Setelah salat isya Sofil hanya mondar-mandir kesana kemari sambil menatap ke rumahnya.
'Aku kangen Umi. Dasar kamu ini Fil, anak tidak sopan. Tapi kan UGD kalau masuk ke rumah. Ha ... bagaimana ini, di kamar mandi bau. Itukan tempat paling aman untuk sembunyi,' batinnya masih clingukan dan mengintip dari dalam Masjid.
"He, ayo ... sudah ditunggu," ujar Abahnya sambil mencubit lengannya.
"Enggeh Bah, au, geli Bah," keluhnya.
"Cepat jalan, kalau kamu berjalan di belakang Abah. Kamu pasti kabur lagi. Ayo cepat!" Abahnya mendorong pundaknya.
Dengan sangat terpaksa Sofil pun mengikuti titah Abahnya. Tangannya mulai berkeringat. Dia sangat gugup, dia melangkah masuk.
"Assalamualaikum," ucapnya dengan suara berat.