Aldo tersenyum hambar saat melihat gadis itu terkapar tidak berdaya di atas brankar. Banyak selang yang terhubung pada tubuh gadis itu. Tubuh gadis itu di penuhi memar dan darah yang sudah mengering. Dia menghela nafas panjang, sebelum meraih tangan mungil Karin.
Dia mengusap pelan tangan gadis itu berharap agar gadis itu segera membuka mata nya. Dia ingin mendengar ocehan ocehan polos gadis itu. Dia ingin melihat binar antusias gadis itu yang begitu bahagia ketika mereka menghabis kan waktu di biang lala.
Yang dia ingin adalah gadis itu tersenyum bahagia, bukan terkapar seperti ini.
"Rin? Sakit banget ya? Di pukul nya sampai enggak mau bangun? Ayo bangun Rin. Nanti kita naik biang lala lagi, kita cerita cerita. Kamu mau es krim? Nanti aku beli, asal kamu bangun dan ketawa lagi."
Gadis itu masih setia memejamkan mata tanpa membalas perkataan Aldo. Hanya siara elektrokardiograf yang setia menemani Aldo berbicara sejak tadi.