Tải xuống ứng dụng
57.14% Unknown Empire / Chapter 4: Dalam Bayang

Chương 4: Dalam Bayang

Raga, mengajak kami semua berkumpul di Taman Ilmu.

Aku, Susi, Sinta, dan Malik mengundang teman-teman setingkat kami.

Gatot, Jaelani, Widia, dan Yulia.

Kami duduk mengelilingi sebuah meja ditengah kami, yang diatasnya disajikan kue-kue manis dan minuman hangat.

"Hari ini, kejadian tadi adalah peluang untuk kita. Bukan masalah yang membuat kita takut dan ragu."

Raga memulai renungan malam ini setelah semua Santri yang diundang datang.

"Tantangan untuk kita. Kita akan belajar dari kejadian hari ini, dan mempersiapkan diri untuk esok hari."

Aku dan Raga sama-sama melihat sekeliling. Mereka semua menatap Raga dengan serius.

"Untuk itu, sesuai dengan kebijakan dan keputusan Ustadz Firman, aku ingin menjelaskan kembali apa yang sempat beliau 'Amanah'-kan kepada kita!"

Raga mulai berdiri dan menegaskan suaranya, tanpa mengeraskan volume suaranya.

"Susi, kau masih ingat apa yang Ustadz Firman katakan tadi siang?"

Susi mengangguk setelah Raga melihat kearahnya dan memberinya kesempatan bicara.

"Kami bertiga dipercaya untuk menyusun dan memegang Pendidikan di 'Taman Ilmu' ini. Itu intinya."

Mereka semua saling memandang kecuali Malik. Karena Malik juga salah satu Santri yang mendengarkan pesan Ustadz Firman.

"Aku tidak berada disana tadi."

Suara Malik mengejutkan teman-teman kami yang semakin terlihat meragukan Raga dan Susi. Mereka melihat Malik dengan tatapan heran.

"Kenapa melihatku seperti itu? Kalian bodoh atau cari masalah?"

Dengan gaya bicaranya yang seenaknya itu Malik membuat mereka gentar dan menunduk.

Terlepas dari sikap cuek dan seenaknya, Malik rasanya Hebat sekali. Entah kenapa ada sesuatu yang sedikit membuatku berubah pikiran terhadapnya.

"Hey, kau juga, kenapa melihatku seperti itu? Mau kuhajar?"

Eh? Ia bicara padaku ya... Aku tak sadar melototinya terus, hahaha.

Raga dan Susi menahan tawa melihat tingkah Malik. Mungkin juga ekspresiku ketika Malik mengejutkanku.

Sementara Gatot, Jaelani, Widia dan Yulia berbisik, berdiskusi.

Gatot : "Baiklah, kami beri kalian bertiga waktu tiga hari untuk membuktikan bagaimana kalian bisa membenahi kondisi ini tanpa Instruksi dari Ustadz Firman."

Aku, Raga, dan Susi saling memandang dengan raut heran : "Ini adalah keputusan Ustadz Firman yang disampaikan kepada kami. Jangankan kalian, kami sendiri nggak menyangka hal ini. Jadi kita tidak sedang berada dalam posisi menawar dan bernegosiasi."

Susi menyerobot bicara, sepertinya ia mulai tak sabar dengan keraguan teman-teman kami.

"Wajar bagi mereka meragukan kita karena kejadian tadi, Susi."

Aku sendiri ingin menengahi ini, dan membuktikan kepercayaan Ustadz Firman kepada kami : "Tapi kesempatan berikutnya kita akan membuktikan bahwa Amanah dari beliau tidak salah."

Raga dan Susi mengangguk, lalu menoleh kearah Gatot, Jaelani, Widia, dan Yulia.

"Memecah-belah manusia-manusia bodoh seperti kalian itu juga termasuk kemampuan Iblis, bukankah itu adalah prinsip dasarnya. Dasar bodoh."

Malik berdiri dan beranjak meninggalkan ruangan, meninggalkan kami dengan menyisakan perasaan sakit dalam hati kami. Sebagian dari kami pasti tak bisa menerima ucapan menyakitkan barusan, tapi setelah ucapan Raga di rumah Santi tadi, memang tak salah apa yang dikatakan Malik barusan.

"Santri baru itu menjengkelkan sekali!"

"Ya! Bukan berarti karena ia pintar dan jago lalu bisa berkata dan bersikap seenaknya!"

Widia dan Yulia tersulut ucapan Malik.

"Jadi ini yang dimaksud Malik..."

Tak sengaja kalimat itu terucap dari lisanku, aneh sekali. Kenapa hal itu baru terbesit sekarang?

"Benar, Er, rupanya kita kecolongan disitu!"

Raga setuju denganku dan mengungkapkannya terang-terangan dihadapan teman-teman kami.

"Ah, sudahlah. Jangan bawa-bawa nama Iblis hanya karena ingin unggul dan diakui banyak orang."

Widia membawa wajah masam. Ia berdiri diikuti Yulia. Cewek-cewek itu beranjak dan berpaling meninggalkan ruang ini.

"Tak ada salahnya dengan pendapat itu, Raga. Tapi tetap saja kalian harus membuktikan bahwa kalian memiliki kapasitas untuk menjadi penerus di Kelurahan ini."

Jaelani menanggapi dengan sopan dan beranjak mengikuti kedua teman kami.

"Aku sependapat dengan Jaelani, tapi bagaimanapun aku sudah cukup lama dekat dengan kalian. Jika kalian membutuhkan bantuanku, katakan saja, aku akan berusaha semampuku."

Gatot menjabat tangan kami bertiga, setelah ia pergi, kami saling memandang.

Susi : "Nggak ada hasil yang baik dari pertemuan ini!"

Raga : "Semangat Susi! Kita memang harus bekerja keras sebagai langkah awal untuk menumbuhkan kepercayaan mereka kepada kita!"

Aku terdiam cukup lama walaupun sadar Raga dan Susi melihatku setelah luapan perasaan mereka.

Mereka menunggu dengan sabar tanggapanku, tapi aku masih diam, untuk merenung dan menanggapi sikap orang-orang terhadap kami dengan bijak.

Sebentar, sabar teman, aku harus berpikir dengan tenang.

"Tak masalah, kita tetap jalankan jadwal yang sudah kita susun tadi. Bahkan seandainya ada yang tak semangat, keberatan, atau bahkan menyanggah keputusan kita..."

"...Kita harus tetap pada pendirian dan tanggung-jawab kita."

Raga dan Susi terbelalak : "Akhirnya, kau kembali seperti biasa Er!"

Aku tak percaya Susi yang akan mengatakan hal itu padaku.

Namun itu malah membuatku senang, jadi setelah kejadian ini hubunganku dengan Susi lebih akrab, tak hanya Raga teman dekat yang bisa kuandalkan.

Raga : "Baiklah! Mulai besok kita akan keluar dalam 'Bayang' menuju 'Terang'!"

Kami meninggalkan 'Taman Ilmu' malam ini dan kembali pulang.

Susi mengambil jalan kearah berbeda dari kami. Walaupun sudah cukup larut tapi menurutku ia adalah Santriwati terkuat dan paling berani diantara cewek-cewek di Kelurahan kami. Jadi kami tak pernah khawatir meninggalkannya sendirian.

"Hei Er! Kita bangun tengah malam, mandi, belajar, lalu membaca Kitab Suci. Setelahnya aku akan berbagi teori dan praktik Tehnik Pengolahan Fisik!"

Raga merangkulku dan menumpukan beban tubuhnya padaku. Tubuhnya tak lebih tinggi dariku, tapi otot dan massa tubuhnya lebih berat dariku. Aku terpaksa menahan berat badannya sambil berjalan : "Boleh, ini pertama kalinya kita mencoba mempraktikkan ilmu dari Ustadz Firman dirumah tanpa didampingi olehnya."

Kepalaku masih memikirkan kejadian hari ini, kata-kata Malik, juga ucapan Raga.

"Kecolongan..."

Bibirku bergerak sendiri mengingat apa yang tadi diucapkan Raga : "Kecolongan apa Er?"

Raga bertanya kepadaku apa yang tadi sempat diucapkannya : "Bukannya kamu tadi bilang 'Kita Kecolongan' ketika kita diskusi bersama teman-teman?"

Raga menepuk dahinya layaknya seseorang yang baru mengingat suatu hal : "Benar!"

Kami berjalan menelusuri jalanan menuju komplek rumah Kelurahan kami yang dikelilingi lampu jalan berwarna Jingga.

"Iblis mengadu-domba kita, membuat teman-teman kita tak percaya. Serangan pertama mereka membuatku terlihat tak mampu mengatasinya, sehingga teman-teman kita meragukan kita."

Aku akhirnya menyadari point itu dan segera menyampaikannya pada Raga.

Raga melepaskan tangannya yang merangkul pundakku : "Benar sekali! Dengan kejadian itu Amanah yang diberikan Ustadz Firman kepada kita diragukan dan kita kesulitan untuk menjalankannya karena kurangnya kepercayaan teman-teman terhadap kemampuan kita."

Aku mengangguk : "Ya, Iblis tidak akan berhenti sampai disitu, aku yakin kita tak akan bisa menyelesaikan Amanah ini dengan tenang dan baik jika mengandalkan otak atau otot kita saja."

Setelah ucapanku barusan aku melihat wajah Raga menjadi lebih cerah dan tubuhnya semakin enerjik : "Baiklah Er! Berarti kita memang harus terus Berkembang dan tak berhenti sedikitpun 'kan?!"

Benar, jadi inilah alasan kenapa Ustadz Firman mempercayakannya pada kami.

Raga sewaktu-waktu bisa dengan mudah meningkatkan kepercayaan diriku saat aku membutuhkannya : "Ya!"

Malam ini, Dalam Bayang, aku dan Raga akan membuktikan bahwa Kepercayaan Ustadz Firman tak akan sia-sia!


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C4
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập