Waktu berlalu dan semua kembali normal. Setelah selesai mengantar Kiai, kini Barrak mulai tekun dia membaca kitab Fathul Muin. Setiaphari seperti itu sampai pas hari H.
Hari itu akhirnya tiba Barrak merasa sangat gugup saat akan maju dan para juri sudah menanti.
'Tangan dingin, keluar keringat rasanya kayak bertemu gadis impian. Barrak ... ayolah ... huh ... kamu putra Kiai, jangan lagi buat malu,' batinnya. Barrak pun melangkah maju dan mulai membaca kitab secara acak lalu mengartikan.
Dia sangat lancar saat membaca, lalu menerjemahkan, menjelaskan dan menjawab nahwu sorofnya, dengan benar, namun masih harus menunggu dua hari hasilnya.
"Alhamdulillah plong ...." gumamnya senyum sumringah. Matanya terbelalak, terbuka lebar saat melihat seorang nenek yang menyebrang saat keadaan sangat ramai.
Barrak melangkah panjang, berlari sekuat tenaga dia segera mendekap nenek itu berlari ke pinggir jalan.