Xiao Yi mematung mendengar penuturan Li Zheng Yu yang bahkan tidak memiliki hati nurani. Apa maksudnya selama seminggu? Mencicil? Namun Xiao Yi segera tersadar dari rasa terkejutnya.
"Apa maksudmu seminggu? Bukankah kau bilang hanya semalam? Kenapa jadi berubah pikiran?" gerutu Xiao Yi.
"Apakah kau berniat menipuku? Aku sudah menyuruhmu membaca surat perjanjian tapi kau bahkan langsung menandatanganinya tanpa membaca," ungkap Li Zheng Yu untuk mengingatkan dirinya tidak ingin disalahkan.
"Kau yang penipu? Kau bilang hanya semalam tapi kenapa jadi seminggu?" Ingin sekali Xiao Yi menghujam wajah Li Zheng Yu dengan batu. Sungguh ia merasa sudah ditipu oleh pria tua itu.
"Aku sudah menghabiskan banyak uang. Uang yang dihabiskan bisa untuk membeli 20 wanita malam di luar sana. Kau pikir aku membuang uang dengan percuma," terang Li Zheng Yu dengan wajah datar.
"Kau memang pria kurang ajar." Xiao Yi memukul dada Li Zheng Yu dengan sangat kuat untuk melampiaskan rasa kesalnya.
Namun Li Zheng Yu sudah mencekal tangan Xiao Yi dengan erat. Pria itu tidak ingin direndahkan oleh seorang wanita. Sudah cukup baginya ditinggalkan selama dua kali oleh dua wanita berbeda.
"Lepaskan," ujar Xiao Yi.
"Mulai sekarang kau adalah milikku. Jangan pernah berpikir untuk menipuku karena kau akan mendapatkan kejutan jika hal itu sampai terjadi," ancam Li Zheng Yu. Wajah mereka sangat dekat hingga Xiao Yi bisa merasakan deru nafas.
"Bersiaplah, datang ke kamarku malam ini juga," perintah Li Zheng Yu kemudian pergi meninggalkan gadis itu.
Xiao Yi menelan ludah, tubuhnya gemetar dan kakinya terasa lemas hingga hampir saja ambruk setelah mendengar kata-kata Li Zheng Yu.
Namun Xiao Yi berusaha untuk tenang. Ia harus mencari cara agar bisa terlepas dari Li Zheng Yu.
Xiao Yi mengganti pakaiannya dengan pakaian tertutup. Ingin segera keluar tapi mengurungkan niatnya.
"Haruskah aku pura-pura sakit perut?" gumam Xiao Yi sembari menggigit ujung jarinya.
Namun Xiao Yi merasa itu hanyalah untuk orang-orang yang pengecut. Ia tidak ingin dikatakan sebagai pengecut oleh pria tua itu.
Dengan jantung berdebar akhirnya Xiao Yi berjalan menuju ke kamar Li Zheng Yu. Ia merasa seperti seorang wanita malam yang hendak menemui tamunya.
"Tuhan, selamatkan aku dari pria itu malam ini," gumam Xiao Yi dengan penuh harap.
Cukup lama Xiao Yi berada di depan pintu tanpa berniat untuk mengetuk. Rasanya saat ini ia akan menangis tapi siapa yang akan menolongnya karena sudah terlanjur basah. Ia tidak mungkin membiarkan Fang Yin dinikahi oleh rentenir tua yang jelek itu.
Tok … tok … tok ….
Xiao Yi akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Masuklah," ujar Li Zheng Yu dengan suara serak.
Dengan gerakan pelan, Xiao Yi memutar knop pintu. Ia terus mengatur nafasnya agar tidak gugup.
Li Zheng Yu tengah duduk di sofa sambil memegang gelas yang berisi wine. Ia tampak memainkannya dengan memutar-mutar gelas hingga wine bergoyang-goyang. Kakinya menyilang menindih kaki yang lain.
Xiao Yi berjalan mendekati Li Zheng Yu. Berulang kali ia meneguk saliva melihat dada Li Zheng Yu yang sedikit terbuka. Menampilkan otot dadanya yang kekar dan berbulu.
"Duduklah, temani aku minum terlebih dahulu," ujar Li Zheng Yu dengan wajah datar.
Xiao Yi menggigit bibir bawahnya. Dirinya benar-benar merasa tidak berkutik hari ini. Ia duduk di sofa yang berjauhan di depan Li Zheng Yu.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana? Duduklah di sini," tukas Li Zheng Yu sembari menepuk sofa di dekatnya.
"Tapi …." Xiao Yi hendak menolak tapi tatapan pria itu membuatnya bergidik padahal biasanya ia begitu berani.
"Jika kau tidak menurut maka akan kupastikan temanmu menikah dengan rentenir itu," ancam Li Zheng Yu dengan wajah serius.
Xiao Yi mencebikkan bibirnya karena merasa kesal, Li Zheng Yu selalu saja mengancamnya. Mau tidak mau akhirnya Xiao Yi duduk di sofa yang sama dengan Li Zheng Yu.
"Duduklah lebih dekat lagi," perintah Li Zheng Yu. Ditariknya tangan Xiao Yi dengan kuat hingga ia terduduk di pangkuan Li Zheng Yu.
Jantung Xiao Yi berdebar tidak karuan karena tubuhnya sedekat ini dengan Li Zheng Yu. Ia bahkan bisa menghirup aroma wine sari nafas yang dihembuskan Li Zheng Yu.
"Bisakah aku duduk sendiri?" pinta Xiao Yi dengan tergagap. Berada sedekat ini dengan pria asing membuatnya tidak nyaman.
"Bukankah sudah kukatakan jika kau adalah milikku sekarang. Menurutlah jika tidak ingin sesuatu terjadi pada sahabatmu," tukas Li Zheng Yu sembari tersenyum licik.
"Seminggu itu sangat lama. Kau bilang hanya semalam tapi kenapa mendadak jadi seminggu?" gerutu Xiao Yi. Hatinya belum tenang jika belum mengatakan semua isi hatinya.
Li Zheng Yu menatap Xiao Yi dengan mata yang memerah karena sudah menghabiskan hampir satu botol wine. Sorot matanya sudah berbeda dari biasanya.
"Kenapa kau mena …." Belum sempat Xiao Yi memprotes, Li Zheng Yu sudah membungkam mulutnya dengan bibirnya. Lama dekat dengan wanita membuat sesuatu di tubuh Li Zheng Yu menjadi bergairah.
Li Zheng Yu melumat bibir Xiao Yi dengan agresif akibat efek alkohol yang diminumnya. Ciumannya sangat menuntut bagi Xiao Yi hingga akhirnya membuka mulutnya. Pertahanan tubuhnya langsung runtuh padahal Xiao Yi tidak ingin membalas ciumannya.
Xiao Yi juga bisa merasakan sisa-sisa wine yang masih menempel di bibir Li Zheng Yu.