Koridor rumah sakit begitu sepi di malam hari. Hanya Vanessa yang masih berdiri pada sudut koridor. Berdiri di depan sebuah telepon umum dengan koin sebagai pembayarannya. Beberapa kali wanita itu mencoba memasukkan nomor telepon, namun tetap tak ada jawaban karena memang Melani sengaja mencabut sambungan telefon di kediamannya.
Vanessa merosot ke bawah, masih dengan memeluk gagang telefon yang berdenging panjang, wanita itu menangis sesunggukan.
[Bagaimana ini?] pikir Vanessa kalud, air matanya mengalir deras, hatinya sakit dan teluka, namun kecemasan akan keselamatan sang anaklah yang membuatnya kehilangan lebih banyak air mata.
Bagaimana dengan nasib Leonardo bila ayahnya tak bisa memberikan donor?
Vanessa berjalan lunglai menuju ke bilik UGD, Leonardo baru saja keluar dari ruang rotgen. Mungkin setelah ini mereka akan memutuskan tindakan apa yang akan dokter ambil untuk menyelamatkan nyawa anak itu.