"Maaf, maaf. Ayo ... mari pergi ke tempat lainnya." Viona beranjak dari tempat duduknya, dan ia menyapu bagian bawah gaunnya.
"Ke mana ...?"
"Tentu saja, ke atas menara jam sana."
Aku lantas mengikuti arah pandangannya, dan melihat ke arah menara jam di belakangku tadi.
"Bolehkah!? Ayo ke sana, Viona!"
"Ayo ...!"
'Ah—'
Secara tiba-tiba Viona menggenggam tanganku lagi. Hangat dan lembut sekali. Dia tidak sekalipun merasa canggung melakukan hal seperti ini. Padahal aku akan merasa malu jika berani melakukannya.
Aku menoleh ke arahnya, dan Viona terlihat santai sekali.
Aku tidak mengerti mengenai budaya negeri ini. Apakah memegang tangan lawan jenis itu hal yang lumrah mereka lakukan di sini? Kurasa aku perlu membaca beberapa buku mengenai budaya negeri ini.
Tapi, aku tidak akan menolak hal sebaik ini.
Humm! Anggap saja ini sebagai tanda pertemanan kami!
"Apakah kau pernah kemari sebelumnya, Viona?" Aku menanyakan itu saat kami masih berjalan.