Sesampainya di camp pelatihan, Hades dilatih bersama 3.999 pemuda lainnya yang dirampas secara paksa dari orang tua mereka. Anak-anak malang itu harus menjalani kehidupan yang keras demi egoisme dan hasrat pemerintah untuk memenangkan perang.
Ternyata, kondisi di bumi tidak jauh berbeda dengan di istana langit. Semua makhluk akan merasa senang dan bangga bila mereka memenangkan pertandingan, persaingan bahkan jika itu adalah peperangan yang memakan korban jiwa.
Keinginan menjadi pemenang dan menjadi nomor satu selalu menjadi masalah dalam kehidupan di tiga alam. Kondisi ini mengingatkan Hades pada saudaranya yang selalu saja ingin lebih baik dari dirinya.
"Hei! Kau kenapa melamun saja? Apa sudah bosan hidup?"
Seorang pemuda dengan wajah bengis dan ucapan kasar melempar tanah kepada Hades sebagai bentuk sapaan kasar.
Hades menatapnya dengan tajam dan sedikit terkejut begitu melihat wajah anak itu agak mirip dengan Zeus, saudaranya yang sudah menjebak dirinya ke dalam kondisi menyedihkan ini.
Seketika dia memikirkan bisa aja anak ini memang salah satu anak haram Zeus mengingat dewa itu memiliki banyak kekasih dan anak di mana-mana.
"Apa kau bisu atau tuli? Kau tidak mendengar aku? Kau bahkan terlihat seperti sudah linglung sebelum melaksanakan peperangan," kata seorang pria lainnya yang berdiri di sebelah pemuda yang mirip Zeus itu.
Hades tidak tertarik dengan perkelahian anak muda. Dia sangat bosan kalau harus melawan manusia lemah dan mengucurkan darah mereka secara tidak sengaja. Dalam hal ini dia bertindak sangat hati-hati.
"Aku tidak mencari masalah," jawab Hades dengan malas hanya sekadar untuk menjawab anak-anak nakal itu.
"Kau sangat sombong, apa kau pikir kau bisa hidup sendiri di camp ini? Kau bisa mati sebelum berperang kalau kau tidak memiliki teman dan kekuatan. Apa kau tahu seperti apa itu peperangan?"
Pria yang tadi lagi-lagi bertanya seolah dia lebih baik dibandingkan siapa pun.
Hades tidak tahan untuk tidak menatapnya dan melihat matanya yang bulat sedang melotot, dagunya yang agak bulat karena lemak berlebihan di tubuhnya, begitu pula rambutnya yang bergelombang berwarna pirang terang. Sama sekali tidak menarik untuk dilihat, apalagi dengan ekspresi yang terlihat angkuh itu.
Berbeda dengan pria muda yang awal tadi. Walau tubuhnya tidak terlalu besar dan tinggi, dia masih enak dilihat. Mungkin Hades malah mengakui bahwa Zeus memang terlihat tampan. Apakah karena dia adalah adiknya sehingga ada sedikit diskriminasi perbandingan ketampanan manusia biasa dengan dewa atau setengah dewa?
"Dia benar-benar anak Zeus," gumam Hades dalam hatinya.
"Aku Heracles," ucap pemuda berwajah tampan itu sambil mengulurkan tangannya pada Hades.
Sedikit senyuman manis mengembang di kedua sudut bibirnya.
Hades menyambut baik perkenalan itu tanpa berdiri dan membiarkan lawan bicaranya duduk di sebelahnya.
"Aku Hades," jawab Hades tanpa menggunakan nama aslinya.
"Hades? Mana ada nama orang seperti itu? Apa kau pikir bahwa kau adalah dewa? Dewa kematian?"
Pemuda yang satunya lagi malah menyahut tanpa diminta.
Hades mengabaikan manusia lemah itu dan fokus pada Heracles yang di hadapannya. Dari hasil penelusuran dia akhirnya bisa mengetahui bagaimana anak itu lahir, kehilangan ibunya dan belum tahu siapa ayahnya.
"Zeus membuat banyak anak-anak menyedihkan seperti ini," pikirnya dalam hati.
"Kau! Kenapa diam saja?"
Pria yang tadi bertanya merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh Hades.
"Kalau aku dewa kematian, maka sebaiknya kau berhati-hati," ucap Hades dengan nada dingin dan terlihat sangat menakutkan. Auranya dingin dan tajam membuat hati anak itu berdecit sakit karena aura dingin itu.
"HAHAHAHA! Apa kau kira aku takut?"
Hades berdiri dan menyamakan tinggi mereka. Aslinya Hades lebih tinggi dari anak itu.
"Sebaiknya kau takut padaku," ujar Hades lalu pergi menjauh.
Heracles mengikutinya dan begitu pula manusia satunya lagi. Dia walau kasar sepertinya tidak bisa hidup sendiri. Baru beberapa hari dia sudah begitu bergantung dan selalu mengikuti Heracles ke mana pun dia pergi.
"Kau jangan pergi begitu saja, aku Johnny," teriak pria gendut itu lagi.
Hades tidak habis pikir kenapa ada manusia seperti itu. Sebenarnya, dia ingin kenalan atau ingin mencari musuh?
Perkenalan singkat itu akhirnya mempertemukan Hades dan Heracles. Tak butuh berapa lama mereka sudah akrab dan terlihat seperti manusia normal.
Hades semakin menyadari bahwa anak itu mungkin berbeda dengan adiknya. Walau belum bisa memutuskan untuk mempercayai siapa pun lagi di dunia ini.
"Menjaga kepercayaan pada diri sendiri adalah kunci agar tidak kecewa."
Begitulah motto Hades secara tidak langsung setelah dia mengalami begitu banyak kekejian dan pengkhianatan dalam hidupnya. Adiknya bahkan rela dan tega mengkhianati dia demi seorang perempuan dan kursi kepemimpinan. Kalau Hades dibuang ke dunia bawah, otomatis istana langit akan menjadi milik Zeus. Dia memang cerdik dan terlihat lebih bajik dibandingkan Hades yang terlihat apa adanya dan tidak banyak ambisi.
"Latihan kalian selesai dan besok akan latihan lagi!"
Pelatih mengumumkan waktu istirahat dan semua orang dengan senang hati kembali ke kemah mereka.
Selama latihan, Hades hanya menunjukkan kemampuan seperti layaknya manusia biasa.
Hades tidak berniat untuk menunjukkan segala kebolehannya karena akan memancing perhatian. Dia lebih senang membiarkan Heracles terlihat seperti manusia paling kuat dan berbakat di sana.
Dia benar-benar terlihat seperti Zeus dalam hal ini, senang dipuji dan dipuja, sementara Hades lebih suka bersembunyi dan tidak terlalu dikenal dengan cara yang demikian.
"Kenapa kau menyembunyikannya?" tanya Heracles penasaran. Dia duduk di sebelah Hades di dalam tenda mereka.
"Apa maksudmu?"
Hades meneguk air minum dengan suara yang terdengar jelas. Dia kehausan dan lelah selama pelatihan karena memiliki tubuh manusia walau sebenarnya bisa saja memakai kemampuannya untuk mempermudah hidup.
Akan tetapi, hal itu bisa menjadi bencana, maka dia lebih baik diam saja dan menjadi orang yang biasa saja.
"Jangan kau pikir bahwa aku tidak tahu kau memiliki kemampuan yang bagus. Selain itu kau sangat kuat. Aku tidak merasa bahwa kau manusia biasa. Sama seperti aku, kupikir kau salah satunya," ucap Heracles dengan jujur.
Dia sudah merasakan sentuhan yang berbeda sejak mereka bersalaman tangan pertama kalinya.
Hades membuang pandangannya ke arah hutan tempat biasa mereka berlatih.
"Apa baiknya menunjukkannya? Hanya jadi tontonan," ucapnya pelan.
Heracles mengangguk lalu tertawa terbahak-bahak. Dia merasa temannya ini sangat lucu dan unik. Dia belum pernah menemukan seseorang yang begitu tidak suka pamer. Begitu banyak manusia dan manusia setengah dewa yang suka pamer dan menunjukkan bahwa mereka berbeda.
"Jadi siapa ayahmu?" tanya Heracles penasaran.
"Haruskah kukatakan Titan? Atau Zeus?"
Heracles tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Hades yang dia anggap lucu. Dia tidak menduga bahwa Hades yang dingin memiliki kemampuan humor yang lumayan.
"Kau sangat lucu," kata Heracles.
"Hidupku memang lucu," jawab Hades terdengar pedih dan pahit.
Heracles merangkul Hades dan mengucapkan beberapa kata-kata penghiburan. Kemudian dia suka bercerita soal masa kecilnya dan ibunya yang begitu merindukan ayahnya walau dia belum tahu siapa ayahnya.
"Haruskah kukatakan bahwa ayahnya adalah bajingan itu?" monolog Hades dalam hatinya tanpa berniat melukai anak polos dan tidak berdosa itu.