"Dengan siapa kamu berbicara?!"
Bentakan Bela dengan nada keras tentu saja masuk ke indra pendengaran Nada secara menyeramkan. Membuat perempuan yang sedang duduk di sudut kamar, menjadi menekuk kaki dan memeluknya.
Siapa yang tidak takut saat memiliki ibu tiri yang memperlakukan dengan kejam? Seorang Nada pun takut, dalam beberapa waktu tertentu.
Nada menatap Bela dengan kilatan takut di bola matanya, bahkan ia meneguk saliva dengan susah payah karena merasa gugup dengan tatapan ibunya yang tajam. "A-aku hanya berpikir, kenapa ayah belum pulang?"
Mendengar jawaban Nada, Bela menaikkan sebelah alisnya. "Ya, Ibu juga bertanya-tanya akan hal itu. Kemungkinan ayah mu pulang lembur, atau mungkin ada kerjaan tambahan."
Walaupun sifat Bela terbilang keras bahkan seperti sosok yang tak pantas untuk di panggil seorang ibu, namun tetap saja ada kalanya nada bicaranya melembut dengan tatapan yang menurun.
Bela mencintai ayah Nada, sangat mencintai. Namun, entah mengapa Bela tidak menyukai adanya Nada.
Nada pun diam, ia tidak tau harus mengatakan balasan seperti apa sebagai tanggapan yang dikatakan Bela. Ia berkali-kali mengedarkan pandangan berbagai arah asalkan tatapannya tidak bertabrakan dengan milik sang ibu.
"Nanti ibu akan—"
Ucapan Bela terhenti karena ia mendengar suara gemercik air dari arah kamar mandi. "Wastafel mu rusak lagi?" tanya Bela, ia menunda keluar kamar Nada.
Dalam hati, Nada telah mengutuk Alex yang kemungkinan sedang mencuci tangan, atau bahkan hal lainnya yang ia memang tidak tau.
'Sial, jika aku berhadapan dengan Alex saat ini, aku akan meninjunya sekarang juga.' Nada membatin.
"Mungkin, aku bukan tukang pembenar wastafel, Bu. Bisakah kamu memanggilkan teknisi untuk membenarkan wastafel ku yang rusak?"
"Tidak perlu, itu membuang-buang uang. Kalau kamu tidak mau kamar mandi mu kebanjiran, cepat di benarkan."
Setelah mengatakan itu, Bela langsung berbalik badan dan pergi keluar dari kamar Nada dengan perasaan tidak sudi membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak perlu dan tidak memiliki manfaat.
Dalam satu kali hembusan napas, bersamaan dengan ia beranjak dari duduknya. Nada kini melangkahkan kaki untuk mendekati pintu kamar mandi dengan perasaan kesal, ia bahkan tidak menyadari bahwa jalanannya terlalu dekat dengan cermin yang seharusnya ia hindari.
Hap
"Tertangkap kau."
Pada detik itu juga, Nada menghentikan langkahnya sambil membelalakkan kedua bola mata. Ia merasa ada tangan yang terasa dingin menyentuh permukaan kulitnya. Itu adalah… tangan dingin yang pernah ia rasakan saat awal mengetahui kejanggalan goib mulai masuk ke dalam hidupnya.
Keringat dingin langsung mengalir, darahnya berdesir, detak jantungnya memompa dengan cepat.
Brak
"Ashshhh… aw sakit."
Nada terasa di tarik dengan kencang, dan ia tersungkur sampai bokongnya mendarat di lantai. Kedua matanya tertutup karena refleks mengaduh sakit.
Sebelum berhasil untuk membuka kedua bola matanya, Nada sempat berfikir kalau ujung bajunya tidak sengaja mengenai paku yang dapat menariknya sehingga terjatuh. Namun, ia kembali mengingat bagaimana rasa sentuhan dari tangan tersebut yang sangat familiar dan pernah menyentuhnya.
Setelah bersusah payah untuk tidak berfikir negatif, tiba tiba saja Indra penciuman nya mencium bau busuk yang cukup menyengat.
"Ini... Ini seperti bau darah yang sangat amis."
'Apa aku berdarah?' Karena takut ingin membuka kedua bola matanya, Nada akhir ya membatin dan berfikir positif. Tapi sekali lagi, ia tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya jika ia memang benar terkena goresan paku yang membuat darah di tubuhnya keluar.
"Buka matamu, tidak masalah. Aku hanya ingin mengajakmu berjalan jalan, selagi para makhluk sedang berunding untuk mendapatkanmu."
Suara itu, tidak salah lagi jika nada mengenali sosok tersebut yang belum ia lihat. Dengan ketakutan dan tubuh yang sedikit Gemetar, nada akhirnya memberanikan diri untuk membuka kedua bola matanya walaupun saat ini ia sudah tidak bisa mencegah pikiran negatif kepalanya. Ia juga sudah dapat menebak apa dan siapa yang berada di hadapannya saat ini.
Keringat dingin mulai muncul dari pelipis nada, pertanda kalau dirinya kini sedang gugup, ketakutan, dan juga merasa waswas dengan apa yang terjadi selanjutnya.
Kedua mata nada terbuka, dan ia langsung di sambut oleh wajah seorang perempuan yang selama ini menghantui nya disetiap cermin dan meminta tolong untuk hal hal yang sebenarnya tidak ia mengerti.
Seperti yang beberapa saat lalu nada lihat, perempuan tersebut yang ia lihat anggota tubuhnya telah direnggut oleh 'makhluk' tersebut, kini memang tampak jelas jika anggota tubuhnya tidak lengkap. Darah ada di setiap Jengkal tubuh perempuan tersebut. Wajahnya terlihat mengerikan, sangat mengerikan.
"Aku ingin berteriak saat ini juga, jika aku bisa." Bahkan, Nada berbicara dengan suara yang nyaris tidak terdengar karena terlalu pelan dan seperti tertahan di ujung tenggorokannya.
Perempuan tersebut tersenyum, mungkin menurutnya itu adalah senyuman manis, namun menurut Nada itu malah senyuman yang paling mengerikan yang pernah ia lihat seumur hidupnya. "Biarkan aku menjadi korban yang terakhir dari makhluk haus akan daging manusia itu, aku akan membantumu."
Sebelum Nada sempat berbicara, ia sudah dibantu berdiri oleh perempuan tersebut untuk menjauh ke Sisi yang lebih gelap daripada yang mereka tempati tadi. Katanya, makhluk tersebut tidak akan bisa melihat ke tempat yang terlalu gelap yang sama sekali tidak memiliki pencahayaan.
Nada merasa kalo iya saat ini sudah boleh untuk mengutarakan apa yang ia rasakan walaupun saat ini tubuhnya bergetar hebat. Hei, bayangkan saja saat ini ia berhadapan dengan sosok halus dengan wajah yang mengerikan. Manusia biasa pun yang tidak terbiasa melihat hal tersebut sepertinya, mungkin sudah terjatuh pingsan, atau lebih buruk ya sampai trauma.
"Jika kamu ingin membantuku, kenapa kamu malah menariku ke dunia cerminmu yang sama sekali tidak ingin aku injak?" Walaupun saat ini ada merasa sudah aman untuk berbicara, tidak dapat dipungkiri kalau ia tetap menjaga volume suaranya agar tidak terlalu keras dan takutnya dapat membuat makhluk yang sedang berunding untuk menangkapnya mendengar dan mengetahui keberadaannya sudah ada di daerah mereka.
Perempuan tersebut malah menjulurkan tangan ke arahnya, tentu saja hal tersebut membuat Nada bingung.
"Ada apa? Kenapa kamu malah menjulurkan tangan ke arah ku?"
"Berkenalan."
"Namaku Nada, dan kau? Kamu terlihat seperti orang Belanda dengan gaun mu yang Indah, sayangnya sudah rusak."
"Iya, rusak sama seperti wajahku yang tidak cantik ini. Terkadang, aku berniat jaahat padamu untuk mengambil kulit wajahmu yang masih mulus Untukku. Tapi aku tidak sekejam itu, aku ingin mengakhiri semua ini walaupun rasanya sulit. Ngomong ngomong, namaku adalah Jade."
Nada sempat terkesiap dengan apa yang dikatakan oleh Jade mengenai niat kejamnya yang mengerikan, namun ia paham jika perempuan menyeramkan yang ada dihadapanNya ini ingin mencari jalan keluar untuk ya. Jadi, ia harus merasa takut atau berterimakasih?
"Jadi, bagaimana aku bisa terlepas dari hal yang seperti kutukan bagiku ini?" Nada bertanya dengan penuh harapan kepada Jade yang saat ini menatapnya dengan sebelah bola mata yang tampak bergelantungan.
Jadi menggelengkan kepalanya dengan perolehan, sambil tersenyum miring. "Ini tujuanku membantumu, karena kamu tidak akan pernah bisa terlepas dari kutukan tersebut, kecuali kamu dapat menghancurkan fondasi yang telah mereka buat."
Nada memutar otaknya berkali-kali, dan ia sadar kalau saat ini ia berada di situasi yang berbahaya.
…
Next chapter