Tải xuống ứng dụng
4.31% 90 HARI MENCINTA / Chapter 15: SUGAR BABY

Chương 15: SUGAR BABY

Calista menatap Zalina sambil mengerutkan dahinya.

"Siapa, Mami?" tanyanya.

"Nadila."

"Nadila??"

"Kenapa, sayang?"

Calista menghela napas panjang, dia menatap Zalina dengan tatapan penuh keheranan. Dan, Zalina mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Calista.

"Ayam kampus? Itu yang kau pikirkan? Sayang, kita ini manusia biasa. Tidak berhak untuk menjadi hakim atas hidup orang lain. Apa kau pernah bertanya secara langsung padanya? Atau bicara dari hati ke hati? Mami lihat, Nadila itu sepertinya anak yang baik. Hanya saja, dia menyimpan cerita hidup yang kita tidak tau, kan?"

"Tapi, dia yang memgajari Elena masuk ke tempat hiburan malam, Mami. Sebelum mengenal Nadila mana pernah Elena masuk ke tempat hiburan malam?" kata Calista.

Zalina mengelus rambut putrinya itu, "Baik, mungkin Nadila sudah memberi pengaruh buruk. Tapi, kita tidak bisa menyalahkan siapapun atas peristiwa sedih yang menimpa kita atau keluarga kita."

Calista terdiam, Zalina memang bijaksana.

"Lebih baik kau masuk ke dalam, jaga Elena. Biar Mami yang menunggu Nadila di sini," kata Zalina. Calista mengangguk dan segera masuk ke kamar Elena. Saat ia masuk, Elena baru saja membuka matanya.

"Mami mana, Cal?" tanyanya lirih.

"Di luar, sedang menunggu Nadila."

Mendengar nama Nadila, dahi Elena berkerut.

"Nadila? Mami kenal dengan Nadila?"

"Semalam Mami sempat mencarimu ke apartemennya. Semua panik mendengar kau pergi dari rumah, Papi dan Mami mencari ke mana-mana. Semua temanmu dihubungi Mami, sampai Jimmy pun tidak tau kau di mana."

"Memang, Jimmy itu siapa sampai harus tau di mana aku?"

"Kekasihmu," ledek Calista sambil meleletkan lidahnya.

Tawa Elena meledak seketika, "Sembarangan saja, dia bukan kekasihku. Aku lebih mendambakan kekasih seperti..."

Tiba-tiba saja senyum Elena memudar. Calista langsung mengerutkan dahinya.

"Siapa? Kau rupanya memendam perasaan pada seseorang?"

"Tapi, dengan keadaanku sekarang, mana mungkin dia mau menerimaku."

"Aku mengenalnya?" tanya Calista.

"Ya. Kau mengenalnya Cal, tapi aku tidak tau dengan kondisiku sekarang apa dia bisa menerima. Selama ini aku hanya menunggunya mengatakan cinta padaku. Tapi, dia tidak pernah mengatakan. Apalagi sekarang. Pasti dia tidak akan memandangku lagi, aku hanya seorang gadis tanpa kesucian. Apa yang bisa aku banggakan dan aku persembahkan pada suamiku kelak?" ujar Elena dengan sedih.

Calista memeluk saudara kembarnya itu, "Silly! Kau ini cantik dan pintar, lihat lesung pipimu itu. Saat kau tersenyum, kau tampak jauh lebih cantik dari aku, El. Aku terkadang iri melihat lesung pipimu. Aku juga iri karena kadang kau lebih pintar dariku. Dulu, ketika kecil Miss Paula selalu memujimu karena kau jauh lebih cepat mengerjakan tugas. Aku tidak mau bersaing denganmu. Itulah mengapa aku tidak mau dekat denganmu," kata Calista.

"Jangan bohong anak nakal! Kau ini menggodaku," geram Elena.

Sejak kecil, mereka jarang bertengkar. Kalaupun mereka bertengkar, Elena yang sering kali memulai pertengkaran. Jadi, tidak ada ceritanya Calista yang iri hati.

"Kau ini memang cantik, Kak El. Kesucian bukanlah segalanya. Apalagi kau kehilangannya karena dirampas dengan paksa. Bukan karena kau yang sengaja melepaskan begitu saja. Kau masih gadis yang suci, Kak."

Kedua netra Elena berkaca-kaca. Ia memeluk Calista dengan erat, "Aku kaget kau bisa bicara seperti orang dewasa begini. Padahal dulu, kau itu cengeng dan penakut."

"Kau lebih menyebalkan, kak."

Tawa keduanya pun lepas, Elena dan Calista memang selalu begitu. Bertengkar kemudian akur kembali. Mereka saling sayang, meski kadang berbeda pendapat. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, tampak Zalina masuk bersama Nadila. Calista yang memang tidak terlalu menyukai Nadila hanya menatap Nadila namun, karena Zalina sudah memberi nasihat sebelumnya, sikap Calista sedikit bersahabat.

"Kau kenapa tidak mencariku?" tanya Nadila.

"Aku tidak enak selalu mengganggumu," jawab Elena.

Nadila membelai rambut Elena perlahan. Kemudian, ia berpaling dan menatap Zalina juga Calista.

"Tante, Calista, aku bukan orang baik. Setidaknya, itu yang bisa aku akui pada kalian. Tapi, demi Tuhan aku tidak pernah ingin menjahati Elena. Elena satu-satunya orang yang mau merangkul saat semua orang tidak peduli dan menganggap aku seperti sampah. Aku seorang sugar baby, Tante. Aku mempunyai hubungan dengan orang yang lebih tua dariku. Hanya itu yang aku bisa untuk membiayai kuliahku dan juga biaya berobat Ibuku di kampung," kata Nadila.

"Tapi, aku sering mendengar kalau kau juga sering ke kelab malam," celetuk Calista.

Nadila tersenyum, "Sugar Daddyku pemilik tempat hiburan di mana Jimmy bekerja, Cal. Jadi, ya aku memang sering menemaninya di sana. Tapi, tidak ada yang tau karena hubungan kami memang harus di rahasiakan," jawab Nadila.

"Mamamu sakit apa?" tanya Zalina.

"Stroke, Tante. Tapi, sekarang kondisi Mama sudah jauh lebih baik. Sugar Daddy ku nggak pernah menyentuhku untuk berhubungan intim, Tante. Ya, saya tau bagi sebagian orang mungkin Sugar Baby itu dianggap sebagai perempuan murahan. Bahkan banyak yang mengataiku dengan sebutan ayam kampus. Tapi, saya tidak keberatan dengan itu semua, Tante. Tidak semua orang tau kan kehidupan saya seperti apa. Yang penting saya tidak merugikan orang lain."

Zalina menghela napas panjang, ia merasa miris mendengar cerita Nadila. Ia teringat masa kecilnya dulu saat kehidupannya masih susah. Zalina bersyukur semua bisa berlalu tanpa harus ia melakukan hal yang negatif di mata orang lain.

"Aku minta maaf, Nadila. Jujur, aku takut jika sampai kakakku terjerumus dalam pergaulan yang salah."

"Aku sudah maklum, Cal. Sudah biasa kok jika ada yang memandangku sebelah mata."

Calista mengulurkan tangannya pada Nadila yang langsung di sambut dengan hangat. Tiba-tiba Zalina menepuk dahinya, seolah menyadari sesuatu yang ia lupakan.

"Kak, Mami melupakan Dominic Kakakmu. Bisa kau jenguk Dominic? Tapi, jangan katakan apa-apa dulu soal Elena. Jika ia bertanya katakan saja Mami sedang sedikit sibuk. Tolong juga kau mampir ke rumah Daddy-mu. Beri kabar pada Mami Mey, ya. Supaya ia tidak khawatir," kata Zalina.

"Baik, Mami." Calista pun segera bergegas pergi untuk menjenguk Dominic dan juga memberi kabar pada Liemey.

**

"Tumben ya, Mami belum ke sini. Padahal kemarin katanya mau datang lagi," gumam Dominic. Dody yang baru saja datang menjenguk Dominic hanya tertawa kecil.

"Dasar anak Mami. Tu, liat adik lo datang," celetuk Dody saat melihat Calista datang.

"Mami mana, dek?" tanya Dominic.

"Mami ada pekerjaan, bawel amat sih kamu, kak. Kaya sakit parah aja minta ditengok sama Mami. Makanya, bawa mobil yang bener, untung itu mobil nggak hancur," gerutu Calista.

"Astaga, sadis amat sih, jadi adik," sahut Dominic.

"Eh, Mas Dody nggak kerja?" tanya Calista.

"Kerja kok. Tapi, jenguk kakakmu dulu. Dia ini anak manja, Cal, efek jomlo ya begini," jawab Dody.

"Ah, jomlo ngatain jomlo kamu, Mas. Kalian ini sama aja. Makanya cari pacar, gimana mau dapat pacar kalau gaulnya dari dulu cuma sama kakak aku."

"Ya abis adiknya Dom cantik- cantik sih, sayang nggak boleh dideketin," sahut Dody membuat Calista tertawa renyah.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C15
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập