Shena yang terpaku larut dengan pandangannya ke arah Arga tak mampu untuk bergeming, hingga akhirnya mata Shena terfokus ke titik tangan Arga yang terdapat noda darah di sana.
Shena menarik kuat tangan lelaki itu lalu memandanginya dengan lekat. "Darah?" titahnya sembari memandangi Arga dengan tajam.
Arga yang sedari tadi membisu mulai sadar kembali. Dia menarik tangannya kuat hingga terlepas dari genggaman Shena, Arga mengusap tipis di titik darah yang mengering, agar segera menghilang.
"Kamu terluka?"
"Apa lo melihat pipi gue bengkak? Lutut gue memar? Dan bibir gue terluka?" pertanyaan cepat dari Arga membuat Shena gelagapan. "Haruskah gue bertanya sama lo! Apa lo terluka?" celetuknya kembali.
Shena tertunduk pilu. Sebenarnya untuk apa pertanyaan itu terlontar, sedangkan dialah yang amat menyedihkan di sana. Jawaban Arga jelas untuk dirinya. "Aku hanya ingin bertanya!" titah Shena pelan.
"Ini pekerjaan gue" jawab Arga.
"Pekerjaan apa yang menghasilkan darah?"