Sampai di rumah, seorang wanita berkisaran umur lima puluhan sebaya dengan Alberto. Namun jauh lebih tua dari wanita itu. Namanya Bibi Elisa. Pengurus rumah di keluarga Sanjaya.
Di keluarga Sanjaya semua pekerja pada sudah lanjut usia, karena pekerja tersebut dari usia muda hingga usia tua. Tidak dipungkiri jika rumah di bereskan semua dengan tangan yang sudah berpengalaman. Bahkan pemilik rumah ini juga perlakukan pekerja sangat royal dan baik juga.
Alberto sudah lama bekerja sebagai sopir pribadi di keluarga Sanjaya, sejak masa bujang hingga menemukan seorang pendamping hidupnya yaitu Elisa, walau sampai sekarang Alberto belum dikaruniai seorang anak.
Elisa adalah istri Alberto juga bekerja di rumah Sanjaya menjadi seorang ibu rumah tangga dan mengurus semuanya walau dia satu wanita yang paling senior. Masih ada mengurus pekerja di tempat lain, seperti Kebun buah, sayur, pertenakan, bahkan taman bunga yang selalu dipenuhi beranekaragam jenis bibit bunga di belakang rumah ini.
"Ya ampun, apa yang terjadi dengan Tuan Muda?" Elisa segera membantu memampang Alex dari rangkulan Alberto.
"Bantu bawa dia ke kamar dulu, nanti baru saya ceritakan," pinta Alberto pada Elisa.
Setelah Alex di baringkan ke tempat tidur, Elisa melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Mengangkat kaki Alex dan menyelimutinya. Alberto sampai meluruskan pinggangnya semakin kaku, setelah memampang anak itu dari mobil.
"Apa yang terjadi padanya?" Elisa bertanya pada Alberto.
"Kebanyakan makan makanan yang berat. Gara-gara Ibu Marika meminta dia segera bawakan wanita dia hamili," jawab Alberto dia keluar dari kamar Alex.
Elisa menyusul suaminya, dia tidak mengerti maksud dari jawaban suaminya tadi. "Maksud kamu?"
"Ibu Marika tiba-tiba mendadak pingsan saat setelah mendapatkan kabar dari seseorang mencari tau kegiatan yang di lakukan Alex selama ini. Apalagi lebih mengejutkan laporan Ibu Marika dapatkan sepuluh miliaran rupiah itu ketika dicairkan oleh seseorang tanpa memberi nama jelas, ketika di bank dengan cek atas nama Alex, satu bulan itu setelah informasi di dapatkan oleh Ibu Marika, dia pun meminta Alex segera bawa pulang wanita itu atau cucunya, jadi kamu tau kebiasaan anak itu jika mendapat tekanan pada ibunya sendiri?" terang Alberto menjelaskan kepada Elisa yang sebenarnya.
Elisa melihat di mana Alex terbaring tidak berdaya dengan keadaan lemas seperti itu. "Ya sudah, kamu istirahat, saya buatkan teh buat kamu dan juga Alex," ujar Elisa berlalu turun dari kamar Alex.
****
Rumah Sakit Aryatika Mediterania, seorang pria berpakaian biasa datang menghadap Marika. Marika baru saja menikmati makan malam dengan angkuh.
"Bagaimana, sudah kau cari tau siapa wanita itu?" tanya Marika, seolah tujuan pria itu mudah di tebak olehnya.
"Sudah, Nyonya," jawab pria itu, kemudian dia mengeluarkan sesuatu di balik jaket cokelatnya.
Marika meletakkan garpu dan sendok, lalu dilap sudut bibirnya dengan kain di depannya. Dia pun membuka sebuah amplop berwarna cokelat. Satu per satu foto itu pun terpampang jelas di mata Marika.
"Beberapa jam yang lalu, wanita itu sempat memeriksa kesehatan, dan dinyatakan benar. Wanita positif hamil dari Tuan Muda, Nyonya. Ada juga data diri dari wanita itu, wanita itu sudah tiga tahun menikah tapi belum dikaruniai seorang anak. Bahkan dari kasus dua bulan pekan yang lalu, wanita itu sempat meminta pertolongan pada seseorang untuk membayar hutang-hutang atas kesalahan suaminya pada pekerjaan tersebut," jelas pria itu pada Marika.
Marika menarik satu per satu lembaran foto, wajah wanita sangat ceria sekali. Setiap membeli sesuatu di pajak tradisional. "Lalu, siapa yang dia temui?"
"Bryan, Nyonya," jawabnya cepat.
Marika pun memasukkan kembali foto itu ke amplop cokelat. "Baiklah, pantau terus wanita itu, jika ada kabar baik dari wanita itu, segera laporkan kepada saya," pinta Marika pada suruhannya.
"Baik, Nyonya."
Setelah pria itu keluar dari kamar pasien. Marika sekali lagi membuka amplop itu. Dengan wajah iming-iming, dia tidak akan pernah lepas wanita yang sudah menjadi bagian keluarganya.
****
"Eung! Mana lagi, satu porsi tulang sumsum!" teriak Alex mengigau tidak kunjung usai.
Kemudian dia bangun karena kaget setelah dilihat bukan tulang sumsum tetapi wajah ibunya yang mengerikan. Elisa baru saja datang membawa sepiring bubur ayam dan juga teh hijau hangat.
"Ya ampun, Tuan. Mimpi buruk lagi?" Elisa meletakkan nampan itu di samping tempat tidurnya.
Alex bengong, dia sudah di kamar saja. Dilihat sekitar kamar, tidak ada wajah Ibu sihir itu. Elisa heran atas sikap putra majikannya itu.
"Ada apa, Tuan? Sedang mencari siapa?" Elisa bertanya pada Alex.
"Ibu sihir itu? Ke mana dia?" jawab Alex bergurau.
Elisa senyum-senyum setiap melihat putra majikannya sedang mimpi buruk. Pasti yang muncul wajah Ibu Marika. Entahlah kenapa Ibu dan anak satu ini sangat tidak bersahabat sekali.
"Bukannya Ibu Marika ada di rumah sakit? Beliau tiba-tiba jatuh sakit, Tuan tidak membesuk nya?" Elisa memberitahu kepada Alex, dan bertanya padanya juga.
Alex lega, dia mengira ibunya tiba-tiba pulang dengan roh penasaran. Ternyata masih di rumah sakit. "Sudah, sebelum ke ...."
Alex buru-buru turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Dia kembali mengeluarkan isi makanan di perut tersisa tadi. Elisa semakin khawatir akan keadaan Alex.
"Tuan! Tuan tidak apa-apa? Apa perlu saya panggilan dokter David?" Elisa berteriak, kalau sampai keadaan memburuk, bukan rumah ini saja menjadi korban bencana gempa bumi. Tapi semua penduduk.
"Tidak perlu, aku sudah ... Empphh!" Alex kembali menutup pintu dan keluarkan lagi sisa-sisa.
Elisa cemas, dia tetap menelepon David untuk datang ke rumah. Jangan sampai Ibu Negara tau keadaan putra kesayangannya itu.
Beberapa jam kemudian, David pun datang memeriksa keadaan Alex yang sudah lesu, lemas itu.
"Ini obat, sudah berapa kali aku kasih tau. Jangan overdosis dengan makanan berat itu? Kalau sampai kau ulangi lagi, aku pastikan bawa kau ke peti mati," ancam David setelah menyerahkan obat resep pada Alex.
David, dokter kepercayaan Sanjaya sekaligus sahabat baik Alex. "Obat kau ini tidak membunuh stamina ku, makin jatuh?" timpalnya pada David.
David terkekeh, lagi-lagi kata-kata menusuk. David tau betapa bencinya Alex pada obat yang selalu dia berikan untuk di minum.
"Jelas tidak dong, kalau pun aku berikan obat itu untuk stamina mu turun, tidak mungkin kau bisa hamilin seorang wanita dalam satu tembakan penuh," ujarnya kemudian.
Alex menajamkan membunuh terhadap David. "Maksud kau?"
"Sudahlah, Lex. Tidak perlu kau pura-pura tidak ingat. Sekarang wanita itu benar-benar hamil anak mu, sebentar lagi harta kekayaan dikeluarga Sanjaya akan jadi milikmu, selamat ya!" ucapnya kemudian, lalu berlalu pergi dari kamar Alex.
Alex menatap punggung David sudah menghilang. Masih penuh pertanyaan dari semua ucapan mereka. Ibunya, bahkan David sendiri. Dia benar-benar tidak ingat.
****
Up lagi. Ayo, baca. Hahaha...