20 soal, kurasa soal ini masih mudah untuk materi awal jika tanpa belajar.
"-5 + 3 di mutlak apa jadi 8 atau -2 atau 2 ya" ucap Hinata kebingungan
"Aku menjawab dengan mudah 15 soal pertama namun 16-20 tingkat nya sudah lebih tinggi"
"Waduh aku lupa perihal mencari himpunan mutlak apa harus dibalik tandanya atau tidak ya, kurasa seingat ku bukan begini caranya"
"Waktu tinggal 5 menit" ucap bu guru.
"Gawat aku lupa caranya, aku coba saja caranya mungkin begini dan begini"
"Waktu habis letakkan pulpen kalian dan dari belakang ambil kertas ujian menuju kedepan lalu serahkan pada saya"
Saya dan Hinata berdiri lalu mengambil kertas ujian milik siswa di depan kamu.
Ujian selesai dan istirahat jam pertama dimulai.
Masih ku dengar beberapa siswa dan siswi bertukar jawaban.
"Hinata san bagaimana jawabanmu tadi.." sebelum selesai aku ingin bertanya namun saat kulihat keadaan Hinata yang asap sudah mengebul dari kepalanya membuat ku enggan bertanya lagi
"Haruka san jawaban mu untuk 6-20 bagaimana"
"Eh banyak sekali, mungkin seperti ini ini ini, aku mencoba menjelaskan"
"Gawat aku tidak bisa menjawab soal no 6-20 jadi aku kosongi jawaban ku"
"Heh" kurasa di emang bodoh seperti di anime.
Jam istirahat kebayankan digunakan untuk mengobrol saja, atau tidak digunakan untuk makan snack ringan.
.
.
Dringgg bel masuk berbunyi
Pelajaran selanjutnya adalah bahas Inggris dan itu adalah bahas Inggris peminatan jadi lebih mengedepankan speaking dan listening.
Guru menjelasakan lewat bahasa Inggris.
"I hear from other teacher, this class have new student, who? Can you Raise your hand?"
Aku mengangkat tangan ku.
"Oh you, can you introduce your self to me?"
"Sure miss"
"My name Is Haruka, only Haruka, i'm from Tokyo, my hobby are play volly ball and jogging"
"Oh Haruka kun, ok can you spell your name"
"Oke"
"H-A-R-U-K-A"
"H for Humble"
"A for Art"
"R for Ring"
"U for Underground"
"K for Key"
"A for All"
"Thanks Haruka Kun, nice to meet you, i hope you can enjoy what lessons i teach"
"Sure Miss, i hope you can teach me until i success in my first Class"
Siswa yang mengerti mengangguk paham namun yang tidak mengerti
"Huh klas? Apa dia ingin belajar las"
"Kurasa dia berkata Class yang berarti tingkatan deh"
"Kurasa dia adalah anak yang bisa berbahasa Inggris dengan lancar, dia menggunaka logat British english, jadi agak terkesan berbeda dengan logat japan english, tapi itu malah bagus" pikir Guru
"Whoo Haruka san kamu dapat berbicara Inggris dengan lancar, namun kenapa aku rasa bicara Inggris mu berbeda dengan guru"
"Aku bisa berbahasa Inggris, tentang bicara ku berbeda sebenarnya sama cuma pengerjaan cara membaca yang berbeda, jika guru menggunakan logat jepang aku menggunakan logat Inggris kerajaan yang cepat dan jelas"
"Eh ternyata logat bisa menyebabkan cara membaca yang berbeda?"
"Tentu saja Hinata san, dan logat bukan hanya menyebabkan cara membaca yang berbeda, ada beberapa kata yang mungkin sering digunakan dalam logat Inggris namun sangat jarang digunakan dalam logat Amerika"
Contohnya jika di inggris menyebutnya football tapi jika di Amerika mereka menyebutnya Soccer, jika kita terjemahkan kedua kata itu berarti sepak bola.
"Whoo hebat sekali aku harus belajar bahasa kalau begiti Haruka san"
"Eh kamu mau belajar, jika kamu ingin aku sepertinya pernah lihat les bahasa Inggris di salah satu toko sektar jalan..., jika kamu ingin kamu bisa datang kesana"
"Tentu Haruka san, aku akan datang namun harganya murahkan?"
"Murah kurasa, mereka mengambil harga setiap pertemuan, kurasa 200 yen setiap pertemuan"
"Eh masih mahal itu tapi kurasa 1 kali seminggu tidak masalah buat ku" ucap Hinata.
"Benar Hinata lebih baik kamu ambil saja les saat kita tidak mengikuti klub voli"
"Benar benar"
Pelajaran berlanjut hingga akhirnya istirahat makan siang dimulai.
"Haruka mari kita makan siang bersama"
"Maaf Hinata san aku tidak membawa bekal hari ini, mungkin aku akan makan di kantin sekolah" ucap ku
"Pintu kelas terbuka, memperlihatkan Kageyama yang membawa bekal dan roti melon"
"Ini Hinata roti melon yang kujanjikan"
"Oh benar juga, roti melon ini untuk mu saja Haruka, aku sudah ada bekal jadi kamu makan saja" ucap Hinata lalu menyerahkan roti dari tangan Kageyama.
"Apa tidak apa ini? Jika kamu memberikan aku akan menerimanya"
"Don't mind"
Mari makan bersama kalau begitu kami bertiga duduk berhadapan di meja belakang yang mana meja Hinata dan meja ku kusatukan.
Membicarakan obrolan ringan.
"Haruka san siap Saki yang kamu ajak kemarin itu" tanya Hinata.
"Oh dia itu adalah siswi dari sekolah Fujinkai yang 500 m ke utara tempat ini"
"Eh bukanya itu adalah sekolah swasta yang agak mahal"
"Kamu benar Hinata itu memang Sekolah swasta"
"Jadi bagaimana kamu bisa bertemu dengannya, bukanya kamu tidak bersekolah selama setahun dan apa mungkin kamu bertemu dengannya dari kencan buta?"
"Tentu saja tidak begitu juga Kageyama, namun aku mau bertanya dulu apa kamu mau merahasiakan ini?" Tanya ku
"Tentu dapat kami rahasiakan memang apa yang terjadi hingga kamu bisa kenal dengannya"
"Aku menyelamatkannya dari pacarnya yang bajingan"
"Huh kamu merebutnya?" Tanya Kageyama kaget.
"Bukan bukan, aku menyelamatkan, ingat menyelamatkanya bukan merebut dari pacarmya, Saat itu aku sedang berjalan ke minimarket lalu kulihat Saki dan pacarnya sedang kencan, namun firasat ku itu akan menjadi kencan yang gelap, tau kan yang gelap seperti apa, aku tidak akan menjelaskannya"
"Um kami tau jadi lanjutkan Haruka"
"Aku membuntuti mereka dan sampai kutemui pacarnya bertukar suatu barang dengan salah seorang gangster, awalnya aku tidak berfikir itu adalah narkoba, kupikir itu hanya pil perangsang"
Mereka berdua memerah.
"Saat sudah selesai transaksi saki dan pacarnya kembali melanjutkan perjalanan mereka, kulihat pacarnya mulai agak nakal ketika keadaan mulai sepi, lantas pula aku segera berpura pura lewat di sampingnya"
"Saat sudah dekat aku menjegal kakinya hingga terjatuh, lalu kupukul dia dengan bogem ku, dengan satu tinjuan pacarnya langsung pingsan"
"Dan taukah kamu apa yang Saki katakan kepada ku?"
"Dia berterima kasih?" Ucap Hinata
"Dia kaget?" Ucap Kageyama
"Benar dia kaget dan mengancam diriku akan menelepon polisi karena aku melakukan penyerangan tiba tiba, kurasa jika ku ingat itu juga kesalahan ku sih menyerang sendiri"
"Namun ku pastikan padanya bahwa tidakan ku adalah benar, namun gagal karena siapa juga yang percaya dengan kata kata seorang yang baru kamu temui"
"Hmm kurasa kamu benar" ucap Hinata
"Oi lalu kenapa kamu percaya pada Haruka waktu itu huh" tanya Kageyama
"Entah mungkin satu hobi yang sama" balas Hinata
"Aku mencoba meyakinkan Saki kembali, kali ini aku mencoba mencari barang bukti apa pernyataan ku benar sebelumnya, kurogoh setiap kantong celana dan bajunya, kutemukan pil putih, aku langsung menyangka ini adalah narkoba"
"Si Saki langsung terdiam karena bukti sudah aku temukan, aku mengatakan padanya bahwa pacarnya adalah seorang bajingan, dia malah menangis jadinya, lalu kukatakan 'kamu seorang wanita jadi jagalah kesucian mu jika kamu mau tidur dengan laki laki boleh boleh saja namun lihat dulu siapa dia, jika kamu ditiduri oleh bajingan ini kamu akan menyesal dalam hidupmu dan masa depan mu, bukan hanya rusak badan tapi masa depan' dia tambah menangis, kuberanikan diri menepuk punggungnya supaya bisa tegar"
"Aku mengatakan padanya mari menelepon polisi agar ini bisa terurus dengan baik dan secara hukum"
"Dia mengiyakan dan disitulah aku mulai mengenal Saki hingga saat ini"
"Keren sekali Haruka, kamu lelaki yang sangat keren, jika aku berada di posisi mu mungkin aku sudah lari ketakutan mungkin" ucap Hinata
Kulihat Kageyama masih terdiam ketika cerita ku sudah selesai.
"Hidup itu penuh petualangan, jika ada kesempatan maka gunakanlah jika ada yang dirasa membutuhkan pertolongan maka kamu tawarkan dirimu membantu, kita hidup itu bersosial jadi harus peka dengan keadaan sekitar" ucap ku
"Namun ingat juga kita bisa menolong mereka yang lemah namun jangan sampai kepekaan kita malah menjadi bumerang bagi kita sendiri karena kemurahan hati"
"Baik Haruka san, akan ku ingat kata katamu" ucap Hinata.
"Keren sekali" dalam pikiran Kageyama.
Bel berbunyi menandakan istirahat telah usai dan pelajaran dilanjutkan kembali, Kageyama pamit untuk kembali ke kelasnya.
Kurapikan kembali meja yang kusatukan tadi, pelajaran kali ini adalah ips sub bab sejarah.
Tidak susah jadi selama 2 jam pelajaran, 1,5 jam berlalu tanpa kendala, bel berbunyi lagi memasuki pelajaran terakhir yaitu ipa Fisika.
Hinata kembali mengeluarkan asap dari kepalanya, aku pun sama karena aku harus mengkorek informasi lama ku mengingat fisika adalah pelajaran yang banyak menggunaka rumus.
Untungnya hari ini tidak ada ujian dadakan aku masih bisa mendinginkan kepala ku dulu.
Pelajaran akhirnya selesai dan kami bersiap pulang.
"Ayo Haruka kita ke klub voli"
"Maaf Hinata aku harus ke rumah sakit sekarang, mungkin besok aku akan ada di klub, kemarin Saki sakit jadi aku harus menjenguknya"
"Ow ow ow, baiklah kalau begitu semoga berhasil Haruka"
"Tentu Hinata san"
Aku berjalan keluar kelas namun saat ku amati sekitar aku menemukan sesuatu hal yang menarik lagi, aku bertemu dengan