"Jika benar ucapan ku nyata, seharusnya berfungsi untuk ku juga bukan. Kalau begitu, aku ingin hidup. Biarkan aku hidup!" Lirih Shena sembari melangkah cepat.
Tak ada siapa-siapa di sana. Biasanya Diah selalu di dapur, mungkin kali ini dia sibuk di depan, membantu Alena mempersiapkan segalanya. Di saat itu juga Shena sudah siap dengan apa yang ingin dia lakukan.
Shena melirik pisau yang tergeletak. Dia menelan salivanya kasar. Napas Shena bergemuruh tak beraturan.
"Maaf, aku tak bisa membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Aku akan melukai diriku sendiri sebagai gantinya!" Titah Shena lalu mengambil pisau itu.
Shena meluruskan satu tangannya yang di kepal kuat. Mengarahkan pisau itu di bagian pergelangan tangannya. "Apakah di sini?" Tanyanya, dia menggeser pisau itu lebih ke atas. "Apa di sini?" Jantung Shena semakin berdetak, kali ini tangan itu ikut menggigil.
Tok tok tok...