Tải xuống ứng dụng
3.76% Metamorfosa Cinta / Chapter 11: Mulai Penyelidikan

Chương 11: Mulai Penyelidikan

Satu-satunya cara, aku harus ketiga orang itu. Dan yang pertama adalah yang paling tidak mungkin. Orang yang menelepon ambulance. Baiklah, aku tahu orang itu. Dia adalah sapah satu tetangga Namira.

Apa kalian menanyakan dari mana aku tahu banyak bahkan tentang Namira? Benar, aku memang sering main ke tempat tinggal Namira. Tentu saja tidaj sendiri. Aku membawa Jeje kalau tidak ya Jia biasanya.

"Selamat pagi, Pak Herman." Aku menyapa pria usia sekitar lima puluh tahunan itu.

"Selamat pagi juga. Silahkan masuk, Jae!"

Aku tersenyum tipis. Tak hanya ada Pak Herman saja, ternyata satu perempuan juga ada.

"Dia...?"

"Dia putriku, namanya Ririn."

Bukan itu yang ingin kukatakan. Tentu saja aku tahu jika perempuan itu adalah putri Pak Herman, istri dari Gilang. Aku tadi ingin berkata, dia yang juga ada di lokasi kejadian selain mereka.

"Aku hanya ingin kejujuran. Apa hubungan Utami, korban yang jatuh itu dengan Gilang, suamimu?"

Melihat letak apartemen mereka semua yang saling berdekatan, aku curiga mereka semua sebenarnya punya andil besar dalam kecelakaan kemarin. Mana mungkin Namira melenyapkan seseorang, seperti tuduhan semua orang. Namira ku itu berhati malaikat, sungguh. Pasti ada yang sengaja menjebaknya.

"Janda Kembang Namira itu yang telah membunuh sahabatku, kenapa suamiku yang Anda tuduh?"

Ah jadi begitu ya? Aku mengerti sekarang. Ku lirik jari tangan kirinya, ada perban.

"Luka kena pisau, heh?" Tanyaku pada Ririn.

"Ba-bagai... iya, ini kena pisau."

Baiklah, kini aku tau motif dan trik pelaku. Jika kemarin aku berterimakasih pada ibu, kini mungkin aku akan berterimakasih pada Namira.

Terkadang gosipan perempuan membantu juga.

Aku keluar dari apartemen Pak Herman. Kemudian berjalan pelan di lorong apartemen. Mencari keberadaan Gilang, atau dapat kusebut juga sebagai menantu Pak Herman, suami Ririn juga.

Biasanya lelaki berusia sekitar dua puluh lima tahunan itu sering memberi makan burung-burung peliharaannya yang tergantung di ujung balkon sana.

Lebih daripada apartemen, sebenarnya tempat ini lebih cocok disebut rumah susun.

Saat ini, insting detektifku--seperti salah satu karakter di novelku--lagi-lagi mengatakan, suami Ririn itulah pelakunya.

Aku pernah tak sengaja mendengar obrolan Utami, nama korban kekarin, dan Namira. Utami mengadu pada Namira kalau Gilang selalu 'mengganggu'nya padahal memiliki istri yang bernama Ririn.

Jika benar dugaanku maka dia lah benar si pelaku.

***

Seperti yang kuprekdisikan, Gilang sedang memberi makan burung-burung peliharaannya yang tergantung di atas balkon, ujung lorong apartemen ini.

Gilang hanya memakai celana selutut dan kaus hitam berlengan pendek. Kita sering bertemu karena dia adalah tetangga Namira. Juga adalah tetangga Utami, korban meninggal kemarin. Kami juga sering mengopi bersama, meski tidak terlalu akrab. Warga yang tinggal di sini memang baik-baik.

Baiklah, kalian boleh mengiraku terlalu sering ke sini. Sehingga aku bahkan mengenal semua tetangga Namira. Tak dapat kupungkiri, aku memang sering melakukan itu. Setiap akhir pekan selama dua tahun terakhir ini, aku berkunjung ke apartemen Namira bersama salah satu anakku.

Aku langsung mengajak Gilang ke atap gedung ini, tempat kejadian perkara juga. Mungkin jika di sana akan lebih leluasa berbicara. Kami tidak peduli meskipun masih ada garis polisi di sana.

"Jadi, kenapa kau memanggilku kesini, Jae?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Gilang. Lelaki berambut ikal itu menatapku tanpa ekspresi yang berdiri tepat di depan pagar pembatas di rooftop apartement.

Aku mengambil nafas sejenak, memasang wajah serius.

"Jadi kau menuduhku sebagai pelakunya?" tanya Gilang datar.

Bingo! Aku belum menuduhnya, tapi dia sudah tau aku akan mengatakan dia lah pelakunya.

Bodoh! Atau memang sengaja? Entahlah.

Aku mengangguk.

"Kau memanglah pelakunya, Gilang."

Dia memandangku dengan tatapan menantang. Perlahan, kedua tangannya terangkat hingga melipat di depan dada.

"Bagaimana bisa aku menjatuhkan Utami? Aku tidak berada di atap saat Utami jatuh. Lagipula, bukankah yang menjatuhkan Utami adalah Namira, janda yang kau taksir itu?"

Aku mengernyit. Sepertinya ada yang salah dengan perkataannya barusan.

Bersambung ...


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C11
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập