Tải xuống ứng dụng
2.33% Moirai Valentine / Chapter 9: Awas Setan Lewat

Chương 9: Awas Setan Lewat

-Moirai Valentine-

--Kadang kala ada waktu di mana kau mengharapkan kesempatan itu datang sekali lagi, kembali pada titik pertama kali itu ditawarkan, karana pada dasarnya kau sedang ditinggalkan saat itu--

--Asrama Phoenix, 09.30 Pm—

Anak-anak dari asrama phoenix sedang sibuk belajar di kamar masing-masing. Semenjak pengunguman kelas tambahan tempo hari khusus untuk asrama mereka untuk menghadapi ujian akhir maka tidak ada lagi yang menyibukkan diri di luar asrama. Peraturan baru dibuat, para siswa di haruskan stand bye di tempat sejak pukul tujuh malam.

Hanya ada beberapa yang memilih belajar di ruang depan, berselunjur di atas karpet berbulu yang lembut dengan manentang beberapa buku yang tebalnya melebihi kitab.

Malam semakin larut, tidak ada dari mereka yang main-main tidak jelas. Ruang depan terkesan sunyi walaupun masih banyak nyawa yang menempatinya.

Gilang duduk di sebelah kursi Erlang. Sedangkan Bintang seperti biasa, tidur di manapun dan kapanpun.

Di ujung tangga bagian bawah beberapa siswa perempuan sedang berkumpul membentuk satu lingkaran, mereka bergumam dan tampak mencari sesuatu yang tidak terlihat.

Gilang yang sedari tadi mengamati mereka langsung mengangkat alisnya keheranan.

"Apa yang cewe-cewe lakukan?" guman Gilang.

Erlang mendongkrak, pandangannya beralih dari buku yang ia baca ke depan, alisnya ikut mengerut saat mengamati itu.

"Sella?"

Pria itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pelan menghampiri para gerombolan cewe itu.

"Ada apa ini?" tanya Erlang.

Mereka semua mendongkrak mengamati Erlang dan tersenyum kecil. Yang tidak berkepentingan langsung menyingkir dan mempersilahkan pangeran Phoenix itu untuk maju ke depan.

Ekor mata Erlang langsung menangkap sosok wanita cantik yang sedang menunduk menahan air mata yang hampir turun di pipinya. Rambut panjangnya terurai hampir menutupi wajah mulusnya sebagian.

'Sella Amzella.'

Gadis impiannya yang tidak bisa dia miliki..

"Erlang, itu.. err.. buku catatan biokimia milik Sella ketinggalan di kelas terakhir. Dia tidak bisa belajar tanpa itu." Adu sahabatnya sambil mengelus punggung temannya itu.

"Wah, kalo tertinggal di kelas tidak bisa diambil kecuali besok." Seru Gilang yang ikut menyusul temannya tadi.

Mereka semua mengangguk mengiyakan. Mau bagaimanapun peraturan-tetap peraturan.

"Tapi besok ada ujian biokimia."

"Trus lo berani gitu menyusup ke sekolah malam-malam begini hanya untuk mengambil sebuah buku, coba lo pikirkan tentang hantu-hantu yang bergentayangan dan juga penjaga sekolah yang akan memorgokimu!" Gilang memberitahu panjang kali lebar.

Hanya orang bodoh yang kapasitas otaknya di bawah standar yang mau ke sekolah malam-malam begini.

Karena di sana sudah tercipta cerita mistis yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bahwa jika ada yang datang ke sekolah malam hari maka dia akan dimakan oleh hantu penjaga kelas.

"Biar aku yang mengambilkan bukunya." Erlang menawarkan diri secara tiba-tiba.

Sella yang tadinya menunduk langsung mendongkrak menatap Erlang.

"Yah Lang!! jangan bercanda lo!!" teriak Gilang tidak percaya.

***

Sesampainya di sekolah Erlang langsung menuju kelas terakhir yang mereka ambil tadi siang sebelum pulang.

Langkahnya pelan, tapi detakan sepatunya masih bisa di dengar karna suasana yang teramat sunyi. Lorong-lorong panjang dan gelab menyambutnya bagai ucapan selamat datang.

Benar-benar tidak ada orang lain di tempat ini selain dia, eh salah. Maksudnya tidak ada manusia lain selain dirinya yang berdiri di tempat ini. kalo sejenis dedemit mungkin saja ada, banyak malahan.

Glukk..

Erlang menghela napas panjangnya. Pria itu menenangkan dirinya sendiri saat ketakutan tiba-tiba menyusup masuk ke dalam batinnya.

Damn it!!

Harusnya tadi dia setuju saja ditemani oleh Gilang ataupun Bintang dari pada sok berani di depan Sella.

Erlang kembali melangkah tanpa menoleh ke samping. Tatapannya lurus ke depan dengan bibir berkomat-kamit merapalkan doa penolak setan. Ia tidak memperdulikan saat suara decitan kecil dan sibakan dari gorden yang tertiup angin.

Sentar kecil ia pegang erat-erat. Seerat dirinya yang ingin kabur detik ini juga, sialan!!

'Lurus saja Erlang.. jangan pedulikan apapun, ambil buku Sella dan cepat kabur dari tempat mengerikan ini,' bisiknya pada diri sendiri.

Setelah lama menyusuri lorong mencekam itu, Erlang sampai di depan kelas yang dia tuju. Menurut Sella, di sana lah terakhir kali dia meninggalkan buku catatan biokimianya.

Erlangga menggigit bibir bawahnya kemudian memutar sebuah handle pintu.

Ceklak..

Pintunya terbuka dan menampakkan sebuah pemandangan yang lebih menyeramkan ketimbang di lorong tadi.

Erlang meneguk ludahnya dengan susah payah. Bayangan tentang flim horror yang baru dia tonton bersama Gilang dan Bintang tempo hari tiba-tiba langsung bermunculan di dalam kepalanya tanpa diminta.

Erlang mengeling dengan cepat, "Tidak ada hantu di dunia nyata Erlang, jangan jadi pengecut!" ucapnya pada diri sendiri.

Erlang melangkah cepat menuju tempat duduk Sella. Ia mengerahkan sentar kecilnya mencari-cari buku yang dimaksud oleh Sella. Tidak memerlukan waktu yang lama sampai dia menemukan buku itu tepat di kolong mejanya.

"Dapat.." bisiknya seraya mengangkat buku itu.

Srek ... srek ....

Degh…

Suara aneh mulai terdengar dari arah belakangnya. Erlang langsung mematung tiba-tiba. tubuhnya kaku dengan bulu kuduk yang ikut meremang.

'Siapa?' pikirnya dalam hati.

Srekk ... srekk ....

Suara itu semakin jelas dan semakin jelas lagi. Bahkan kini Erlang bisa mendengar derap langkah kaki tepat di belakangnya.

Hantu? Sudah pasti hantu, karna ia yakin tidak ada hawa manusia yang dirasakannya.

Glukk..

Erlang semakin ketakutan, sejuta rencana sudah terpikir di dalam benaknya untuk melarikan diri dari tempat itu, tapi sialnya kakinya mengkhianatinya.

Pluk..

Sebuah tangan kecil dan dingin menepuk pundaknya. Erlang mengintip sekilas, rautnya langsung berubah masam saat itu juga.

'Setan!! Sudah pasti di belakangnya itu setan!!'

Erlang menghela berat napasnya. Nasib apa yang dia ambil sampai kena sial berturut-turut. Belum selesai kasusnya tentang taruhan kencan kini ditambah lagi dengan kemunculan setan di belakangnya.

Kampret!! Apes bener nasibnya.

Tau gini dia banyakin ibadah sama sedekah biar nasibnya rada-rada baikan sedikit.

"A-A-Anu, tuan dan Nyonya hantu. Tolong jangan makan saya, daging saya pahit, tubuh saya banyak lemaknya dari pada dagingnya. Selain wajah saya yang tampan yang lainnya tidak ada kelebihannya. Saya juga masih jomblo, belum pernah berkencan sekalipun. Baru juga mau ini."

"Jika Tuan dan Nyonya setan mau melepasakn saya, maka saya akan balas budi dengan harga pantas, meskipun saya Cuma punya, rumah dua belas, tanah berhekter-hekter, kartu kredit tanpa limit, mobil sport tujuh dan pesawat jet pribadi. Saya sama sekali tidak pernah pamer, sungguh saya anak baik dan rajin menabung." Erlang menghentikan ucapannya beberapa detik. Terlihat ada respon dari setan di belakangnya. Tepukan di bahunya sudah menghilang.

Pria itu menghela lega, "A-anu terimaksih Tuan dan Nyonya hantu. Lain kali saya akan balas budi." Ucapnya kemudian berbalik dan mendapati syok terapi kedua.

"SETANNNNN!!"

"AHHHH!! SETAN!! MANA SETANNYA!! MANA!!"

Bersambung…


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
YAMARARA YAMARARA

Ayo tebak siapa setan yang dimaksud Erlang..

Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C9
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập