Terbayang olehku sebelum pingsan, rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh, jantung yang terasa sesak dan napas pun ikut tersengal, pandanganku menjadi buram karena rasa sakit yang tak tertahankan. Pada saat itu, aku menatap Master Oscar yang sama sekali tidak tersenyum, melainkan ia menunjukkan raut wajah tidak senangnya sedang menatapku. Meskipun aku tidak yakin bahwa pria bermata abu-abu itu sedang menatapku yang tengah menahan rasa sakit yang luar biasa.
'Ke mana perginya Master Oscar?'
Mataku mencari keberadaan pria bersurai peru. Pastinya, seorang pria yang berumur sekitar 30 tahun dengan jas yang berwarna hitam, rambut berwarna peru yang acak-acakan tidak melambangkan sebagai pemimpin, kulit putih pucat, dan manik mata yang berbeda dari orang lain, berwarna abu-abu; lebih tepatnya mendekati warna putih yang membuat anak kecil akan ketakutan melihat perawakannya. Namun, para gadis akan tergila-gila dengan senyum manis yang dilontarkannya ke tempat umum-