"Nin...kamu ingat jaksa Ronald?"
"Iya!" Jaksa Ronald, orang yang sama memberikan vonis untuk Nindy dan Ratna. Jenis tuduhan yang sama, hukumannya berbeda.
"Ternyata dia tinggal satu komplek dengan kita!"
"Terus!"
"Tadi siang dia di tangkap!"
"Haa...! Kasus apa?"
"Dia terlibat protitusi online!"
"Memalukan!"
"Iya...mengerikan?"
"Bukankah dia naksir kamu?"
"Ngawur aja!"
"Hehehe!"
"Apa maksud tertawamu itu?"
"Bukan soal ujian!"
"Nindy!"
"Iya! Aku nyumpahin dia, kok!"
"Pria bejat kayak dia itu, memang...harus berakhir begitu!" Nindy tersenyum jahat.
Ratna jadi takut.
"Nindy...apa dia jadi targetmu juga!" kata Ratna sambil menyeruput susu milik Nindy di meja nakas.
"Lho...kok gitu...aku kaya bukan protitusi online!"
"Uhuk...uhuk!" Ratna terbatuk. Seteguk susu yang baru di minum Ratna disemprotkan ke jumsuit kuning milik Nindy.
"Ratna... kamu merusak baju baruku!" Nindy mengambil tisu membersihkan bajunya. Ratna tergelak.
"Jumsuit itu tidak cocok denganmu!"
"Haa... munafik! Tadi kamu bilang aku manis dengan baju ini!" Nindy mengomel.
"Hahaha...itu Benar! Tetapi sebelum bau susu tak sedap itu!"
"Kamu harus menggantinya dengan yang baru!"
"Gampang, kasih aja alamat nama aplikasinya ku pesankan lima sekaligus!"
"Hah...kamu harus memesannya ke Taiwan!"
'Lho kok ke Taiwan, sih? Katamu toko online...!" Ratna protes.
"Ya...Toko online di Taiwan!"
"Hah! Kekurangan akal kamu! Ngapain beli toko online luar negeri...dalam negeri juga ada jual itu!" Ratna tidak bisa berbahasa Taiwan.
Nindy kursus bahasa Taiwan dan Korea.
"Hehehe...kamu ngga boleh bohong ya... kamu belikan aku.., lima baju... kayak gini! aku pesan sekarang!" Nindy mengetik lincah di ponselnya.
"Dasar otak pemeras!" Ratna menyumpah, ketika melihat berapa angka yang harus dia keluarkan. Dia termakan ucapannya sendiri. Jumsuit Bruce Lee itu tidak murah. Ratna harus membayar 17 juta untuk 5 potong baju.
"Mana yang lebih mahal harga baju ini atau... sekali semburan susu itu!" Nindy melirik ke dada Ratna dengan senyum nakal.
Otak Ratna bekerja miring.
"Jorok!"
"Apanya yang jorok! Susu itu suci, manis, enak!"
"Huh sudah. Kamu jorok!"
"Hahaha! Kamu layak jual!"
"Kurang ajar!" Ratna memukul Nindy dengan bantal. Nindy lari ke lemari wardrobe, ganti baju dengan piyama. Ratna memperhatikan tubuh Nindy yang semakin tipis. Lama-lama badan Nindy bisa setipis triplek. Dia terobsesi membuat tubuhnya seperti para model. Nindy menghabiskan waktunya dengan latihan yoga, berenang dan bela diri Judo.
Ratna sebenarnya iri juga dengan semangat Nindy membentuk tubuhnya. Sekarang Ratna jadi gemuk karena kurang aktivitas.
"Aku heran...kenapa Jaksa Ronal bisa terjebak portitusi online, ya? Kan dia bisa dapat tanpa harus begituan?" Nindy mengikat rambutnya dengan gelang karet. Begitu saja, Nindy sudah cantik. Frans tidak dapat melihat mutiara dari laut, Dia sudah dibutakan cintanya ke Evie Melody.
"Hmm! Aku pikir karena dia serakah dan rakus!"
Ratna mengangkat bag paper ke atas kasur.
"Eh...apa itu?" tanya Nindy. Ratna datang membawa bag paper.
"Ini...ini harus kau baca!"
"Kenapa aku harus baca itu!" Nindy duduk bersila di kasur. Dia jadi tidak bisa tidur gara-gara di ganggu Ratna.
"Ini penting nih! Dokumen tentang jaksa Ronald! Dia banyak catatan berbahaya dan kaya raya!"
"Haa...ternyata kamu menyelidikinya! Tadi menuduh aku menjebaknya!"
"Hmm...aku menyelidikinya...tetapi dia tertangkap bukan karena aku. Itu karena rakus! Aku menyekidi
dia karena dia membuatku sakit hati..!"
"Sakit hati kenapa?Cintamu di tolak!"
"Sembarangan! Dengarkan dulu!" Ratna kesal. Tadi dia sudah kehilangan uang 17 juta.
"Iya...iya...maaf! aku dengarkan!"
"Jaksa Ronald punya hutang denganku. Dulu, sewaktu dia menangani kasus-ku... dia berjanji membantu-ku dengan bayaran 4 hektar tanah milikku di Jogja, nilainya sebanding 10 M. Dia berjanji vonis memberiku bebas. Dia memberiku keyakinan kalau aku hanya korban dalam kasus itu. Jadi ku pikir tidak masalah memberinya tanah itu daripada memberikan memberikan tubuhku setiap hari setelah bebas!" Ratna bercerita serasa ingin muntah ingat saat jaksa Ronald merayunya, meminta biaya ekstra.
"...Tapi karena aku tidak bersedia membayar dengan tubuhku, aku mendapatkan hadiah... satu tahun penjara!"
"Bajingan...manusia terkutuk!" Nindy menyumpah-nyumpah. Dia teringat Jaksa Ronald meminta bayaran 4 Milyar untuk kasusnya. Tapi dia tak mampu membayar sebanyak itu, hanya separuhnya, dia mendapat hadiah dari Jaksa Ronald, 4 tahun penjara.
"Haah...dia manusia terkutut. Dia lebih jahat dari penjahat kelas satu!" Ratna ikut menyumpah.
"Aku sempat ingin melaporkan jaksa Ronald atas kasus suap perkara. Tetapi...dia keburu di tangkap!" Ratna tak puas hati. Dendamnya tidak terbalas.
"Nindy...beneran bukan kamu yang menjebaknya?"
"Aihh...asal ngomong lu!"
"Siapa tahu aja, tuan Yudistira memberikan bonus tambahan menjebak jaksa Ronal!"
"Aku nggak ngerti ini! Masalah ini!", Nindy berkata jujur.
Dia memang tidak tahu kalau kasus yang menimpa jaksa Ronald tidak lain kerjaan tim tuan Yudistira Salman yang balas dendam. Jaksa Ronald termasuk dalang dalam jebakan kepada tuan Yudistira yang di tuduh kasus suap kepada pejabat negara untuk penjualan senjata api ilegal ke Indonesia.
***
Sekalipun serumah, Nindy dan Ratna jarang ketemu. Nindy sangat sibuk, dia sekarang membuka perusahaan baru. Saking sibuknya Nindy tidak tahu kalau Davita sudah bisa berjalan dan tumbuh gigi.
Kadang Ratna mikir, sebenarnya Nindy memang sudah mengikhlaskan Davita jadi anak Ratna atau karena dendam dengan Frans? Nindy seperti tidak peduli perkembangan Davita.
Ratna tidak ingin membahas itu. Ratna sudah sangat sayang dengan Davita. Apalagi bayi itu terdaftar sebagai anak Ratna tanpa suami.
Tidak masalah! Suatu saat Davita bakal tahu kalau dia lahir sebagai anak sah.
"Ratna... bagaimana kalau kita datang nonton sidang jaksa saat disidang!"
"Bagus! Ide yang bagus! Kita datang bertiga dengan Soraya, dia menuntut Soraya hukuman mati, untungnya hakim menjatuhkan hukuman seumur hidup!" Kata Ratna dengan wajah sedih. Dia teringat Soraya yang telah menjalani hukuman 10 tahun. Hampir saja Soraya menghabiskan sisa waktu berharganya di penjara.
"Bagaimana ya ekspresi dia saat melihat kita. Orang yang di vonis bersalah ternyata bebas...sidang dia jadi pesakitan!" Mata Ratna berbinar. Tak sabar menanti hari pembalasan tiba.
"Hmm...Aku tidak sabar menunggu Soraya bebas!" Nindy memeluk boneka Panda kesayangannya sejak kecil.
Hanya boneka tua ini tidak ikut terjual. Frans menjual semua rumah milik Nindy, termasuk rumah kecil di Komam, tempat boneka ini tinggal.
Boneka itu diselamatkan bi Isah, pembantunya Nindy, sebelum pembeli rumah itu pindah ke rumah itu.
Bi Isah kemudian mengirim boneka Panda itu ke penjara.
"Aku yakin... Jaksa Ronal bisa lolos dari tuduhan protitusi online itu, tetapi dengan berkas ini...akan berbeda...Jaksa Ronald akan mendapat hukuman yang berat!"
Kata Nindy dengan serius. Ternyata tidak sia-sia dia kuliah jurusan hukum.
"Benarkah... jadi berkas ini tidak sia-sia!" Ratna bersemangat.
Ratna kembali ke kamarnya. Nindi memfoto berkas-berkas itu merubahnya jadi PDF lalu mengirimnya ke Dyan Angkasa. Berkas ini akan menjadi materi tambahan untuk jaksa Ronald.
Keesokan harinya media dihebohkan oleh adanya temuan baru terhadap jaksa Ronald.
Pria itu pantas di hukum seberat-beratnya.