Setelah sekitar 45 menit perjalanan, Jarvis dan Varsha tiba ditempat tujuan. Varsha agak heran kenapa mereka datang ke perusahaan ibunya, bukannya tadi Jarvis bilang Uncle Sam sudah menunggu di markas? Ini bukan markas yang biasa mereka datangi, pikirnya.
"Kau akan tahu begitu melihat kedalam." ucap Jarvis sambil membuka seatbelt nya, ia paham dengan tatapan bingung gadis itu.
Varsha tidak menjawab, pintu mobilnya dibukakan oleh seorang pria dengan setelan jas hitam lengkap dengan earphone ditelinga dan juga pistol. Varsha dapat melihatnya di balik punggung pria itu.
"Selamat datang Nona." ucap pria itu membungkuk hormat. Saat turun Varsha sudah disambut dengan barisan orang dikiri kanannya, mungkin sekitar 20 orang, pikirnya.
"Bagaimana perjalanan Anda Nona, saya harap Jarvis tidak membuat Anda kesulitan." kali ini Samuel yang menyambutnya dengan hangat,
Varsha tersenyum tipis, "Tidak ada masalah Uncle. Oh iya, tolong tutupi semua lubang yang ada dilorong rahasia ya Uncle."
"Baik Nona, saya akan segera menyuruh orang untuk memperbaikinya." jawab Samuel sopan, ia lalu melirik Jarvis yang berjalan tepat dibelakangnya.
"Tanganmu kenapa Jar?" tanya Samue saat melihat perban ditangan Jarvis,
"Kejepit pintu mobil." jawab Jarvis cepat, gak mungkin kan dia bilang kalau tangannya habis dipelintir si Nona Muda? Yang ada makin banyak pertanyaan yang harus dijawab nanti, dan ujung-ujungnya pasti dia yang salah. Memikirkan itu membuat Jarvis kesal sendiri.
"Lain kali lebih berhati-hatilah. Kau tidak boleh terluka agar bisa selalu melindungi Nona Muda." Samuel mengingatkan Jarvis akan tugas pemuda itu.
"Baik Ayah."
Varsha hanya diam, dia sedikit merasa bersalah dengan Jarvis. Padahal dia yang membuat pemuda itu terluka.
*******
"Uncle bagaimana Mommy menjalankan perusahaan selama ini?" Varsha baru saja menyeselaikan latihan menembaknya, dan hasilnya cukup memuaskan bagi Samuel.
Ternyata Samuel sudah menjadikan beberapa ruangan diperusahaan menjadi tempat latihan untuk Varsha, karna jaraknya yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal gadis itu, dibandingkan markas mereka sebelumnya yang membutuhkan waktu satu jam lebih.
Samuel tersenyum simpul, "Beliau akan mencari anak-anak jalanan yang memiliki bakat Nona."
Alis Varsha tertaut bingung. "Anak-anak jalanan? Kenapa bukan orang dengan pendidikan tinggi? Bukankah itu lebih bagus untuk perusahaan?"
"Benar Nona. Tapi karna perusahaan ini bergerak secara rahasia, beliau tidak mau mengambil resiko dengan membahayakan keluarga pegawai jika beliau merekrut orang-orang yang berpendidikan, karna mereka tentu memiliki keluarga. Hanya ada beberapa pegawai yang memiliki keluarga, dan beliau menjamin keamanan mereka dengan bantuan Tuan Besar." jelas Samuel, ia senang Nona Mudanya ingin mengetahui banyak hal.
Varsha mengangguk paham,
"Apa kita memiliki investor Uncle?"
"Apa Anda tau apa pentingnya investor bagi sebuah perusahaan?" tanya Samuel balik,
Varsha kembali mengangguk. Tentu saja dia tau seberapa pentingnya investor bagi perusahaan.
"Sejauh ini kita hanya memiliki tiga investor besar, Nona. Karna Nyonya Ainsley tidak pernah mau bertemu atau mencari investor yang ingin menanam saham diperusahaan ini." terang Samuel,
"Apa karna Mommy takut identitasnya sebagai anak kakek ketahuan?" tebak Varsha, yang dijawab dengan anggukan oleh samuel.
"Nyonya ingin hidup dengan tenang, tanpa hiruk pikuk media dan pebisnis lain. Ia menganggap hidupnya akan terus direcoki jika mereka mengetahui beliau merupakan putri tunggal Tuan Besar." Varsha masih penasaran dengan kehidupan Ibunya, karna yang ia tahu ibunya merupakan gadis desa yang dijodohkan dengan ayahnya.
Varsha mengerutkan dahi, ia semakin bingung. "Lalu kenapa Mommy bisa sampai ada perusahaan?"
"Itu merupakan syarat dari Tuan Besar, Nona. Beliau akan menuruti semua keinginan Nyonya Ainsley asalkan Nyona bersedia menangani perusahaan ini. Dengan alasan agar Nyonya tidak lupa dari mana beliau berasal." Samuel dengan sabar menjawab semua pertanyaan Nona Mudanya.
"Kalau begitu ketiga investor itu mengetahaui siapa Mommy?" tanya Varsha lagi.
"Tentu saja, karna mereka bukan orang lain."
"Maksudnya?" tanya Varsha yang semakin bingung.
"Tiga investor besar yang kita miliki tidak lain adalah, perusahaan Tuan Besar, perusahaan Nyonya Besar, dan perusahaan sepupu Nyonya Ainsley. Saya pikir Anda sudah bertemu dengannya kemarin." Samuel tersenyum geli, wajah Varsha terlihat menggemaskan sekarang, pikirnya.
"Sebagai guru private Anda mungkin?" pancing Samuel, mencoba untuk mengingatkan Varsha orang yang dimaksudnya.
Varsha membulatkan matanya, "Maksud Uncle pria menyebalkan kemarin pagi?"
"Wah... aku merasa sakit hati saat kau bilang aku orang yang menyebalkan." suara bariton seorang pria mengintrupsi percakapan Varsha dan Samuel.
"KAU? Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau tahu tempat ini?" Varsha masih tidak habis pikir, bagaimana pria menyebalkan ini mengetahui perusahaan Mommy nya.
James tertawa rendah, "Kau pikir aku akan berinvestasi dengan perusahaan yang tidak kuketahui dimana letaknya, litlle girl?" tanya James dengan nada menggoda. Varsha mendengus kesal, ia merasa bodoh dengan pertanyaannya tadi.
"Berhentilah mengganggu keponakanmu James." intrupsi seorang wanita, yang membuat James mengurungkan niatnya untuk kembali menggoda Varsha.
Varsha terpaku saat melihat wanita tua yang mirip dengan Ibunya, hanya saja beliau versi yang tuanya. Tapi masih terlihat sangat cantik berjalan dengan anggun kearahnya. Varsha bahkan tidak menyadari saat wanita itu sudah memeluknya hangat, mencurahkan rasa rindu yang selama ini terpendam.
"Maafkan aku, kau pasti kesulitan selama ini. Maafkan kami sayang." ucap wanita itu lirih,
Seolah mendapatkan kesadarannya kembali, Varsha mengurai pelukan mereka. Tapi wanita itu semakin mengeratkan pelukannya. Varsha menatap James, yang juga sedang menatapnya.
Seolah mengerti. James menggerakkan bibirnya, mengucapkan kata 'Grandma' tanpa suara.
"Grandma?" ucap Varsha terkejut, sebenarnya kata itu dituju untuk James. Tapi Veronica menganggap bahwa itu dituju untuknya.
"Iya sayang. I'm your Grandma! Grandma sudah disini, jangan mengkhawatirkan apapun dan pulanglah bersama Grandma, hm?" ucap Veronica lembut, ia menangkup pipi Varsha. Menatap lembut wajah cucunya yang tidak bisa ia lihat secara langsung selama duabelas tahun terakhir.
"Selamat datang Nyonya Besar, Tuan Muda James." ucap Samuel sopan, ia membungkuk hormat. James dan Veronica mengangguk kecil.
Varsha meraih tangan Veronica yang berada dipipinya, ia masih sedikit terpana dengan wajah Veronica yang sangat mirip dengan Ibunya.
'Jika kau masih hidup, apa kau akan mirip dengannya saat tua nanti Mom?' batin Varsha, ia tersenyum kecil. Membayangkan wajah keriput ibunya dengan rambut yang sudah memutih.
Rasa bersalah Varsha semakin besar, ia sudah berbicara kasar kepada orang yang sudah melahirkan Ibunya.
"Maaf soal perkataan saya tadi siang yang mungkin menyinggung perasaan Anda." Varsha menundukkan badannya.
Veronica menggeleng cepat, meraih tangan Varsha dan mengenggamnya kuat. "Tidak sayang, tidak. Seharusnya kami yang minta maaf karna tidak datang lebih cepat. Kau pasti kecewa dengan kami." ucap Veronica sedih,
"Tidak, kalian orang dewasa pasti memiliki alasan untuk itu." ujar Varsha tenang.
Setelah mendengar penuturan Samuel tentang bagaimana Ibunya tidak ingin terungkap sebagai putri dari keluarga besar, pasti mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan Ibunya.
Have some idea about my story? Comment it and let me know.
Have some idea about my story? Comment it and let me know.