Berat, tapi harus tetap di sampaikan. Itulah posisi Habib sekarang. Di meja makan, kami semua menikmati makan siang bersama, tapi entah bagaimana mendadak rasa makanan ini hambar. Padahal, jika Habib yang memasak sudah pasti enak.
Bahkan nasi di piring juga masih tersisa setengah, tapi perut sudah terasa kenyang. Tidak begitu dengan Azka, dia menikmati makan siangnya dengan lahap. Dia mengaku jika masakan pamannya sangat enak, karena dia tidak pernah merasakan masakan seorang lulusan sarjana tata boda sebelumnya.
"Kenapa bunda belum menelepon? Apa dia terlalu sibuk sampai lupa memberi kabar?" tanya Azka sambil mengunyah sosis dalam mulutnya.
Disitu aku sudah mati kutu, tidak tahu harus jawab apa. Padahla sejak tadi dia terus bertanya tentang ibunya yang sampai detik ini belum memberi kabar. Entah untuk keberapa kalinya dia bertanya, tapi aku sama sekali tidak bisa memberi jawaban.