"Apa yang mereka katakan? Kamu tertekan? Saya sudah berusaha mengimbangi kamu agar pernikahan ini mengalir." Ada raut kecewa di wajah Dhika meski hanya sedikit yang Cia lihat.
"Jangan suudzon, belum juga saya jelasin. Gini ni bisa memicu pertengkaran yang nggak perlu." Sewot gadis itu dengan memanyunkan bibirnya.
"Baik, sekarang cerita." Dhika mengelus punggung tangan Cia.
"Jangan di elus, saya ngantuk kalau di gituin." Cia menarik tangannya. Dhika tersenyum simpul dan mengangguk.
Itu bukan alasan Cia, emang benar adanya begitu. Di elus-elus buat mata mau nutup aja.
"Jelaskan, saya dengar." Pinta Dhika dengan suara lembut tapi tegas.
"Tapi bapak janji jangan hukum teman-teman saya. Masa iya gara-gara saya mereka di hukum. NggK fair, hukum saya saja kalau emang menurut bapak saya salah."
"Menurutmu salah tidak bolos jam pelatihan?"
"Salah, tapi saya udah izin sama pak Ramlan dan di bolehin." Jelas gadis itu.
"Kenapa tidak izin sama saya?"
selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya :)