Setelah kejadian kemarin yang membuat Fatih dan Yola shok bukan main, kini mereka melanjutkan aktifitas kampusnya dengan pengawalan ketat dari Martin, tentu saja tidak ada yang mengetahui itu karena Martin menempatkan orang-orangnya di sekitar Yola dan Fatih tanpa diketahui siapapun termasuk Fatih dan Yola sendiri.
"Yola, tetap waspada dan berhati-hatilah." Ucap Fatih saat meninggalkan Yola di depan ruang kelasnya.
"Baik, kamu juga." Balas Yola dan Fatih mengangguk, lalu melambaikan tangan pada Yola yang sedang berdiri di depan kelas memperhatikan Fatih yang makin menjauh.
"Yol! Kamu di cari sama Mr. Martin. Suruh keruangannya sekarang." Ucap Katy pada Yola yang hanya terbengong.
"Aku?" Kata Yola sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu, masa aku sih." Sahut Katy.
"Oke." Ucap Yola, lalu kembali melangkah menuju ke ruang dosen, dan Martin mempunyai ruangan khusus untuk hal itu.
TOK
TOK
TOK
"Masuk." Suara Bariton tegas mengema dari dalam ruangan, mendengar suaranya saja Yola sudah gemetaran, apa lagi menatap orangnya, namun Ia yakin jika Mr. Martin tidak lah jahat sama yang seperti di katakan oleh Abdul, nyatanya oun Martin mau menolong dirinya dan Fatih saat mereka kesusahan.
Yola masuk perlahan ke dalam ruangan Martin, seseok pria tinggi besarsedang berdiri membelakangi meja kerjanya dengan tatapan lurus keluar jendela besar yang ada dihadapannya kini.
"Mr. memanggil saya?" Tanya Yola pelan.
"Hm, duduk." Ucap Martin dingin.
"Terimakasih." Yola duduk di sofa ruang kerja Martin yang cukup luas itu.
"Kalian masih sangat muda untuk kuliah disini, dan juga jauh dari orang tua." Kata Martin mengawali pembicaraan mereka.
Jangan dikira Martin baik-baik saja saat berbicara dengan Yola, dadanya berdebar kencang saat menatap mata bening milik Yola, namun sebagai orang dewasa yang berpengalaman dan juga seorang pemimpin perusahaan sudah kemahirannya untuk menampilkan ekspresi yang ia inginkan.
Perlahan Martin melangkah lalu duduk di sofa single berhadapan langsung dengan Yola. Martin menatap Yola yang masih menunduk dengan tatapan yang meneduhkan bagi siapa yang melihat, bahkan ini adalah Martin yang berbeda, bukan Martin yang mempunyai tatapan tajam bak elang namun Martin yang berhati lembut dan penuh cinta.
"Kamu tahu, masalah yang menyangkut kalian bukan masalah kecil atau masalah biasa yang bisa kalian hadapi, pada usia remaja saat ini, walau pada kenyataannya kamu sudah menikah." Ucap Martin, dan Yola masih tetap diam, karena belum tahu arah pembicaraan mereka akan berarah kemana.
"Yola, aku ada penawaran untuk kalian, agar kalian mendapat perlinadungan tidak hanya dari anak buahku, tapi dari negara ini." Sampai disini Yola baru mendongak dan matanya bertemu dengan Mata elang Martin yang sedang menatapnya dengan bertopang satu tangan kirinya.
"Penawaran seperti apa?" Tanya Yola pada Martin.
"Kalian masuk ke tim inteligen internasional, dengan begitu setiap tindakan apapun yang kalian lakukan terhadap anak buah Zeklyn itu tidak akan berakibat hukum padamu, tetapi justru akan membantumu mendapatkan kedudukan. Namun jika tidak bergabung dengan tim inteligen negara ini, maka kalian akan berbenturan dengan hukum dinegara ini jika peristiwa seperti semalam terjadi lagi." Kata Martin membuat Yola berpikir keras.
"Saya akan membicarakan ini dengan Fatih."
"Baik, aku tunggu kalian di rumah setelah makan malam."
"Baik, Mr."
"Oke, kamu bisa melanjutkan perkuliahanmu."
"Baik, Mr. Terimakasih."
"Yola, aku ada satu penawaran lagi untukmu."
"Apa?"
"Menjadi asistenku." Jawab Martin, yang membuat Yola mengerutkan dahi, lalu mengangguk.
"Terimakasih atas tawaran anda, saya akan memikirkan keduanya." Balas Yola lalu beranjak berdiri untuk keluar dari ruangan Martin.
"Yola." Yola kembali berhenti berjalan saat mendengar Martin kembali memanggil namanya.
"Ya, mr."
"Hati-hati." Kata Martin, walau sebenarnya bukan kata itu yang ingin dia ucapkan tapi bibirnya seolah tak mampu berucap saat Ia mendengar suara Yola.
Yola menganggukan kepala lalu membuka pintu dan berjalan keluar ruangan Martin. Tatapan elang dari kedua mata Martin tak lepas dari sosok yang baru saja menghilang dari hadapannya. Sosok gadis kecil yang mampu mendobrak hatinya, walau Ia harus menelan pil pahit saat harus mengetahui bahwa Yola telah menikah dengan Abdul.
Tapi entah keyakinan dari mana dalam hatinya tumbuh sebuah rasa yang harus selalu melindungi Yola, walau Ia tahu Ia tak bisa memiliki Yola.
"Aku akan melindungi kalian berdua." Gumam Martin sambil berdiri dengan kedua tangan Ia masukkan kedalam saku celana kerjanya.
Fatih sedang sibuk membaca saat Yola tiba-tiba datang dari arah belakangnya lalu duduk di bangku tepat disamping Fatih duduk.
"Dari mana kamu, Yol? Aku cari di kelas kamu tapi kamunya ga ada." Kata Fatih sambil melirik Yola yang sedang menarik nafas panjang, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Fatih.
"kamu kenapa, Yol? Sakit? atau kenapa?" Tanya Fatih khawatir lalu menyentuh kening Yola untuk mengecek suhu tubuh saudaranya itu.
"Ga panas, kamu kenapa?" Tanya Fatih penasaran.
"Barusan aku dari ruangan Pak Martin, dan beliau memberi kita penawaran." Ucap yola sambil berbisik.
"Penawaran apa?" Tanya Fatih balas berbisik di dekat Yola.
"Kita bicarakan dirumah aja, aku takut ada yang mengetahui pembicaraan kita." Bisik Yola, lalu Fatih mengangguk dan merapikan buku-bukunya di atas meja.
"Ayo kita pulang." Ajak Fatih.
"Oke." Keduanya berjalan menyusuri koridor kampus yang ramai dengan mahasiswa yang sedang duduk-duduk di pinggir ruangan atau sekedar berbincang di sudut-sudut kelas.
"Memangnya penting banget ya, Yol?" Tanya Fatih penuh dengan rasa penasaran.
"Banget."
"Oke."
Sopir pribadi Fatih dan Yola memacu mobil mereka dengan kecepatan tinggi ketika memasuki jalanan yang agak sepi karena takut hal seperti kemarin akan terulang kembali.
"Kenapa buru-buru pak?" Kata Yola yang merasa tak nyaman dengan sopirnya yang sedang ngebut.
"Disini tempatnya sepi dan tidak ada CCTV, jadi kita harus melaju dengan cepat, karena saya tidak ingin kejadian seperti kemarin terulang kembali." Jawab sang sopir dengan terus berusaha mengendalikan mobilnya.
"Pak sopir benar Yol, sepertinya kita diikuti seseorang." Ucap Fatih yang menoleh ke belakang dan melihat beberapa motor mengikuti mereka dari belakang.
"Ya Allah, bagaimana ini."
"Kita tidak punya senjata kita tak mungkin bisa melawan," Ucap Fatih.
Sang sopir berusaha menghindari pesepeda motor yang melaju mendekati mereka, lalu menghindar ketika mereka sudah mulai dekat, hampir 15 menit mereka berkejar-kejaran, lalu tak lama sebuah mobil SUV datang dari arah belakang mereka dengan kecepatan tinggi dan menembaki seluruh pesepeda motor yang ingin mendekati mereka.
"Siapa yang menolong kita?" Tanya Pak sopir.
"Mr. Martin." Ucap Yola dan Fatih sambil saling bertatapan.
"Apa yang dikatakan Mr. Martin benar, kita dalam masalah besar."