Keadaan Arnaf saat ini terlihat begitu prihatin.
Sedari tadi, dia hanya bisa tengkurap di atas tempat tidur dan tak banyak melakukan apa-apa.
Tubuhnya melemah. Rasa panas sudah tak terlalu terasa di punggungnya itu. Hanya berbaring yang kini bisa ia lakukan. Terkadang, pria itu juga meneteskan air matanya karena berusaha menahan rasa sakit yang ada pada diri tubuhnya itu.
Sesekali juga dia berusaha meregangkan tubuhnya agar tidak terlalu perih. Dokter sudah datang tadi dan kini, hanya diam yang bisa dia lakukan.
Ibunya Balqis hanya bisa merintih dan tak tega melihat keadaan Arnaf.
Sesekali dia juga menangis di dalam kamar karena sudah merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan Balqis terhadap pria itu.
"Aw!" rintihan kecil terdengar hingga luar yang membuat ibunya Balqis masuk dan memastikan bagaimana kondisi Arnaf.
"Apa ada yang perlu ibu lakukan? Atau perlu ibu bawa ke rumah sakit saja biar ditangani oleh dokternya lebih intensif?"