"Kau tahu? Betapa khawatirnya aku saat mendengar kecelakaan pesawat yang kau tumpangi saat itu? Aku hampir stres karena terus menerus memikirkan mu. Aku selalu menangisimu dan tidak bisa percaya begitu saja kalau berita di surat kabar itu adalah benar. Aku selalu berdoa kalau kau masih benar-benar hidup. Dan ternyata tuhan mendengarkan doa-doaku, kau tidak kenapa-kenapa dan aku bisa melihatmu lagi di sini. Tapi sekarang kau sudah bukan siapa-siapa lagi bagiku. Kau sudah menjadi milik orang lain, sahabatku. Orang yang akan menjadi pendamping hidupmu." Elise tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya. Kenyataannya ini begitu menyakitkan baginya.
"Dengarkan aku dulu Elise.. aku mohon.."
Elise menepis sebelah tangannya "Tidak ada yang perlu aku dengarkan lagi, Arsen. Maaf maksud ku Wisesa. Begitu bukan namamu sekarang? Semuanya sudah jelas.."
"Tidak, Elise. Banyak hal yang belum kau tahu tentang semua ini.." kata Arsen cepat.