Dhika melepaskan ikatan rambut Cia, dengan geraian seperti ini istrinya seperti peri hutan yang cantik. Peri yang menjadi penerang di gelapnya malamnya.
"Syilla, tatap saya. Percayakan semuanya pada saya, dengan begitu kamu tenang."
Cia masih menggeleng, Dhika kembali berujar, "peluk saya sekuat tenagamu, lingkarkan tangamu di leher saya."
Cia melakukannya tapi belum mau buka mata, "Syilla, jangan membantah suami. Kamu sedang melakukan ibadah yang seharusnya di lakukan saat awal pernikahan."
Cia membuka mata sedikit demi sedikit, dia menatap mata Dhika yang menatapnya penuh keyakinan dan menawarkan rasa aman yang selama ini belum pernah dia rasakan.
"Kamu akan menjadi nyonya Sandjaya seutuhnya. Izinkan saya." Terdengar sedikit bergetar suaranya, mungkin suaminya juga merasakan hal yang sama seperti dirinya tapi berusaha menutupinya.