Namaku Aimee.
Wanita mandiri yang hidup seorang diri setelah bercerai dengan suamiku 5 tahun lalu. Mengakhiri hubungan pernikahan kami dengan akhir yang buruk dan mungkin sama-sama meninggalkan bekas yang tidak mengenakan bagi dua belah pihak.
Aku putuskan untuk menjadi wanita independen yang tidak bergantung pada kaum pria. Mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan tidak akan mengemis perhatian dari mereka.
Segalanya berjalan lancar hingga kemarin.
Bangun di pagi hari dengan senyum ceria menghias pas di wajahku yang oval. Mengenakan kacamata bulat tipis seperti semacam kebiasaan.
Meskipun penampilan kusut. Rambut berantakan. Wajah kelelahan. Dan pikiran masih melayang-layang di alam bawah sadar.
Senyum cerah harus selalu aku ukir di wajahku setiap pagi bagaimanapun aku membuka hari dan bermimpi buruk.
Mari kita ingat mimpi buruk apa yang baru saja aku alami?
Hadir di tengah hutan. Lalu tiba-tiba saja ada sebuah beruang kutub yang mengejarku?
Aimee menepuk keningnya dengan sangat lelah.
Berharap hal ini bukan petanda buruk dan senyum cerahnya bisa memberikan dampak positif.
Aimee menguap beberapa kali dan meregangkan persendiannya. Tanpa peduli dengan bunyi-bunyi nyaring yang terjadi akibat gesekan tulang sendinya.
Kretek! Kretek!
Ini adalah salah satu cara Aimee bisa memanjakan tubuhnya.
Mengembalikan rasa pegal ke bentuk semula dan mengukur betapa letih tubuhnya saat ini dengan mendengar seberapa kencang bunyi retakan yang terdengar.
Aimee membuka jendela kamarnya yang berada di lantai 10 salah satu apartemen di kawasan kota. Menghirup udara segar di pagi hari karena ada banyak pepohonan tumbuh di sekitaran apartemennya.
Meski jauh dan mungkin sudah bercampur polusi.
Aimee merasakan jiwanya terkumpul sempurna setelah sepersekian menit.
Dan sesuatu mendadak menyita perhatiannya.
Membuatnya bergeming dan berkedip hingga puluhan kali karena gelisah. Aimee memusatkan perhatiannya lebih banyak pada benda bulat pipih yang dia letakkan di atas laci kecil samping tempat tidurnya.
Terpana dan berteriak dengan kacau.
"Ini gila!! Pukul setengah 10?! Aku bangun pada jam segini??!!" merutuk sangat frustasi dan tidak menemukan kenyaman sama sekali pada situasinya.
Aimee nampak mondar-mandir.
Memutuskan untuk berjalan ke arah jam weker-nya. Memukul beberapa kali jam itu dan tidak memberikan perubahan.
Aimee meringis ngeri.
"Oh! Tidak! Ini gawat dan sangat buruk!" Teriak Aimee masih tidak percaya dan malas bergerak.
"Aku seharusnya tidak bangun sesiang ini! Apa yang harus aku lakukan? Tetap masuk? Atau tidak usah sama sekali?" gerutu Aimee tidak karuan.
Jika dia tidak masuk, Aimee akan dimarahi.
Jika dia masuk, Aimee juga akan dimarahi!
Semua hasilnya sama. Dan hanya soal alasan yang membedakan!
Aimee menenggelamkan wajahnya kembali ke dalam selimut. Menikmati kegelisahannya seorang diri dan benci ketika harus mendapat teguran.
Aimee seharusnya tahu bahwa mimpi buruk semalam akan membawanya pada nasib sial.
Bukan hanya karena terlambat. Tapi hal buruk lain nampak masih menunggunya dengan manis di luar sana.
Aimee berjalan gontai masuk ke dalam kamar mandi.
Mengambil pakaian seadanya. Dan berusaha bergerak cepat. Meskipun tidak memiliki banyak tenaga ekstra.
5 menit adalah waktu yang lebih dari cukup untuknya bersiap-siap.
Mencuci wajah dan menggosok gigi. Membasahi tubuhnya dan mengusapkan sabun. Mengenakan pakaian lalu mengancingkannya secara asal. Aimee juga tidak lupa mengenakan dasi yang merupakan satu paket dengan blouse-nya.
Mengambil jas kerja yang senada dengan rok span miliknya.
Aimee berhasil tampil dengan baik pagi ini, meski semua harus dia lakukan dengan terburu-buru.
Buru-buru berdandan dan buru-buru mengemasi barang-barangnya dengan tanpa berpikir panjang. Aimee bergerak turun keluar dari apartemen.
Menghentikan ojek sembarangan. Lalu menaikinya dengan tergesa-gesa.
Aimme berucap sangat serius.
"Antar aku sampai kantor. Dan aku akan membayarmu dua kali lipat!" ucapnya seraya menunjukkan dua jari ke depan.
Mendengar kata uang double yang akan ojek itu terima, mata sang driver langsung bersinar cerah. Bergeming sejenak ketika Aimee mendadak langsung naik ke kursi belakang dan bicara tergesa-gesa.
Aimee menatap heran.
"Ada apa? Tidak ingin uang? Dan meminta saya untuk mencari ojek lain?"
Sang supir ojek motor menggeleng. Menyalakan mesin dan menancapkan gas.
"Meluncur segera. Dan pegangan, Nona! Karena saya akan berkendara dengan kecepatan maksimum!"
Motor ojek itu benar-benar melaju kencang dengan kecepatan tinggi. Mengabaikan sekeliling dan dengan lincah melewati semua jalanan umum yang harus mereka lewati agar sampai ke tujuan.
Aimee merasakan tubuhnya mual.
Menyesal berani memberikan tips lebih. Padahal service yang diberikan oleh sang driver sangat buruk namun cepat, sesuai yang Aimee butuhkan.
Aimme menyentuh kepalanya yang sedikit oleng.
Mengeluarkan dompet dengan enggan ketika dia sudah diturunkan tepat di depan kantornya.
"Terima ini. Dan mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya saya menumpang ojekmu!"
Mendapatkan uang lebih meski mendapatkan sindiran, Sang supir melesat pergi meninggalkan Aimee dengan senang hati. Mengacuhkan seluruh intonasi negatif yang Aimee tunjukkan hanya padanya dengan sangat jelas.
Kesialan beruntun terjadi lagi.
Sempat membaca sebuah ramalan zodiak dan nyaris percaya. Aimee tidak mengira bahwa dia akan se-sial ini!
Persis seperti apa yang diramalkan. Dan hal itu sangat menyebalkan.
Dalam ramalan zodiak Aimee hari ini.
Sang Pisces diminta untuk menghindari genangan air. Membawa payung padahal terik pagi sudah melukiskan bagaimana cuaca cerah hari ini akan berlangsung lama.
Mari abaikan semua lamaran cuaca yang menyuruh Aimee lebih baik berdiam diri di dalam kamar.
Mengabaikan semua kewajibannya sebagai karyawan dan mendekap dalam apartemennya tanpa berusaha mencari jalan keluar, jika Aimee ingin menghindari kesialan dan hidup tenang.
Akibat terburu-buru, Aimee tidak sengaja menabrak seseorang ketika dia akan berbalik dan berjalan masuk ke dalam gedung kantor.
Bruk!!
***