Cia baru tau kalo kamarnya penuh dengan mawar dan sekarang berantakan banget. Gitu saip mandi dan memakai pyama dia langsung turun kebawah, gabung sama suaminya yang udah di meja makan.
"Rumah kita udah kaya kebun bunga di terjang badai, bertabur kelopak bunga," ucapnya gitu tiba di meja makan.
"Besok kamu bersihkan." Perintah Dhika.
"Lah, kok saya pulak? Yang berantakkin kan bapak. Saya nggak nyuruh ya?" Cia menenggak air putih, tenggrokkannya kering banget.
"Tapi kan saya lakukan itu buat kamu."
"Tapi, saya nggak nyuruh. Benahin sendiri, saya mah ogah." Tolak Cia. Enak aja di limpahin sama dia, bisa patah pinggang ngerjainnya sendiri.
Dhika menatap istrinya, "kamu suka tidak di sambut begitu?"
"Suka, tapi nggak juga saya yang beresin." Sewotnya. Dhika menghela napas pelan.
Akhirnya mereka makan dalam diam. Dhika terima naseb aja lah, habis ini bersihin sendiri bunga yang bertaburan di rumahnya, gini amat ternyata kalo kelewat bucin.
"Saya bawa sambal, buatan mama."