Tải xuống ứng dụng
2.07% Salju Di Korea / Chapter 5: Teman Tapi Mesra

Chương 5: Teman Tapi Mesra

Sabda masuk area gedung sekolah dengan motor kesayangannya dan menghentikannya di tempat parkir yang telah tersedia. Sebagai siswa baru pindahan dari sekolah lain ia belum banyak teman meskipun ia seorang yang terbuka dalam pergaulan.

"Hai sabda!" panggil lelaki tambun yang berada tidak jauh darinya.

"Ada tugas matematika udah ngerjain belum?" tanya lelaki gendut berkacamata tebal itu.

"Ya sudahlah, memang kenapa?" tanya sabda penasaran.

"Contekin dong!" Pinta Dodi lelaki gendut itu.

"Memang kamu ngapain aja di rumah sampai belum ngerjakan tugas?" tanya Sabda menyelidik.

"Males aja, habis susah sih." Jawab Dodi sambil berjalan beriringan dengan Sabda menuju ruang kelas.

Memang Dodi salah satu teman yang lebih dulu akrab dengan Sabda, hal itu wajar saja karena Sabda duduk satu bangku dengan dia.

Bel sekolah berbunyi. Semua siswa bergegas masuk kelas dan mencari tempat duduk masing-masing. Tidak lama Pak Handoko Guru Matematika membuka pintu dan mengucap salam.

"Selamat pagi anak-anak" sapa Pak Handoko

"Pagi" jawab semua siswa serempak.

"Ada yang tidak masuk hari ini?" tanya pak Handoko kemudian.

"Masuk semua pak" jawab Dodi mewakili teman-temannya.

"Kita awali pelajaran hari ini dengan membahas tugas yang saya berikan kemarin, ada yang belum mengerjakan tugas hari ini?" tanya pak Handoko kemudian.

Semua siswa terdiam sebagian cemas karena tugas yang belum beres, terlebih Pak Handoko terkenal Guru Kiler yang ditakuti semua siswa karena sikap tangan besinya yang suka menghukum siswa yang berulah tidak benar. Namun ada yang berbeda pada diri Dodi, dikala siswa yang lain tegang dan cemas mengikuti pelajaran matematika dia duduk menyandar pada kursi dengan mata terpejam dan mulut menganga keatas.

Sontak Pak Handoko mata melotot kearah Dodi dengan wajah geram. Sebuah penghapus terlontar dari tangan Pak Handoko. Dengan kecepatan tinggi penghapus itu melesat tepat pada sasarannya. Tepat pada dahi yang menengadah ke atas.

"Plakk!" suara keras penghapus menghantam sasarannya. Sontak Dodi terbangun dan menyadari bahwa dirinya telah tertidur dan rupanya sebatang penghapus telah membangunkannya dari mimpi pendeknya.

"Dodi! tau apa yang saya jelaskan didepan?" Tanya pak Handoko dengan muka marah.

"Iya Pak" jawab Dodi dengan nada gugup.

"Coba kamu jelaskan kepada teman-teman kamu di depan!" Baik Pak. Maka beranjaklah Dodi dari tempat duduknya menuju ke depan kelas untuk menjelaskan pelajaran matematika sebagaimana pinta Pak Handoko.

"Jadi untuk mengetahui luas segitiga sama sisi cukup mengalikan sisi-sisinya" Kata Dodi menjelaskan dengan singkat.

"Barangkali teman-teman ada yang mau melengkapi atau mengkoreksi? " lanjut Dodi dihadapan teman-temannya.

Tidak ada diantara teman-temannya yang memberikan tanggapan dari penjelasan Dodi, semua terdiam beberapa diantaranya saling pandang dan kemudian senyum kecil ketika melihat Dodi menjelaskan pelajaran dengan mulut gemetaran menahan rasa takut dari pak Handoko.

"Cukup! kamu boleh kembali duduk" kata Pak Handoko kepada Dodi. Dengan senyum lebar dan lega hati Dodi kembali ke tempat duduknya.

"Anak-anak perlu Bapak sampaikan kepada kalian semua bahwa Ujian akhir semester tidak lama lagi. Bapak berharap kalian bisa mempersiapkannya dengan baik. Belajarlah yang sungguh-sungguh tidak ada kesulitan dalam hidup ini kecuali kemalasan. Hidup ini keras maka gebuklah sebagaimana hidup ini lemah maka bentuklah" Nasehat Pak Handoko mengakhiri jam pelajarannya. Sejalan kemudian bel sekolah berbunyi tanda jam istirahat telah tiba.

Semua siswa berhamburan keluar kelas dengan tujuan masing masing. Ada yang ke kantin sekolah sekedar beli jajan sambil ngobrol ada yang ke kamar mandi buang hajat yang tertahan selama di kelas akibat stres dengan pelajaran. Ada yang ke perpustakaan untuk menyalurkan hasrat hobinya membaca.

Lain halnya dengan Syifa, ia justru tetap didalam kelas sambil menikmati bekal yang ia bawa dari rumah dengan ditemani oleh Dewi.

"Syifa! aku ke kamar mandi dulu buang hajat" kata Dewi kepada Syifa.

Tidak lama kemudian Sabda kembali ke ruang kelas setelah sebelumnya pergi ke kantin untuk beli minuman.

"Syifa kamu sendirian di kelas? tidak ngobrol sama teman-teman di luar?" tanya Sabda kepada Syifa.

"Tidak! aku lagi pengen sendiri." jawab Syifa.

"Apa kamu sakit?" Sabda kembali bertanya.

"Tidak! Hanya saja aku mencemaskan Ibuku. Sudah sebulan lebih Beliau tidak kirim kabar ke rumah, Aku telpon balik tidak bisa." jawab Syifa menjelaskan.

"Memangnya Ibu kamu kerja di mana? " tanya Sabda kepada Syifa.

"Semenjak mendiang Ayah tidak ada ibu kerja di Arab saudi menjadi TKI lima tahun yang lalu dan tidak pernah pulang sekalipun sementara saya dititipkan kepada Kakek dan Nenek di kampung." Terang Syifa kepada Sabda.

"Kehidupanmu tak secantik rupamu" Gumam Sabda.

Bel masuk berbunyi, tanda jam istirahat telah habis. Sementara semua siswa bergegas menuju kelas masing-masing. Pak Agus Guru kimia pun segera masuk ke ruang kelas dengan buku di tangan.

Akan tetapi sebagian siswa masih tertuju pandangannya dengan kursi kosong di belakang tepatnya sebelah Sabda. ternyata kursi itu tempat duduk Dodi yang belum kembali dari jam istirahat siang tadi.

"Selamat siang anak-anak" ucap Pak Agus mengawali pelajarannya.

"Ada yang belum masuk?" kembali Pak Agus bertanya kepada semua siswa. Semua siswa terdiam hingga suara ketukan pintu memusatkan perhatian semua yang ada di kelas.

"Selamat siang Pak!" Ucap Dodi sambil membuka pintu kelas.

"Dari mana saja kamu baru kembali ke kelas?" tanya Pak Agus menginterogasi Dodi.

"Dari kamar mandi pak buang hajat" jawab Dodi.

"Kenapa tidak dari tadi kamu ke kamar mandi?" tanya Pak Agus.

"Tadi saya ke kantin beli bakso setengah dan saya kasih sambel satu porsi, eh maksudnya satu mangkok dan ibu kantin tahu. Terang Dodi.

"Apakah ibu kantin memarahi kamu dan menghukum kamu?" Tanya Pak Agus kepada Dodi.

"Tidak Pak... Cuma Saya disuruh nyuci mangkoknya sekalian alat makan kotor yang lain. Dan ketika bel berbunyi Saya dimintanya berhenti untuk kembali ke kelas namun perut Saya sakit dan mengharuskan saya harus ke kamar mandi." Terang Dodi kepada Pak Agus.

"Baik sekarang kamu masuk dan kembali ke tempat duduk." Kata Pak Agus kepada Dodi.

Hari beranjak siang sementara pelajaran masih berlangsung, terdengar ketukan pintu kelas memecah konsentarasi belajar anak-anak di kelas.

"Selamat siang Pak, maaf mengganggu sebentar ada telepon dari rumah untuk Syifa yang mengharuskan dia pulang sekarang" Kata guru BP kepada Pak Agus.

"Baik Pak! Barangkali ada diantara kalian yang mau mengantar Syifa pulang ke rumah" Tanya Pak Agus kepada semua siswa di kelas.

Hampir semua siswa tunjuk jari menawarkan kesanggupannya. Namun lain halnya dengan Sabda dia hanya duduk diam dan memperhatikan pada setiap kejadian di kelas.

"Bagus! jiwa solidaritas kalian memang hebat. Atau jangan-jangan kalian hanya mau cari untung" kata Pak Agus dihadapan semua kelas.

"Bagaimana dengan kamu Sabda, kenapa Kamu diam saja?" tanya Pak Agus kepada Sabda.

"Jika semua siswa mengantar Syifa siapa yang belajar di kelas Pak? " Jawab Sabda berlogika.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C5
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập