Harley berdiri dari duduknya. Melangkah keluar dari ruangan khusus yang ada di markasnya. Ia terus berjalan santai sampai akhirnya tepat di depan pintu lift ia menghentikan langkahnya. Ia mengulurkan jari-jarinya di atas mesin kotak yang dirancang khusus untuk lift pribadinya.
Ting!
Pintu lift terbuka setelah memindai tangannya. Harley segera masuk.
"Selamat datang, Tuan," sapa sebuah suara tanpa rupa begitu Harley masuk ke dalam.
Itu tentu suara otomatis dari lift yang telah dirancang dengan begitu luar biasa untuk Harley. Ya ... ia punya lift sendiri untuk mengantarnya ke berbagai tempat yang ada di markasnya. Tidak hanya turun dan naik seperti lift biasa yang digunakan banyak orang melainkan juga bisa berjalan maju dan mundur, berjalan ke kanan kiri sesuai keinginan bagian mana Harley akan pergi. Luar biasa bukan?
Sementara semua anak buahnya tetaplah menggunakan lift yang sudah disediakan di markas tanpa menggunakan sandi atau sidik jari seperti milik Harley. Ia sengaja merancang lift sedemikian rupa agar memudahkannya pergi ke berbagai tempat di markasnya dan hanya sendiri bahkan Harry sebagai tangan kanannya tak pernah mendekat apalagi ingin menggunakan lift-nya. Cukup tau diri untuk tidak campur urusan pribadi tuannya.
"Ruang bawah tanah."
Tanpa menunggu lebih lama pintu segera menutup otomatis dan bergerak ke tempat yang diinginkan Harley.
Ting!
Pintu lift kembali terbuka.
"Semoga harimu menyenangkan, Tuan. Terimakasih telah menggunakan jasaku."
Harley tak menanggapi suara otomatis dari mesin kotak itu. Ia segera melangkah keluar dan lift itu juga tertutup otomatis setelah tubuh Harley keluar.
Beberapa anak buahnya yang bertugas dibagian ruang bawah tanah lantas memberi hormat untuk tuan besar mereka lalu kembali ke posisi semula setelah tuannya melewati mereka.
"Selamat datang, Tuan Harley," ucap pria bertubuh kekar dengan banyak tato ditubuhnya di samping meja tuannya.
Harley tak menyahut. Ia lantas duduk di kursi yang sudah menjadi kuasanya. Matanya auto fokus menatap pria di tengah ruangan temaram dengan tangan yang diikat disisi yang berbeda dengan wajahnya yang sudah babak belur sebab mendapatkan sedikit hukuman sebelumnya.
Harley membuka tutup botol anggurnya. Menuangkan sedikit isinya pada gelas kecil bening yang sudah tersedia lalu meneguknya. Kegiatan itu tak luput dari pandangan pria yang ada di tengah ruangan.
Harley mengarahkan pandangannya ke tengah ruangan. Benar saja, pria itu sedang melihat ke arahnya tepat seperti dugaannya.
"Kau ingin minum?" tawar Harley sembari memamerkan gelas kosongnya pada pria itu.
Pria itu tak menanggapi tetapi sorotan matanya masih fokus menatap pada Harley.
Harley kembali menuangkan isi anggurnya ke dalam gelas. Kali ini lebih banyak dari sebelumnya lalu berdiri dari duduknya. Melangkahkan kakinya mendekati pria yang masih saja menatap penuh padanya tanpa suara.
"Kalian keluarlah," perintahnya pada semua anak buahnya saat berada tepat di depan pria itu. Sontak semua anak buahnya segera keluar mendengar perintah tuan besar mereka.
Harley kembali menatap pria itu. Ia mengeluarkan smirk-nya melihat wajah babak belur pria itu.
"Sebenarnya ini bukan urusanku tapi kau bisa melihat sendiri wanita itu meminta tolong padaku malam itu," ujarnya dengan menatap penuh pada pria itu.
Pria itu memicing. Siapa sebenarnya pria di depannya ini? Kenapa dia seolah tahu tentang kejadian malam itu bersama dengan nona-nya?
Ah Harley lupa. Ia masih memakai topeng kulitnya.
Dengan santai ia lantas melepaskan topeng kulitnya agar pria di depannya mengenali siapa dia sebenarnya. Ia mengeluarkan senyum mengejek setelah berhasil melepaskan topengnya.
"Kau ingat bukan?" tanya Harley kemudian.
Pria itu masih tak menanggapi meski akhirnya ia tau siapa pria di depannya ini. Ya ... dia pria yang menolong nona-nya semalam.
"Dimana, Nona?"
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^