Adit mendapatkan pesan dari Tuan Dimas, yang akan pergi beberapa hari keluar kota. Pria itu menghela napas dengan pelan, dan menghentikan mobil-nya di tepi jalan. Ia memukul stir mobil miliknya, karena kesal dengan semua yang terjadi pada keluarganya. "Sial! Kenapa semakin runyam?" teriak Adit yang sudah sangat frustasi.
Pria itu memukul stir mobil terus menerus, dan tiba-tiba saja ada panggilan masuk. Adit menatap layar ponsel-nya dan ternyata yang meneleponnya adalah Nyonya Winda. Ia mematikan ponsel miliknya dan meletakkan di kursi penumpang. Adit benar-benar tidak bisa di ganggu saat ini, ia butuh menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Ia benar-benar terkejut melihat kedua orang tuanya yang sudah berada di ujung perceraian. Pria itu menghidupkan mobil-nya kembali dan menuju apartement miliknya yang sudah lama tidak ia tempati, namun apartement itu selalu dibersihkan oleh orang yang ia bayar.
Malam ini ia akan menginap di apartemen miliknya dan tidak ingin melihat wajah Nyonya Winda dulu. Ia sangat muak melihat wajah ibunya, yang selalu menampilkan wajah yang tidak berdosa. Di sisi lain, Nyonya Winda kesal karena panggilannya tidak diangkat oleh sang anak. Ia terus menelepon Adit, tetap saja tidak diangkat oleh pria tersebut. Nyonya Winda menelepon sang suami, dan nomor Tuan Dimas juga tidak aktif.
"Kemana sih mereka? Kenapa nomor mereka gak aktif? Apa mereka benar-benar ingin bertemu seseorang? Tapi siapa? Jangan-jangan kang Dimas punya simpenan? Aish aku gak bisa biarin itu semua," gumam Nyonya Winda yang terus menelepon suaminya bahkan ia mengirim pesan pada Tuan Dimas.
Pukul 00:00 WIB.
Nyonya Winda belum juga tidur, karena ia masih menunggu balasan pesan dari sang suami. Sudah berjam-jam, Tuan Dimas tidak membalas pesannya. Nomor pria paruh baya itu tidak aktif, Nyonya Winda juga menelepon Adit, dan sama seperti Tuan Dimas. Nomornya juga tidak aktif, membuat Nyonya Winda kesal dan membanting alat make up nya. Terdengar suara pintu terbuka, Nyonya Winda langsung keluar dari dalam kamar dan ternyata asisten rumah tangga tengah menutup pintu rumah.
"Adit dan Kang Dimas sudah pulang, Bi?" tanya Nyonya Winda.
"Belum, Nyonya. Nanti kalau udah pulang bibi kasih tau nyonya.." balas asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Tuan Dimas.
"Baik, Bi Siti.." balas Nyonya Winda.
Wanita paruh baya itu pun masuk kedalam kamarnya kembali. Bi Siti hanya bisa melihat kepergian majikan tersebut. "Maaf Nyonya, ini demi kebaikan Tuan Dimas. Dia ingin sendiri untuk menenang pikirannya terlebih dahulu, mungkin itu pilihan terbaik sebelum mengambil keputusan untuk kedepannya..." gumam Bi Siti yang melihat pintu kamar majikannya tertutup.
Bi Siti, mengetahui Tuan Dimas pergi keluar kota untuk sementara waktu. Tuan Dimas juga mengatakan kepada Bi Siti agar tidak memberitahu Nyonya Winda. Dia juga kan mematikan ponsel-nya untuk beberapa hari ke depan. Adit? Dia sudah meminta izin pada Bu Siti untuk tinggal di apartemen sementara waktu, karena ia tidak ingin bertemu dengan ibunya terlebih dahulu. Bi Siti memaklumi Adit, karena dia paham bahwa anak dari majikannya juga perlu waktu untuk menenangkan diri.
Bi Siti masuk ke dalam kamar, untuk beristirahat dan besok ia akan bekerja lebih pagi. Di dalam kamar Nyonya Winda, wanita paruh baya itu tengah menelpon sang kekasih karena dia suntuk.
***
Di apartemen,
Adit berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah setengah jam kemudian akhirnya Adit keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang sudah bersih. Pria itu berjalan ke arah kasur, dan menghidupkan ponsel-nya kembali. Ia harus memberi kabar pada sang kekasih agar Putri tidak khawatir padanya. Banyak notifikasi panggilan masuk dan pesan dari Nyonya Winda. Namun, pria tampan tersebut memilih untuk mengabaikan nya terlebih dahulu. Ia memilih untuk membuka pesan dari sang kekasih yang menanyakan kabarnya.
Setelah membalas pesan dari kekasihnya itu, barulah Danendra meletakkan ponsel-nya di atas meja dan memejamkan kedua matanya. Ia menghela nafas dengan pelan sambil menatap langit-langit kamarnya.
Drttt...
Drttt...
Ponsel pria tampan itu bergetar, Danendra langsung mengambil ponsel yang ada di atas meja samping tempat tidurnya. Ternyata Putri menelponnya dan pria itu langsung menggeser tombol hijau.
"Selamat malam kesayangan.." sapa Adit.
'Malam kembali, kamu udah mau tidur ya?'
"Iya nih, tapi nanti aja deh. Soalnya kesayangan lagi telepon.." balas Adit sambil terkekeh walau suasana hatinya sedang buruk sekarang.
'Yah, aku ganggu kamu deh. Maaf ya, kamu tidur aja biar aku temenin lewat video call..'
"Oke, tunggu aku alihkan ke video call dulu ya.." balas Adit yang langsung mengalihkan panggilan tersebut ke video call.
Terlihat wajah cantik yang menenangkan di layar ponsel miliknya, Adit. Pria itu tersenyum bahagia, dan suasana hatinya mulai membaik. Ia menatap wajah Putri yang terlihat semakin cantik natural tanpa polesan sedikitpun.
'Kok liatin aku gitu banget sih? Tidur gih, udah malem ini..'
"Gapapa, cantik aja kesayangan aku. Iya, ini mau tidur, kamu gak tidur?" jawab Adit.
'Kamu duluan, aku mau liat kamu tidur..'
"Ya udah, aku duluan ya. Maaf gak bisa teleponan lama, kepala aku sakit banget dan mata aku udah berat.." ucap Adit yang merasa bersalah pada kekasihnya.
'Gapapa, udah tidur. Mimpi indah sayang..'
"Mimpi indah kembali cinta.." balas Adit sambil tersenyum bahagia dan memejamkan kedua matanya.
Beberapa menit kemudian pria itu sudah masuk ke alam mimpi. Putri hanya diam sambil menatap wajah sang kekasih yang tengah tertidur pulas. Adit semakin tampan saat tidur, apalagi dengan posisi telungkup. Tiba-tiba saja Putri baru ingat, dia belum meminum obat dan besok adalah jadwal dirinya cuci darah. Putri langsung berjalan ke dapur untuk mengambil air, dan gadis itu meminum obat di dapur. Setelah selesai barulah gadis itu kembali ke dalam kamar, dan berbaring di samping ponsel-nya berada.
"Ganteng banget," gumam Putri kagum melihat wajah sang kekasih.
"Ada ya manusia seganteng ini, udah seperti pangeran saja. Putih bersih, hidung mancung, bibir terlihat bagus, mata sipit, alis tebal, ditambah tubuhnya yang sangat tinggi. Aku seperti tengah bermimpi mendapat pangeran seperti kak Adit. Jika ini mimpi, please jangan bangun, karena aku belum mau berpisah dengan kak Adit.." lanjut Putri yang menyentuh layar ponsel-nya.
Air matanya menetes, ia tidak bisa membayangkan saat dia ditinggalkan oleh Adit, setelah pria itu tau tentang penyakitnya. Ia benar-benar, tidak membayangkan harus kehilangan Adit disaat dia membutuhkan seseorang untuk menyemangatinya. "Tetap bersama ku ya, sampai ajal menjemput ku.." gumam Putri.
***
Keesokan harinya, Adit bangun dari tidurnya saat mendengar suara panggilan masuk dari Nyonya Winda. Saat pria itu akan menggeser tombol hijau, ia terkejut ternyata panggilan Video call semalam belum mati. Ia menatap Putri yang tengah tertidur lelap dengan posisi wajah ke layar ponsel. Pria itu tersenyum manis dan menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan dari sang ibu, tentunya ia menjeda panggilan video call nya bersama Putri sebentar.
"Iya, Ma.." balas Adit.
'Kamu dimana? Papa kamu juga dimana? Kenapa kalian tidak pulang semalam!'
Terdengar suara bentakan di seberang sana, Adit hanya bisa menghela napas dengan pelan.
"Adit lagi di apartemen, dan Adit tidak tau keberadaan Papa. Adit tutup teleponnya dulu, Adit mau mandi dan harus ke kantor.." balas Adit.
Panggilan telepon itupun dimatikan Adit dan dialihkan kembali ke panggilan video dengan Putri. Terlihat Putri membuka kedua matanya, sambil mengucek mata sebelah kanannya.
"Jangan di kucek.." tegur Adit
Gadis di seberang sana terkejut bukan main, ia langsung menutup wajahnya karena ia malu dengan wajah bangun tidurnya.
'Jangan diliatin, malu tau. Takutnya ada belek,'
"Haha, gak ada sayang. Kamu cantik banget sih dengan muka bantal kamu.." ucap Adit.
'Alah gombal. Mandi gih, kamu harus ke kantor 'kan. Jangan lupa sarapan ya Sayang, hari ini kita pergi ke tempat kerja masing-masing ya. Kamu nggak perlu jemput,
aku bisa naik taksi..'
"Iya, sayang. Ya udah, semnagat kerjanya.." balas Adit.
'Iya, dadah..'
Panggilan pun berakhir, Adit langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap pergi bekerja. Setelah rapi, Adit langsung keluar dari apartemen dan berjalan ke basement untuk mengambil mobil-nya. Adit langsung menuju kantor, karena ia harus menggantikan sang ayah yang tengah pergi ke luar kota. Di perjalanan menuju kantor ponsel pria tampan itu terus saja berdering. Nyonya Winda selalu menelponnya, namun Adit tidak ingin mengangkat telepon itu dulu karena ia tengah menyetir.
Di sisi lain, Nyonya Winda sudah terlihat sangat kesal karena Adit tidak mengangkat telepon darinya. Wanita paruh baya itu langsung mengambil tas miliknya dan masuk ke dalam mobil untuk pergi ke butik. Namun, ia memilih untuk pergi ke kantor sang suami. Ia mengira suaminya tengah lembur di kantor, maka dari itu ia akan menemui Tuan Dimas terlebih dahulu sebelum pergi ke butik. Akhirnya wanita paruh baya itu tiba di depan perusahaan milik suaminya. Ia keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam perusahaan tersebut. Nyonya Winda berjalan ke arah ruangan sang suami, dan di depan ruangan ada sekretaris suaminya tengah duduk di meja kerja.
"Apa suami saya ada di dalam?" tanya Nyonya Winda.
"Maaf, Nyonya. Pak Dimas sedang tidak ada di kantor, sepertinya Pak Dimas tengah pergi meeting ke luar kota nyonya.." balas sekretaris Tuan Dimas.
"Kemana?" tanya Nyonya Winda lagi.
"Kalau masalah itu Pak Dimas tidak memberitahu saya," balas sekretaris Tuan Dimas kembali.
Nyonya Winda langsung menganggukkan kepalanya. "Kalau Adit ada di dalam ruangan?" tanya Nyonya Winda lagi.
"Pak Adit lagi meeting Nyonya, tadi klien datang ke kantor dan mereka sedang berada di ruang meeting.." balas sekretaris Tuan Dimas.
"Baiklah, kalau begitu saya permis. Beritahu Adit kalau saya datang ke sini.." lanjut Nyonya Winda.
"Baik, Nyonya.." balas sekretaris Tuan Dimas kembali.
.
To be continued.