Dika sungguh tak tega melihat sang Ibu harus menangis seperti ini. Wanita yang sudah melahirkan serta membesarkannya itu tampak bersimpuh di depan kaki Arif. Memohon agar Arif tak menikah lagi. Tampak wanita yang di sebelahnya juga berontak, tak terima.
"Ibu, ayo bangun! Gak usah seperti ini sama Ayah!" Dika mencoba membangunkan ibunya yang masih bersimpuh di kaki pria itu.
"Mas, aku mohon. Jangan menikah lagi dengan wanita ini," lirih Rani sambil menangis.
"Aku dan Ibu gak akan pernah merestui pernikahannya Ayah!" ketus Dika pada ayahnya.
Arif menampilkan senyum menyeringai. Tangannya masih menggenggam kuat pergelangan tangan Leony. Wanita itu merasakan sakit dan panas di pergelangannya.
"Aku gak perlu izin dari kalian berdua. Kalian setuju atau tidak, aku akan menikahi wanita cantik yang ada di sebelahku ini." Arif menoel pipi Leony.
"Mas ini apa-apaan sih! Aku gak mau nikah sama Mas!" ujar Leony.
"Nah, dengar sendiri kan, Yah? Apa kata dia tadi? Dia aja gak mau sama Ayah. Jadi, gak usah dipaksa."
Arif menghentakkan kedua kakinya, tanda tak suka dengan ucapan Dika. "Diam kamu! Gak usah ikut campur!"
Saat ini Rani sudah berada di dalam pangkuan Dika. Pria itu tak tega melihat perlakuan ayahnya pada sang Ibu. Bukan hanya Rani saja yang merasa sakit hati, tapi dirinya juga. Dika melihat wanita yang bernama Leony itu juga tak menyukai ayahnya.
'Aku kira dia matre, tapi kayaknya enggak deh. Dia menolak ajakan Ayah untuk menikah.'
Dika memandang Leony sekilas. Di satu sisi, ia merasa kasihan. Namun, di sisi lain, dirinya juga merasa geram dengan wanita ini. Karena paras cantik dan pesona Leony, ayahnya jadi tertarik dan malah berniat untuk menikah lagi.
Dika menyuruh ayahnya untuk berhenti menggauli wanita lain, selain ibunya. Ia ingin Arif hanya peduli dengan keluarganya saja. Tak hanya itu, Dika juga ingin kalau sang Ayah bisa setia dengan satu wanita, yaitu Rani.
Namun, hal itu ditolak mentah-mentah oleh Arif. Pria yang masih nyaman menggenggam tangan Leony itu tak mau mengubah keputusannya. Alhasil, Leony menolak dengan keras karena tak mau menikah dengan pria yang usianya terpaut sangat jauh darinya.
"Mas, lepasin tangan aku!" bentak Leony yang masih berusaha melepaskan cekalan tangan dari Arif.
"Gak akan, Sayang. Kalau aku melepaskanmu, kamu bakalan pergi dari aku."
Arif bisa bersikap sangat lembut pada Leony, juga bisa kasar padanya karena tak ingin wanita itu pergi dari sisinya. Saat ini, Arif sedang puber kedua. Ia begitu tergila-gila pada Leony sekarang. Keinginannya untuk menikahi wanita cantik ini begitu besar.
"Mas, aku mohon, jauhi dia!" tunjuk Rani dengan pandangan nyalang kepada Leony. "Pertahankanlah rumah tangga kita, Mas! Kita sudah bersama sekian lama. Jadi, jangan tergoda sama wanita murahan ini," ucap Rani di sela-sela batuk.
Mendengar ucapan Rani yang menyebut dirinya sebagai wanita murahan membuat Leony jadi sakit hati. Memang benar kalau ia saat ini bekerja sebagai seorang wanita kupu-kupu malam, tapi hal itu diucapkan gamblang oleh Rani, seakan-akan dirinyalah yang paling bersalah di sini.
Leony pun tak ingin menjadi seperti ini. Itu semua karena bujuk rayu Mira yang licik, mampu membuatnya jadi terperosok ke dalam lembah hitam ini. Hanya dengan iming-iming mendapatkan uang dalam jumlah yang besar, maka bernasib nahas lah Leony sekarang.
"Kalau kamu gak mau ngelepasin tangan aku sekarang juga, maka aku gak akan mau ketemu sama Mas lagi!" Nada mengancam dari Leony membuat Arif tampak getir. Pria itu takut kalau tak bisa bertemu dengannya lagi. Alhasil, pergelangan tangan Leony pun terlepas.
Leony menatap manik mata Rani dengan serius. Ia ingin mengucapkan sepatah dua patah kata. "Aku gak akan rebut suaminya kamu, Mbak. Biar bagaimana pun aku, sekotor apa pun aku, tapi aku gak akan pernah rebut pria tua ini dari kamu!" tunjuk Leony ke arah pria di sampingnya.
Sebelum pergi dari kamar Rani, Leony sempat bertatapan dengan Dika sejenak. Pria itu menatapnya begitu lekat. Dengan langkah panjang, Leony berhasil ke luar dari sini. Ia turuni anak tangga secara gesit.
Leony melangkah ke luar menuju ke halaman depan. Ia terus berjalan sampai ada taksi yang lewat. Ia tak mau diantar oleh Arif. Gemuruh di dalam hatinya masih memuncak.
Namun, baru sebentar Leony berjalan kaki seorang diri, dari arah belakang ada sebuah mobil yang mendekat. Leony mengenali mobil sedan berwarna hitam itu.
"Mas Arif mau apa lagi, sih?" ucapnya pelan. Leony tetap melangkah ke depan dan tak mau menoleh ke arah mobil tersebut.
"Leony, tunggu!"
Arif langsung ke luar dari mobil dan mendapati Leony. Pria tua itu mengajaknya lagi untuk ke dalam mobil.
"Biar Mas aja yang antar."
"Gak usah! Aku bisa pulang sendiri. Lagian, ngapain juga repot-repot mau ngantarin aku? Mending jagain tuh istrinya, Mas!"
Leony lekas berlalu dari pandangan mata Arif. Namun, pria itu tak melepaskannya begitu saja. Leony langsung ditangkapnya dan dibawa paksa ke dalam mobil. Tangannya ditarik dengan kasar hingga ia berteriak minta tolong. Arif tak peduli lagi, terpenting wanita itu sudah masuk bersamanya.
"Mas apa-apaan sih? Tangan aku sakit!"
"Maafkan, Mas. Mas gak mau kalau sampai kamu lepas gitu aja," ucap Arif.
Arif sudah duduk di balik kemudi. Ia segera melajukan mobilnya dan membawa Leony kembali ke tempatnya Mira. Padahal Leony hendak berusaha kabur ketika ia lebih memilih jalan kaki sendiri.
'Sepertinya tua bangka ini tahu niatku untuk kabur. Dia gak akan gitu aja ngelepasin aku.'
Pandangan Leony begitu tajam ke arah Arif yang sedang fokus menyetir. Pria paruh baya itu menatap lurus ke jalan. Leony masih geram bukan main karena polah tingkahnya. Ia tak akan mau menjadi istrinya yang kedua.
"Mas kenapa sih gak setia sama Mbak Rani aja? Lagian usia juga sudah gak muda lagi. Harusnya malu, Mas!" ketus Leony. Ia mungkin sudah habis sabar dan langsung mengucapkan kalimat seperti itu.
"Emangnya kenapa? Kalau kamu yang jadi istri Mas nanti, Mas janji kamu bakalan jadi wanita yang paling bahagia dan bergelimangan harta," ucap Arif.
"Aku gak perlu kemewahan seperti itu, Mas. Aku ingin mencari sosok pria yang aku cintai, bukan seperti Mas Arif!"
Arif melengos dengan kasar dan mendengkus. Baginya, alasan Leony terlalu klise. Namun, pada akhirnya wanita itu juga akan menikmati kemewahan yang akan ia berikan ketika sudah menjadi istrinya nanti.
Leony melipat kedua tangannya di dada dan mengerucutkan bibir bak anak kecil yang sedang marah. Sepertinya Arif tak merespons ucapannya tadi.
'Dasar tua bangka!'