Aku adalah mahasiswi awal semester 5 dan aku masih single alias tidak memiliki kekasih. Lebih tepatnya tidak ingin. Itu adalah hal yang menyusahkan menurutku. Saat ini yang ada dalam otak dan pikiran ku hanya buku dan pelajaran, ponsel saja aku abaikan. Aku lebih akrab dengan buku dan laptop ku. Ohiya, perkenalkan nama ku Naya Aulia. Perempuan berkacamata yang memiliki rambut pendek berwarna coklat alami. Aku sangat menyukai buku. Cita-cita ku adalah menjadi penulis novel terkenal. Tempat favorit ku adalah perpustakaan dan tempat-tempat yang sepi, aku tidak suka keramaian. Teman setia ku tentu saja buku ohiya ada satu lagi headset. Aku tidak bisa menjalani hari tanpa mereka berdua. Tentu saja aku mempunyai teman yang nyata keberadaannya, tiga perempuan yang sudah tau bagaimana diri ku yang sebenarnya. Bukan, aku bukan perempuan yang bermuka dua. Sama sekali bukan. Aku hanya seorang yang pemilih, aku akan bersikap apa adanya ketika bersama dengan seseorang yang sudah lama mengenal ku, pun sebaliknya. Aku akan menjaga jarak dengan mereka yang baru mengenal ku. Bukannya bagaimana. Aku sebenarnya tipe seseorang yang blak-blakan, tidak bisa menjaga sikap dan cenderung berkata kasar. Beda sekali dengan ketika aku bertemu dengan seseorang yang baru, aku akan lebih sering mengeluarkan sisi ku yang cuek dan pendiam.
di grup WhatsApp dengan nama "Sumber Dosa" yang beranggotakan Naya, Juli, Tyas dan Mili.
Juli: "Tugas udah selesai?"
Naya: "Dikit lagi"
Mili: "Kenapa diingetin sih"
Tyas: "Kalo gak diingetin lu gak bakal ngerjain"
Naya: "Tyas kalo ngomong suka bener ya"
Mili: "Bener-bener ya lu pada"
just for information, kami semua sedang berada di kantin.
Naya: "Mil, mau langsung pulang atau nunggu pacar lu dulu?"
aku dan Mili memang sering pulang paling akhir karena Mili menunggu sang kekasih untuk menjemput, bayangkan rumah kekasihnya berada di Tanggerang dan kami berkuliah di daerah Jakarta Barat, rumah Mili pun tidak jauh dari sini. Memang cinta bisa membuat seseorang menjadi buta. Dan aku lah yang selalu di jadikan teman menunggunya Mili. Tidak menolak juga, aku juga sering bosan di rumah jadi aku selalu mengiyakan ajakan Mili.
Mili: "Nungguin pacar donggg"
Tyas: "Dasar budak cinta"
Juli: "Ngaca dong haha yang setiap hari berduaan di kampus tuh siapa ya"
Yaa benar, Tyas ini sudah punya kekasih yang sialnya satu kampus. Budak cinta yang melewati batas. Kemana pun Tyas pergi ia akan diikuti oleh kekasihnya. Aku juga kenal dengan kekasihnya, karena memang kami semua sekelas.
Tyas: "Oh iyaa yaa hahaha"
Tyas ini memang perempuan yang paling lemot diantara kami.
Naya: "Dasar lemot"
Juli: "Gue mau cerita deh, gue kemaren abis ketemuan sama cowok dari tinder"
Jujur, walaupun aku tidak pernah menggunakan aplikasi itu namun aku tau bahwa itu adalah aplikasi pencari jodoh.
Naya: "Gila yaa, ga takut di culik apa"
Tyas: "Cowoknya naik apa?"
Tyas bener-bener deh.
Juli: "Mobil"
Mili: "Boleh tuh"
Naya: "Gila lu pada, kalo Juli ilang gua ga ikut-ikutan yaa"
Juli: " Lebay"
Naya: "Siapa tau kan"
Mili: "Nay coba lu download juga siapa tau ketemu jodoh haha"
Naya: "Gak dehh"
Tyas: "Jangan pura-pura ntar juga pas di rumah di download"
Benar. Semua perkataan Tyas benar adanya. Sesampainya di rumah aku langsung mendownload aplikasi itu, namun belum ada sehari sudah aku hapus karena.. semua manusianya tidak sesuai selera ku. Bukan selera ku yang ketinggian namun sejak aku sering membaca cerita tentang lelaki Korea dan sering menonton drama Korea aku jadi ingin mempunyai kekasih orang Korea. Bodoh memang, aku mengakui itu. Sejak itu aku jadi membayangkan bagaimana jika aku mempunyai kekasih yang tinggal di Korea? apa cara pacaran kami akan sama dengan yang ada di drama-drama itu? Ini adalah pertanyaan yang paling bodoh yang pernah aku tanyakan. Sumpah.