Andini mengangkat pandangannya dan melihat Leo dan asisten pribadinya berjalan masuk ke kafe yang sama.
"Kebetulan yang tidak menguntungkan.' Dalam hati Andini.
Dia masih kesal karena Leo bersikap acuh kepadanya tadi. Padahal kemarin dia begitu terlihat perhatian kepadanya tapi kenapa tiba-tiba menjadi dingin kepadanya.
Andini tidak menyangka mereka sarapan di tempat ini juga.
Dhea melihat Andini sedang menatap pintu masuk kafe, dia berbalik. Dhea pun terkekeh, "Hehehe … kebetulan sekali, apa kita berjodoh sama bos itu." Seru Dhea.
Andini menggelengkan kepalanya.
"Kalau bukan kita mau meeting di sini, rasanya aku malas bertemu sama dia."
"Iya sih, tampangnya jutek dan dingin kayak musim dingin di Jepang tapi ganteng banget Mbak."
"Hus! Jangan sembarangan ngomong."
"Emang iya sih, coba lihat deh, dari sudut mana pun Leonard Maghara itu ganteng banget. Tinggi, badannya atletis, lehernya jenjang, tangannya aja panjang begitu. Dia sangat menonjol di mana pun dia berada."