Saat ini Zen dan Suguha sudah sampai disebuah apartemen yang sangat mewah. Apartemen ini merupakan apartemen Zen yang dihadiahkan kepadanya. Zen saat ini hanya melihat apartemen barunya dengan terkagum akan fasilitas didalamnya.
Suguha disisi lain juga sangat terkejut, Sebenarnya Suguha sudah mengetahui Zen akan mendapatkan apartemen mewah, tetapi dia tidak mengira akan semewah ini.
Akhirnya Zen yang dibantu oleh Suguha mulai merapikan barang – barang Zen sebelumnya dan menempatkannya ke apartemen baru ini. Saat ini Suguha sudah mulai melupakan sejenak perasaannya sebelumnya kepada Kakaknya.
"Sepertinya aku harus kembali Zen-san" kata Suguha yang mengingat dia mempunyai sebuah janji didalam sebuah game yang saat ini dia mainkan.
"Baiklah, aku akan mengantarmu kerumahmu" kata Zen namun ditolak oleh Suguha.
Sebenarnya letak apartemen Zen saat ini tidak terlalu jauh dari rumah Suguha, hanya berjarak satu halte bus.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu ke halte bus terdekat" kata Zen dan diiyakan oleh Suguha.
Setelah beberapa waktu, Zen sudah kembali ke apartemennya setalah mengantarkan Suguha.
[Kak, bagaimana sekarang Kakak kembali ke Alaska untuk mempelajari mengendalikan mana] kata Irene.
"Ide bagus Irene, aku juga mempunyai sesuatu yang harus kulakukan disana" kata Zen.
Lalu Zen mulai menteleportkan dirinya menuju ke Alaska.
"Haaaaa... Sudah lama aku tidak kemari" kata Zen yang saat ini sudah sampai ke domainnya Alaska.
[Apakah Kakak mau belajar cara mengendalikan mana atau menyelesaikan urusan Kakak terlebih dahulu?] tanya Irene.
"Lebih baik aku mempelajari menggunakan mana terlebih dahulu, sekarang apa yang harus kulakukan pertama Irene?" kata Zen.
[Baiklah, pertama - tama...] kata Irene.
Irene mulai menjelaskan semua hal tentang cara mengendalikan mana kepada Zen. Zen yang mendengar penjelasan Irene ini sangat serius untuk mempelajarinya. Setelah Irene selesai menjelaskan akhirnya praktek langsung dimulai.
[Pertama – tama Kakak harus merasakan aliran mana Kakak yang berada didalam diri Kakak. Saat ini Kakak harus mengambil posisi seperti sedang bersemedi dan mulai mencoba merasakan aliran tersebut] kata Irene.
Tanpa pikir panjang Zen lalu duduk dan menyilangkan kakinya sambil menutup matanya. Zen mencoba dengan keras merasakan aliran mananya tetapi sampai sekarang dia masih belum bisa merasakan apapun.
"Irene meng-" kata Zen yang dipotong oleh Irene.
[Kakak harus sabar, semua butuh proses, Kakak saat ini baru melakukan ini beberapa menit, tentu saja Kakak belum bisa merasakannya. Cobalah tetap fokus] kata Irene.
Zen tanpa pikir panjang hanya terdiam dan melanjutkan meditasinya. Waktu berlalu sudah hampir tiga jam Zen melakukan itu, namun dia masih belum merasakannya, Zen sendiri sebenarnya akan menyerah, tetapi berkat dorongan dari Irene akhirnya dia bertahan.
Waktu terus berlalu hingga memasuki lima jam Zen bersemedi, namun sekarang Zen bisa merasakan sebagian dari jalur mananya. Saat hendak merayakannya, Irene terus menyuruh Zen untuk merasakan aliran mana ini seluruhnya.
Usaha Zen membuahkan hasil, hampir 6 jam dia bersemedi akhirnya Zen berhasil merasakan seluruh aliran mana yang mengalir diseluruh tubuhnya. Zen langsung membuka matanya dan mulai tersenyum.
"Akhirnya!!" teriak Zen sambil mulai berbaring didataran yang penuh rumput tersebut.
[Selamat Kak, apakah kamu tidak ingin mencoba skill apimu?] kata Irene.
Zen yang mendengar ini langsung terbangun dan ingin mencoba apa yang disebutkan oleh Irene tadi.
[Coba lakukan seperti Irene katakan saat dirumah sakit.] kata Irene.
Lalu Zen mengalirkan mananya ke ujung jarinya dan mulai mengeluarkan elemen apinya. Sebuah api sebesar pemantik mulai keluar dari ujung jarinya. Zen sangat bersemangat atas pencapaiannya ini.
[Saat ini, Kakak bisa menggunakan skill apapun tanpa takut kehabisan mana karena garis keturunan Kakak, namun setiap skill semakin hebat jika status INT Kakak juga semakin tinggi, jadi jika Kakak ingin mempunyai skill yang hebat, skill Kakak harus berlevel tinggi dan INT Kakak juga harus tinggi] Jelas Irene.
Zen yang mendengar ini memutuskan untuk meningkatkan level skillnya terlebih dahulu dan menyimpan semua poin statusnya saat memasuki dunia 1.0.
"Baiklah sekarang mari menyelesaikan urusanku" kata Zen
[Memangnya, apa yang akan kamu lakukan Kak?] tanya Irene.
"Membuat kembali rumahku di game Sword Art Online disini, sambil meningkatkan skill creationku" kata Zen.
Zen lalu membayangkan menumbuhkan banyak pohon di sekitar area itu dan mulai menebangnya menggunakan sebuah kapak yang dibelinya dari toko. Setelah selesai menebang, Zen lalu menggunakan skill Creationnya untuk membuat kayu – kayu itu merbentuk sebagai balok – balok dan membawanya diarea yang akan dibuatnya rumahnya.
.
.
Waktu berlalu dengan cepat. Sudah 2 bulan berlalu setelah beberapa korban dari game kematian sudah kembali.
Lisbeth dan Silica sekarang sudah kembali kerumahnya dan sudah memasuki sekolah yang dikhususkan untuk para korban dari game kematian itu. Zen sendiri juga mengikuti sekolah itu bersama kedua wanita tersebut.
Zen dan kedua wanita itu sangat dekat sekarang, tetapi hubungannya dengan Suguha saat ini tidak seperti Suguha saat mereka bertemu pertama kali sampai Zen memasuki game kematian itu.
Suguha saat ini mulai sedikit menjauhi Zen karena dia bingung dengan perasaannya dan terlebih lagi karena dia sekarang sedang sibuk memainkan sebuah permainan.
Saat ini Zen sedang berada Alaska sedang bersantai diteras rumahnya yang dibuatnya sebelumnya. Zen berhasil membuat rumah ini menggunakan skill Creationnya, walaupun tidak sama persis dengan rumahnya di game Sword Art Online.
Rumah ini sendiri hanya terdapat 1 lantai dengan ukuran lahannya seluas 5 are, walaupun Zen tidak memakai semua lahannya. Rumah Zen saat ini selebar setengah luas lahannya dengan berisikan 5 buah kamar, dapur, ruang keluarga, ruang makan, dan teras yang menghadap ke sebuah danau dengan pemandangan gunung diujungnya.
Zen saat ini belum mengisi berbagai perabotan didalam rumahnya, dikarenakan dia ingin para wanitanya kelak membantunya mengisi perabotan didalam rumah ini.
Saat ini dia sedang merenung dan merencanakan perjalanannya untuk menyelamatkan Asuna. Zen telah menerima sebuah foto dari teman playernya didalam game, Agil yang berisi potretan buram seperti Asuna dari dalam game.
Dan Zen memutuskan untuk memasuki game itu keesokan harinya.
"Tunggu aku Asuna"